Wednesday, January 1, 2014

[KU-001/2014] Budayawan: Palembang Memiliki Sejarah Jelas Tentang Pempek

SRIPOKU - KLAIM dua daerah, Jambi dan Sumsel, mengenai asal-usul pempek ini mendapat tanggapan dari budayawan Sumsel, Yudhy Syarofie. Ia pun ikut menegaskan melalui sejarah, sudah sangat jelas pempek berasal dari Palembang. Asal-usulnya baik secara historis, filosofis, geografis, serta psikologis secara jelas menceritakan pempek berasal dari Palembang.

"Sejarah kita jelas menceritakan jika pempek makanan khas asli Palembang. Lalu bagaimana dengan daerah yang mengklaim pempek sebagai makanan daerahnya, apakah benar ada sejarahnya. Buktikan dulu jangan asal klaim" ujarnya ketika dihubungi Sripo, Minggu (29/12/2013).

Ia menceritakan, asal mulanya pempek merupakan akulturasi kebudayaan kuliner yang dibawa pedagang China ke Palembang yaitu berupa bakso. Namun, bakso yang dibawa ini berbahan dasar daging yang tidak halal dikonsumsi masyarakat Palembang yang sebagian besar beragama Islam.

Secara geografis, Palembang merupakan penghasil ikan dan tanaman sagu yang cukup besar sehingga untuk mengadopsi kebudayaan bawaan itu, dibuatlah makanan berbahan dasar ikan dan sagu yang awalnya disebut 'kelesan'.

Kelesan ini ternyata digemari masyarakat Palembang yang mulai banyak dijual pedagang, baik lokal Palembang maupun pedagang China. Sejak tahun 1920an, mulai dikenal istilah pempek di kalangan masyarakat.

"Orang China yang sudah tua kan sering dipanggil 'apek'. Pembeli yang membeli kelesan dari orang China ini terbiasa memanggil pedagangnya dengan sebutan 'pek-pek-pek', yang akhirnya kelesan dikenal dengan nama pempek," jelasnya.

Ia mengatakan dengan banyaknya masyarakat Palembang yang merantau ke luar daerah, tentunya secara tidak langsung membawa dan mengenalkan makanan khas ini hingga ke luar Palembang. Sehingga besar kemungkinannya, pempek juga bisa dengan sangat mudah ditemukan di luar Palembang, khususnya di Jambi, Bengkulu, serta Lampung.

"Namun, jika disebut ini makanan khas daerah lain, itu tidak benar. Coba ceritakan sejarahnya untuk membuktikan ini makanan khas dari daerah mereka," tuturnya.

Yudhy mengatakan upaya untuk menjadikan pempek sebagai makanan khas Sumsel yang diakui sudah dilakukannya bersama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel. Bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah (Balitbangnovda) Sumsel serta Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Sumsel, sebelumnya sudah mendaftarkan tiga kebudayaan Sumsel untuk menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional. Ketiga kebudayaan itu yaitu kesenian Dul Muluk, songket, dan pempek.
Namun, baru Dul Muluk dan songket yang mendapatkan sertifikat sebagai WBTB asal Sumsel.
"Kini kita kembali mempersiapkan serta memperbaiki berkas untuk kebudayaan pempek sebagai WBTB asal Sumsel, terlebih dengan adanya klaim daerah lain. Tidak hanya pempek yang akan kita ajukan, ada beberapa kebudayaan lain yang kita siapkan untuk mendapat sertifikat WBTB ini," ungkapnya.

Namun, ia belum mau menyebutkan kebudayaan lain yang akan didaftarkan itu. Untuk kesenian Dul Muluk dan songket, ke depan pihaknya akan kembali mendaftarkan dua kebudayaan ini sebagai WBTB tingkat dunia.

"Kita lihat seperti angklung dan batik yang sudah diakui dunia berasal dari Indonesia. Ke depan kita juga akan melakukan itu untuk seluruh kebudayaan asal Sumsel," tambahnya.
Sumber : Sriwijaya Post, 20.12.13 / Kredit Foto : Helena H.
[English Free Translation]
CLAIM between two regions, Jambi and South Sumatera, about the origin of the pempek traditional food receive a response from South Sumatera cultural expert, Yudhy Syarofie. He had come to assert through history, it is clear pempek came from Palembang. Its origin is either historically, philosophical, geographical, and psychological clearly tells pempek came from Palembang.

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...