Tuesday, January 21, 2014

[KA-021/2014] Dirut PT KAI : Kepemimpinan dan Kemanfaatan Organisasi

JAKARTA: Sewaktu saya mulai bertugas di KAI, hampir 5 tahun lalu, yaitu tanggal 25 Februari 2009, saya sangat terkejut bahwa organisasi pengelola transportasi publik semacam KAI terkesan sangat feodal.  

Mengapa sangat feodal? Karena kesan saya bahwa internal KAI lebih  mementingkan kenyamanan para pimpinan dibandingkan konsentrasi perbaikan pelayanan kepada para pelanggan yang memberi makan kepada para pegawai KAI.

Mentalitas para pegawai umumnya bervariasi mulai dari generasi mudanya yang ingin lepas dari sistem feodal yang seringkali berujung pada setoran ke pimpinan sampai dengan  para parasit yang berusaha mengamankan kepentingannya, mengamankan kelompoknya yang sudah lama "menghisap" pelayanan KAI dengan berbagai cara.

Namun, pada umumnya mayoritas memiliki "keyakinan" bahwa rejeki itu datang dari komisi pengadaan, rejeki datang dari setoran bawahan, rejeki datang dari setoran para pengasong sampai manipulasi penjualan tiket di hari ramai/padat, rejeki datang dari manipulasi pengelolaan aset serta rejeki datang dari "memeras" temannya yang mengurus kenaikan pangkat, rejeki datang dari "memperlambat" pembayaran kepada supplier, rejeki datang dari manipulasi lainnya.

Mengapa semua itu terjadi? Karena penghasilan tidak cukup, pengelolaan yang tidak berlandaskan "customer oriented" dan organisasi yang cenderung fokus pada internal (inward looking) serta mentalitas "cemburu" satu dan lainnya. 

Coba lihat komentar sebagian dari para pendahulu yang selalu melihat dari sisi negatif saja. (Saya bingung bagaimana mereka mendidik anak mereka ya....dengan caci maki dan fitnah ya?).

Setelah hampir 5 tahun berlalu, KAI sudah berubah banyak sekali, terutama semangat dan format pelayanan kepada pelanggan diatas segalanya. Saya berusaha memberikan contoh bersama para senior untuk piket di hari libur, tidak cuti di hari besar karena padatnya penumpang dan menolak setoran dari bawahan bahkan menggunakan teknologi untuk menghapuskan percaloan, penumpang atas atap, penertiban stasiun, dan banyak lai upaya sehingga pelayanan dan kesejahteraan meningkat drastis.

Pendapatan tahunan telah naik lebih dari 2x lipat di tahun 2013 dibandingkan. Tahun 2008. Jumlah penumpang tahunan telah naik menjadi total sekitar 220 juta per tahun dibandingkan sekitar 180 juta di tahun 2008. Angkutan barang mencapai 27 juta ton dibandingkan sekitar 18 juta ton di tahun 2008, kog bisa ya? 

Lalu apa yang harus dilanjutkan setelah semua perbaikan inii? Ya pelyananan dan perbaikan tanpa henti dengan mengganti kereta yang sudah usang, meningkatkan angkutan barang, mengelola integritas dan organisasi dengan mengutamakan prestasi, bukan KKN.

Niscaya, kalau semua diatas bisa dilakukan, KAI akan menjadi tulang punggung transportasi darat yang luar biasa, baik dengan dukungan Pemerintah ataupun tanpa dukungan Pemerintah yang serius !

Banggalah menjadi insan KAI yang berguna untuk masyarakat, bukan bangga menjadi kaya karena manipulatif atau memanfaatkan KAI secara tidak benar.

Apakah dampak sampingan dari semua upaya perbaikan selama 5 tahun ini? Saya menjadi populer ya? 

Itulah yang saya sangat hindari dan sesalkan. Saya secara pribadi adalah sosok yang tidak suka publisitas, tidak suka !  Populer karena itu tidak ada gunanya untuk saya pribadi. 

Sejak saya ditugaskan sebagai Direktur Utama BUMN termuda di usia 37 tahun di awal tahun 2001, banyak yang telah saya lakukan tapi saya selalu menghindari publisitas sejauh yang saya bisa. 

Lalu kenapa di KAI terkesan suka publisitas? 


Selama ini saya menjadi ujung tombak promosi perbaikan layanan KAI karena itulah salah satu tugas utama saya sebagai Direktur Utama KAI, orang paling bertanggungjawab atas semua yang terjadi dan semua yang dihasilkan oleh KAI dan anak perusahaan, suka atau tidak suka.

Pelayanan publik itu berbeda dengan lembaga keuangan  karena domainnya adalah ranah publik yang perlu dipublikasikan dengan faktual, bukan bohong atau manipulatif !

Noor Hamidi, mantan Kahumas KAI, pernah mengatakan kepada saya bahwa saya menjadi terkenal karena KAI. Saya kira itu pernyataan yang dangkal sekali. 

Mengapa dangkal? Coba kita simak, kenapa para pendahulu saya tidak bisa sepopuler saya? Apa yang dikerjakan sebelumnya? Apa yang dikerjakan Kahumas sebelumnya? Silahkan tanya Dahlan Iskan dan Kahumas KAI saat ini tentang betapa saya adalah sosok yang tidak suka publikasi, tidak suka diwawancarai, tp selama ini saya terpaksa karena saya anggap perlu dilakukan.

Kenapa bukan saya menugaskan Edi Suryanto atau Noor Hamidi atau Dewi Aju Damayanti untuk menjadi "corong" KAI kepada publik? Coba tanyakan kepada Kahumas saja. 

Candra Purnama, Herlianto, Wimbo Hardjito, dan Muhamad Kuncoro pernah saya minta menggantikan saya untuk berbicara di depan beberapa acara presentasi publik. Apa komentar para direktur itu? Mereka mengatakan bahwa para peserta sebenarnya berharap saya yang hadir ! Ini yang harus lambat laun saya keolola supaya beban publikasi bukan hanya pada saya saja. 


Perlukah saya populer? Saya tidak perlu ! Pemimpin yang baik mengutamakan hasil kerja, bukan kepopuleran semata.

Apakah ada yang jauh lebih penting lagi? Ya ada, yaitu Manfaat dari KAI bagi masyarakat dan pelanggan. 

Jadi saya ingatkan, bahwa kemanfaatan KAI yg makin baik adalah lebih penting dari kepemimpinan yang berdampak positif  dan kepemimpian yang berdampak positif  lebih penting daripada kepopuleran saya. 

Jangan pernah bilang saya menjadi populer karena KAI karena KAI menjadi populer perlahan lahan karena kita semua berupaya menjadi lebih baik. 

Atau saya perlu katakan bahwa tanpa kehadiran saya selama 5 tahun, KAI sudah jadi apa sekarang? Gak perlu khan.

Selamat mengubah diri menjadi yang lebih berguna !

Sumber : Ignasius Jonan, 19.01.14 / Kredit Foto : SWA.

[English Free Translation]

Director of PT Kereta Api Indonesia (Persero) Ignasius Jonan, completing his tour of duty within the first 5 years (2009-2014). Check out the article and happy reading ...

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...