Wednesday, February 29, 2012

[KU-058/2012] Pajak Batu Bara Dinilai Efektif Untuk Kendalikan Ekspor


JAKARTA: Instrumen pajak sebagai pengendalian ekspor batu bara dinilai sebagai salah satu opsi yang dapat ditempuh. Namun, instrumen nonpajak juga harus dikembangkan dengan memadai.

Reza Ihsan Rajasa, Ketua IV bidang Energi dan Pertambangan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), menilai untuk dapat mengarahkan konsumsi batu bara Indonesia untuk konsumsi dalam negeri, pemerintah tidak harus mengenakan pajak.

"Pajak itu kan instrumen keadilan. Saya setuju memang 80% batu bara kita dikeluarkan untuk industri luar negeri. Tapi untuk menguranginya jadi 60%  dan supaya batu baranya stay di dalam negeri, itu bukan hanya bisa dikerjakan dengan pajak, instrumen insentif lainnya juga harus dikembangkan," ujar Reza  hari ini.

Menurutnya, agar produksi batu bara Indonesia dapat dikonsumsi di dalam negeri secara mayoritas pemerintah perlu mengembangkan industri derivatif yang mendukung, seperti smelter dan aluminan yang berbahan dasar batu bara. Namun, Reza juga menegaskan pentingnya harga bersaing dan standarisasi harga di dalam negeri.

"Mereka menjual ke luar negeri karena harganya lebih bagus, domestik harganya kurang begitu bagus. Pemerintah harus bisa memikirkan bagaimana caranya membuat standarisasi harga untuk menjual barangnya di dalam negeri. HBA (harga batubara acuan) apa sudah dilaksanakan dan apa sanksinya kalau melanggar," tegas Reza.

Batu bara, tambah Reza, merupakan komoditas ekspor Indonesia yang sangat seksi. Untuk itu, diperlukan regulasi yang baik, efektif dan produktif untuk dapat memanfaatkan deposit batu bara di Sumatra, Kalimantan, dan Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat. Reza juga menekankan pentingnya pengembangan industri turunan batu bara di dalam negeri oleh investor domestik melalui transfer teknologi dan pengetahuan dari negara pengolah seperti Jepang dan Korea Selatan.

"Jangan sampai mereka lagi yang masuk ke industri pengolahan tambang, kita harus kembangkan kapasitas industri domestik untuk mengolah produk tambang kita supaya ada value added. Ini sesuai dengan aturan pemerintah yang melarang ekspor produk tambang gelontoran pada 2014," tuturnya.

Berdasarkan data PT Bukit Asam Tbk pertumbuhan produksi batu bara dari 2004 ke 2010 mengalami peningkatan 207%. Pada 2004, total produksi mencapai 132,35 juta ton sedangkan pada 2010 melonjak menjadi 275,16 juta ton, dengan konsumsi domestik 67 juta ton, ekspor 208 juta ton, dan impor 111,31 ribu ton.

Sebelumnya, Direktur Centre for Petroleum & Energy Studies Kurtubi, mengungkapkan untuk menjaga ketahanan energi di dalam negeri, batu bara harus diarahkan untuk bahan bakar produksi listrik PLN. Pembatasan ekspor juga perlu dinilai perlu dilakukan a.l. dengan pengenaan pajak. (sut)

Sumber : Bisnis Indonesia, 14.02.12.

[English Free Translation]
Tax instruments as coal export controls is rated as one of the options that can be taken. However, non-tax instruments should also be developed adequately.

Tuesday, February 28, 2012

[KG-057/2012] Sertijab Kadivre 3 SS - 28/02/2012


PALEMBANG: Kemarin hari Selasa (28/02) dilaksanakan serah terima jabatan Kepala Divisi Regional 3 – PT. Kereta Api Indonesia (KAI), dari pejabat lama, Ir. Budi Noviantoro ke pejabat baru, Ir. Suseno. Keduanya memiliki latar belakang sebagai orang JJ (Jalan & Jembatan).

Untuk keduanya, selamat mengemban tugas baru masing-masing. Liputan singkat acara serah terima jabatan dan sekaligus pisah-sambut ini berlangsung khidmat di aula upacara PT KAI Divre 3 Sumatera Selatan di Plaju.


Sumber : KALOG / Foto : RAM & kontribusi Andi KAI..

[English Free Translation]
On Tuesday (28/02) held handover position at Regional Head of Division 3 South Sumatera - PT. Kereta Api Indonesia (KAI), of the old officer, Ir. Budi Noviantoro to the new officer, Ir. Suseno. Both have a background as JJ (jalan & Jembatan).

Monday, February 27, 2012

[KU-056/2012] Batu Bara : PTBA Dongkrak Volume Penjualan 7 Kali Lipat

JAKARTA: Apa hubungannya antara batu bara dengan kereta api ? Jawabannya bisa beragam tergantung  dari perspektif mana kita melihatnya.

Namun, kalau dilihat dari perspektif sejarah boleh dibilang ada pergeseran hubungan antara batu bara dan kereta api (KA).

Ketika kereta api masih menggunakan teknologi lokomotif uap, batu bara merupakan salah satu bahan bakar utama untuk mendidihkan air di dalam tungku lokomotif uap. Dorongan uap dari ketel raksasa itu kemudian diteruskan oleh piston untuk menggerakkan roda  lokomotif.

Bisa dibilang urat nadi kegiatan bisnis perkeretaapian sangat mengandalkan eksistensi  batu bara.

Namun, kehadiran teknologi lokomotif diesel  pasca Perang Dunia I atau sekitar 1914 telah  mengubah bisnis perkeretaapian di dunia, apalagi secara komersial lokomotif diesel  berbahan bakar solar tersebut mulai digunakan secara komersial di Amerika Serikat tahun 1930-an.

Apakah hubungan mesra antara batu bara dengan kereta api lantas putus begitu saja.   tidak, karena sejak lama kereta api juga merupakan alat transportasi andalan  para perusahaan tambang batu bara.  Bahkan ketika teknologi kereta api masih  menggunakan lokomotif uap, kereta api juga merupakan alat transportasi andalan bagi tambang batu bara.

Maklum, penggunaan angkutan KA untuk baru bara jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan moda angkutan darat lainnya. Sekadar ilustrasi, satu gerbong KKBW (istilah gerbong batu bara) milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) mampu mengangkut hingga 53 ton batu bara.

Bandingkan dengan truk Mitsubishi yang hanya berdaya angkut maksimal 15 ton barang.  Artinya, kapasitas angkut dua gerbong batu bara setara 7 truk  Fuso.

Di Sumatra KA sudah lama diandalkan sebagai pengangkut batu bara yang lebih dikenal  dengan nama KA Babaranjang (singkatan dari batu bara rangkaian panjang). Satu set KA Babaranjang bisa menghela 50-60 gerbong batu bara atau sekitar  2.650-3.180 ton baru bara.

Bayangkan kalau batu bara sebanyak itu harus diangkut dengan armada truk Fuso. Paling tidak dibutuhkan 177-212 truk untuk membawanya ke sentra pelabuhan batu bara. Belum lagi faktor waktu tempuh ketika infrastruktur jalan buruk.

Gebrakan PTBA

Dengan kata lain, keberadaan angkuta KA batu bara sangat membantu delivery channel  perusahaan tambang batu bara. Itulah sebabnya, PT Bukit Asam (Tbk) tahun 2018 berani mematok volume penjualan 85-90 juta ton baru bara. Angka itu hampir 7 kali lipat  dibandingkan dengan volume penjualan tahun lalu sebesar 13,5 juta ton.

Direktur Utama PT Bukit Asam (PTBA) Milawarma mengatakan peningkatan tersebut ditopang  oleh pembangunan proyek jalur kereta api pengangkut batu bara dan PLTU yang saat ini dalam proses pelaksanaan.

"Tahun 2018 kami menargetkan mampu menjual sekitar 85 juta sampai 90 juta ton dengan penambahan pembangunan infrastruktur," ujarnya ketika berbincang dengan wartawan di Tanjung Enim, Kamis (19 Januari) malam.

Milawarma mengatakan saat ini PTBA memiliki satu jalur kereta api yang telah eksisting. Kereta tersebut mampu mengangkut batu bara hingga 22,7 juta ton/tahun yakni 2,7 juta ton ke Kertapati dan 20 juta ton ke Tarahan.

Namun, sambungnya, pengangkutan penuh baru dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 2,5  tahun ke depan di mana tahun 2011 volume angkutan baru sekitar 11,5 juta ton/tahun.

Untuk mencapai target tersebut, saat ini PT KAI  tengah  melakukan pembelian lokomotif gerbong dan pembangunan jalur semi double track (jalur semi ganda).

Selain itu, konsorsium PTBA juga sedang melakukan proses pembangunan proyek kereta api  Transpasific dari Tanjung Enim ke Lampung dengan panjang 307 km. Kereta tersebut,   mampu mengangkut batu Saat ini, progres proyek telah memasuki restrukturisasi  tambang untuk kemudian dilanjutkan dengan pembebasan lahan dan proses konstruksi.

"Lahan baru uji coba satu segmen sambil menunggu restrukturisasi tambang, target 2015 awal bisa diselesaikan sehingga 2016 sudah dapat dipergunakan mengangkut 25 juta ton batu  bara," ucap Milawarma.

Dia menambahkan PTBA juga tengah menunggu realisasi proyek pembangunan kereta api Adani dengan jarak 270 km dari Tanjung Enim ke Tanjung Api Api. Dalam proyek tersebut, PTBA tidak ikut dalam konsorsium namun siap memasok batu bara dengan kapasitas 35 juta ton pertahun.

"Tahun 2018 diharapkan dapat beroperasi sehingga bisa menambah penjualan 35 juta," ujar Mila yang baru saja diangkat menjadi Dirut pada akhir tahun lalu.

Menurutnya, penambahan penjualan tidak hanya dari penambahan proyek kereta api tetapi juga pembangunan PLTU Mulut Tambang 'Banjarsari' dengan kapasitas 2x110 megawatt. Melalui pembangunan PLTU tersebut, penjualan PTBA bisa bertambah 1 juta ton/tahun. "Bulan Juli sudah groundbreaking, sekarang sedang tahap konstruksi 2013 target telah  selesai dan 2014 sudah dapat digunakan."

Di samping itu juga tengah dibangun PLTU Mulut Tambang 'Banko Tengah' berkapasitas 2x620  megawatt. PTBA akan mensuplai batu bara dan diharapkan dapat menambah 4 juta ton/tahun  pada 2016.

Sementara itu untuk target penjualan tahun ini, Dia mengatakan perseroannya membidik  penjualan sebesar 18,6 juta ton pertahun dari penjualan tahun lalu 13,5 juta ton.Target volume produksi 16,3 juta ton naik dari tahun lalu  12,9 juta ton, dan volume   15,6 juta ton  naik dari tahun 2011 11,5 juta  ton.

Sekretaris Perusahaan PTBA Hananto Budi Laksono mengatakan total sumber daya batubara  PTBA di Tanjung Enim mencapai 6,36 miliar ton, sementara cadangan tertambang 1,37 miliar  ton.

Dengan beroperasinya seluruh infrastruktur pada 2018, PTBA dapat menjual hasil produksi  mencapai hingga 90 juta ton/tahun.

Ketika ditanya berapa target pendapatan PTBA dengan adanya peningkatan kapasitas   tersebut, dia mengatakan hal tersebut tidak dapat diprediksi. Pasalnya, harga penjualan  batubara sangat fluktuatif . "Kita tidak bisa menyampaikan karena harga itu tidak linier," katanya.

Terlepas dari soal harga, lonjakan volume penjualan sudah di depan mata, karena memang sudah sepantasnya kegiatan tambang batu bara di Sumatra memaksimalkan angkutan KA batu bara untuk mendongkrak volume penjualan. (Sutarno/sut)

Sumber : Bisnis Indonesia, 22.01.12.

[English Free Translation]
The use of the new coal railway transport is much more economical compared to other land transport modes. Just for illustration, one KKBW owned by PT Kereta Api Indonesia (KAI) capable to transport up to 53 tons of coal.

Sunday, February 26, 2012

[KG-055/2012] Check Track Kertapati


PALEMBANG: Untuk meningkatkan kapasitas terpasang di stasiun Kertapati (KPT), Palembang sejumlah pimpinan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Kereta Api Logistik (KALOG) serta vendor PT Bara Alam Utama (BAU), melaksanakan tinjauan lapangan.

Target utama, upaya terdekat untuk menyongsong kenaikan volume angkutan batu bara, dari SCT ke KPT. Gimana caranya, pokoknya harus meningkat. Perbaiki atau membuat track baru, dipersilahkan oleh manajemen, sepanjang sudah klop.

Berikut ini, cuplikan acara peninjauan di area CY KPT hingga spoor 1 dan 2 stasiun KPT.


Sumber : KALOG / Foto : RAM.

[English Free Translation]
To increase the installed capacity at the railway station Kertapati (KPT), Palembang, management of PT. Kereta Api Indonesia (KAI) and PT. Kereta Api Logistik (KALOG) and vendor PT Bara Alam Utama (BAU), conduct a rivew to the site.

Saturday, February 25, 2012

[KU-054/2012] Boy Thohir : Tak Kapok Di Bisnis Batubara

Nama Garilbadi Thohir tak bisa dipisahkan dari perusahaan tambang batu bara terkemuka Indonesia, Adaro. Namun, sebelum memimpin perusahaan itu, Boy, begitu dia disapa, sudah jatuh bangun menekuni bisnis batu bara. Berikut adalah penuturan pengalamannya dalam berbisnis.

Kapan terlibat di bisnis tambang batu bara?

Saya lulus SMA pada 1984 di SMA 3. Setelah itu, saya melanjutkan pendidikan saya di Amerika Serikat ambil bachelor dan master. Pada 1991 saya pulang ke Indonesia dan langsung berpikir mencari kerja. Waktu sudah sempat melamar ke beberapa perusahaan asing khususnya asal Amerika Serikat dan diterima dengan gaji sekitar US$2.000.

Begitu mendapatkan pekerjaan itu, saya beritahu ayah dan reaksinya kala itu adalah beliau tidak setuju saya bekerja di perusahaan orang lain. Saya bersyukur mempunyai ayah Teddy Thohir yang mengarahkan untuk menjadi pengusaha.

Ayah yang juga pendiri Astra mengubah pola pikir saya. Saat itu beliau menantang saya untuk mengembalikan biaya kuliah yang sudah saya habiskan sekitar Rp700 juta.

Dengan gaji US$2.000 sebulan tentunya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melunasinya.

Akhirnya saya menyerah dan mengikuti apa yang diinginkan beliau. Lantas ayah meminta saya untuk bekerja di perusahaannya karena waktu itu dia full time di Astra. Lama bergabung di sana, saya pun merasa bosan karena hanya menghadiri rapat mewakili Teddy Thohir, ayah saya.

Kemudian saya bicara ke ayah ingin berbisnis sendiri dan memilih properti sebagai langkah awal. Alasannya, waktu itu saya melihat peluang di daerah Casablanca karena akan dibuat jalan tembus dari Tebet ke Prof. Satrio.

Melihat itu, saya memutuskan membangun apartemen di kawasan itu di atas lahan seluas 2.000 meter saja. Berbisnis properti yang saya pikir mudah ternyata tidak seperti yang dipikirkan.

Pembebasan lahan menjadi masalah utama. Tidak hanya itu, rencana awal hanya 2.000 meter per segi malah meningkat menjadi 3,2 hektare karena pembebasan tanah negara minimal satu kaveling yang luasnya sekitar 5.000 meter persegi.

Biaya membengkak, akhirnya saya bicarakan ke ayah dan mengatakan tidak sanggup kalau harus membeli seluas itu. Solusinya ada, yaitu membeli dan kemudian menjualnya kembali ke Astra karena dulu Edwin Soeryadjaya berkeinginan membangun Astra City.

Dari properti, pada 1992 saya berkenalan dengan pengusaha asal Australia yang memiliki perusahaan tambang di Sawah Lunto-Sumatra Barat dengan bendera PT Allied Indo Coal (AIC).

Tahun itu, batu bara belum diminati pasar. Batu bara AIC berkalori 6.9007.300 dinilai US$32,5 per ton, padahal biaya produksi mencapai US$32, untung kami hanya US$0,5 per ton.

Namun, saya optimistis kalau batu bara ini akan menjadi pengganti minyak sebagai energi utama. Permasalahan datang pada 1997, mitra saya pengusaha asal Australia kabur dan pemilik lahan pertambangan yang semula sudah dibebaskan menggugat AIC.

Tak ingin bermasalah, saya pun membayar para pemilik yang mengaku tanahnya dijadikan lahan pertambangan AIC. Namun, saya tidak mau menyerah, filosofi saya kalau mau berhasil harus gigih, ulet, dan tekun.

Bagi saya, AIC merupakan sekolah pertama dan hingga sekarang masih tetap berproduksi sekitar 5.000 ton per bulan untuk memasok kebutuhan PLTU Ombilin.

Dari Sawah Lunto, saya mulai merambah Kalimantan dengan menggunakan PT Padang Bara Sukses Makmur (PBSM) menggandeng Theodore Permadi (T.P) Rachmat. Alasannya waktu itu, ingin berbagi risiko. Selain itu, T.P Rachmat yang biasa dipanggil Tedi juga sangat jago dalam hal manajemen dan keuangan.

Di Kalimantan Selatan, saya bertemu dengan H. Sulaiman pemilik PT Hansur, kami pun bekerja sama di bawah bendera PT Bumi Rantau Energi. Di pertambangan milik H. Sulaiman, kalori batu bara yang dihasilkan sangat rendah akibatnya harga pun hanya sekitar US$13,5 per ton lebih rendah daripada Sawahlunto.

Mengapa masih bertahan meski berulang kali gagal?

Karena bisnis yang ingin saya geluti hanya dua yaitu natural resources dan population base atau bisnis konsumer. Dari Kalsel saya masuk di Kalimantan Tengah, hanya berdasarkan mimpi orang. Waktu itu saya berdua dengan Tedi sangat berambisi membesarkan perusahaan ini. Apa pun dilakukan untuk mendapatkan lahan pertambangan, sampai mimpi orang pun dipercaya.

Karena tidak logis, akhirnya investasi yang kami tanamkan sebesar US$30 juta melayang. Saya tak pernah kapok. Gagal, saya pun memutuskan untuk serius membesarkan Padang Bara di Kalsel yang baru untung Rp5 miliarRp10 miliar.

Agar produksi Padang Bara diminati pasar, saya mencari solusi dengan blending. Waktu itu, Adaro menjadi pilihan karena dua orang pemiliknya Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno sudah di perusahaan itu.

Berteman dengan mereka tak lantas membuat Padang Bara mudah mendapatkan batu bara dari Adaro karena yang mengoperasikannya adalah New Hope dan harga batu bara pada 20042005 sudah mulai naik.

Tidak beberapa lama setelah kami melakukan pendekatan ke Adaro, saya mendengar perusahaan itu mau dijual. Lantas saya mendekati pak T.P Rachmat, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, Benny Soebianto agar membeli Adaro.

Pembelian Adaro ini seperti reuninya pendiri Astra. Saya mewakili ayah Teddy Thohir, Edwin mewakili William Soeryadjaya, T.P Rachmat menantunya William Soerdyajaya.

Persoalan berikutnya adalah pendanaan. Strategi kami waktu itu adalah dengan menggunakan sistem leveraged buyout untuk mendapatkan pinjaman US$1 miliar. Kami pun menggandeng konsorsium internasional terdiri dari Noonday Asset Management Asia Pte. Ltd, GIC Special Investments, Kerry Coal (bagian dari grup Kuok), Goldman Sachs, Citigroup Global.

Krediturnya DBS Bank, Standard Chartered, RBS, ANZ, UOB Asia, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Mandiri, Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Kami berlima memegang 65% dan sisanya konsorsium asing 35%.

Siapa yang mendorong Anda untuk membeli Adaro?

Bukan percaya diri, tetapi saya selalu memanfaatkan kesempatan yang datang. Menurut saya, perusahaan ini bagus, manajemennya bagus, rekan yang saya gandeng juga bereputasi baik.

Tahun itu, kami juga dituduh melakukan transfer pricing, karena nilai transaksinya yang tinggi. Namun, kami bisa buktikan dengan rekam jejak yang baik. Contohnya saja pajak, pada 2008-2009, mungkin kami pembayar pajak terbesar.

Tidak ada konflik dengan sesama pemegang saham?

Kami diuntungkan, karena ini kan seperti reunion pendiri Astra. Saya tidak mengerti alasan mereka [pemegang saham] memilih saya untuk memimpin perusahaan ini. Namun, saya berterima kasih atas semua itu.

Namun, karena kami melihat Adaro ini himpunan keluarga besar, akhirnya manajemen sepakat untuk mencatatkannya ke pasar modal. Jadi, semuanya mengikuti aturan main yang ada. Meski waktu itu tetap ada perbedaan pendapat. Karena tujuan kami satu ingin membesarkan perusahaan ini, akhirnya disepakati go public.

Kami berharap, meski pemegang saham berganti perusahaan ini akan tetap ada seperti Astra yang telah berganti kepemilikan berulang kali.

Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?

Kalau sampai sekarang perusahaan ini dari pertambangan ke pelabuhan, kini manajemen akan mengembangkannya dari pertambangan ke pelabuhan ke pembangkit listrik.

Saat ini kami membangun pembangkit berkapasitas 2X30 MW, sekitar 10 MW untuk masyarakat sekitar dan sisanya untuk perusahaan dalam rangka efisiensi penggunaan pembangkit dari minyak.

Selain pembangkit listrik?

Kami juga membangun islamic cen ter sebagai tempat peribadatan masyarakat setempat. Selain itu, manajemen tengah melakukan kajian untuk membangun Tanjung City Center sebagai tempat rekreasi masyarakat Kalimantan Selatan yang membutuhkan dana sekitar Rp100 miliar.

Kami juga tengah melakukan kajian untuk membangun Adaro Institute dalam rangka melahirkan sumber daya manusia lokal yang andal, karena selama ini tenaga kerja banyak berasal dari lulusan ITB dan UPN Jogja.

Siapa tokoh idola Anda?

Ayah saya dan Om William Soerjadjaya. Mereka mengajarkan saya bagaimana menjadi pengusaha yang tangguh tetapi tetap humble dan dekat dengan karyawan.

Apa makna dari logo PT Adaro Energi Tbk?

Logo ini yang mendesain Landor Associates yang juga mendesain logonya PT Garuda Indonesia Tbk, BP Petroleum dan banyak lagi. Pada waktu Adaro mau go public, saya dan teman-teman memutuskan untuk membuat logo baru.

Pemilihan Landor sebagai perusahaan yang mendesain logo awalnya mendapat reaksi dari pemegang saham dengan alasan itu perusahaan asing.

Lantas saya jelaskan, suatu hari perusahaan ini akan menjadi perusahaan tambang berkelas dunia, semuanya harus dipikirkan dari jauh hari termasuk logo dan apa makna yang tertera.

Sejak semula, saya memang memiliki mimpi besar, ingin membawa Adaro ke level yang lebih besar. Maka, dipilihlah Landor dan logonya menyerupai diamond atau berlian karena batu bara kalau ditunggu selama 2 juta tahun akan menjadi berlian.

Selain itu, pemilihan logo menyerupai berlian karena batu bara produksi Adaro dari sisi kandungan ash content (kadar abu) merupakan yang terendah di dunia. Saya membayangkan nilai batu bara kami seperti berlian, sangat berharga. Kalau orang bilang batu bara ini emas hitam, tetapi saya menyebutnya diamond hitam.

Untuk warna hijau dan biru, artinya mencerminkan kegiatan produksi Adaro ramah lingkungan karena itu kami menyebutnya sebagai enviro coal. Karena batu bara kami itu salah satu terbaik di dunia dalam hal ultra low sulfur dan ultra low ash.

Apakah sebelum ini, Adaro sudah mempunyai logo?

Cikal bakal Adaro Indonesia ini kan dari Adaro. Nama Adaronya masih sama tetapi sudah dimodifikasi lebih internasional. Ciri lamanya tetap ada. Seperti saya bilang, pada waktu mau mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia para pemegang saham hanya ingin mengubah tulisan PT Adaro Indonesia, tetapi akhirnya kami putuskan juga untuk membuat logo baru.

Nama Adaro sejak kapan?

Nama Adaro sudah ada sejak awal. Adaro itu adalah nama seorang geologist dari Spanyol. Dia merupakan bapak geologi Spanyol. Karena pemilik awal pertambangan ini adalah orang Spanyol, maka dinamakan Adaro.

Tapi kok syukur alhamdulillah arti nama Adaro itu, meski sedikit beda pengucapannya, dalam bahasa setempat (Banjar) anugerah dari Tuhan. Jadi, sekarang saya mengartikannya anugerah dari Tuhan karena pertambangan ini sudah menjadi aset bangsa.

Sumber : Bisnis Indonesia, 31.01.12.

Friday, February 24, 2012

[KU-053/2012] Pemkab Lahat Cari Investor Kembangkan Situs Megalit

SRIPOKU.COM, LAHAT - Pemerintah Kabupaten Lahat menyadari potensi besar pada situs megalit, yang banyak tersebar di beberapa Kecamatan. Sehingga, berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengenalkannya pada khalayak umum, meski belum optimal.

Diharapkan jika pengelolaannya sudah berjalan baik, maka masyarakat Kabupaten Lahat akan merasakan manfaatnya. Saat ini, Pemkab Lahat sedang mencari investor yang mau membangun hotel berkonsep alam di sekitar komplek Megalit Tinggihari I, untuk menunjang minat minat wisatawan yang akan berkunjung.

Menurut Bupati Lahat Saifudin Aswari ketika ditemui Sripoku.com Minggu (15/1/2012) beberapa waktu lalu, pada 2012 ini penggarapan promosi akan lebih gencar dilakukan. Baik melalui media internet, televisi dan pembuatan buku. Sehingga keberadaan situs megalit yang sudah berumur ribuan tahun itu, bisa terekspos ke seluruh Indonesia bahkan dunia.

"Sehingga bisa menyerap wisatawan domestik dan mancanegara, untuk datang berkunjung ke Kabupaten Lahat," jelasnya.

Sumber : Sripoku, 15.01.12.

[English Free Translation]
Lahat regency government realize the great potential of the megalith sites, which are widely spread over several districts. According to Regent (Bupati) Lahat Saifudin Aswari, in 2012 the cultivation of this promotion will be more intensively conducted.

[KU-052/2012] Pengelola Transportasi : DPR Minta Pisah, PT KAI Menolak

JAKARTA: PT Kereta Api Indonesia tolak kesimpulan Komisi V DPR yang mendesak Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk segera memisahkan badan penyelenggara prasaran dan sarana kereta api.

"PT KAI tidak setuju untuk pengoperasian sarana dan prasarana dipisah. Dipisah apa untungnya, operation cost pasti besar," kata Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Igansius Jonan usai rapat dengar pendapat di Komisi V DPR, Selasa, 21 Februari 2012.

Dia menambahkan soal pemisahan badan penyelenggara prasarana dan sarana ini belum mendesak dilakukan mengingat ketentuan mengenai Infrastructure Maintenance Operation (IMO) atau biaya perawatan infrastruktur belum juga ada. Apalagi dari sisi subsidi atau Public Service Obligation (PSO) tidak mudah dan jumlahnya kecil yakni hanya Rp720 miliar.

Untuk IMO ini, lanjutnya, KAI  harus mengeluarkan dana lebih dari Rp1 triliun per tahun.

"Lebih baik dibereskan dulu soal IMO dan Track Access Charge (TAC)," katanya.

Dirjen Perkeretapian Kemenhub Tundjung Inderawan menegaskan tetap akan membentuk Badan Penyelenggara Sarana dan Prasarana sesuai amanat undang-undang.

"Harus ada pemisahan, itu amanat undang-undang. Masalah bentuk badannya bagaimana, nanti dikaji antara Perum atau Perjan," tegasnya.

Dalam kesimpulan rapat Komisi V DPR yang dipimpin Wakil Ketua Muhiddin M. Said mendesak Ditjen Perkeretaapian untuk segera menyelesaikan audit pemisahan aset (kualitatif dan kuantitatif) sesuai amanat undang-undang selambat-lambatnya 3 bulan (terhitung sejak Selasa, 21 Februari 2012).

Selanjutnya Komisi V meminta hasil audit dan pemisahan aset disampaikan kepada Komisi V.(msb)

Sumber : Bisnis Indonesia, 21.02.12.

[English Free Translation]
PT Kereta Api Indonesia rejected the conclusions of the Commission V of the House, urged the Ministry of Transportation - Directorate General of Railways to immediately separate the body of organizing the railway infrastructure.

Wednesday, February 22, 2012

[KG-051/2012] Pisah-Sambut Direksi KALOG


JAKARTA: Guna menghormati jasa-jasa para pendiri sekaligus pemangku jabatan sebelumnya di PT. Kereta Api Logistik (KALOG), manajemen mengadakan acara pisah-sambut direksi lama ke direksi baru. Tujuannya, bersilaturahim.


Selamat jalan direksi lama dan selamat datang direksi baru.

Berita terkait, silahkan baca [KG-033/2012] Sertijab & Pisah Sambut Direksi KALOG.

Sumber : KALOG / Foto : Unknown.

[English Free Translation]
In honor of the founder and chairman of previous PT. Kereta Api Logistik (KALOG), the management board of directors held a farewell and welcoming party to the previous and new directors. The goal, to maintain good relations.

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...