Thursday, December 25, 2014

[KU-351/2014] Kereta Uap Ambarawa, Lorong Waktu Menuju Masa lalu



Widiarto Dwi Pracoyo - d'Traveler

detikTravel Community -

AMBARAWA: Menaiki kereta ini seakan membawa kita pergi menelusuri lorong maktu menuju masa lalu. Kereta uap zaman dahulu ini masih bisa digunakan dan siap untuk mengajak Anda berkeliling menikmati Ambarawa ala tempo dulu. Seru!

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sejarah panjang, salah satu cara menikmatinya adalah dengan menaiki kereta uap di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah. Sembari dibawa melewati alam yang masih asri, wisatawan seakan melewati lorong waktu.

Stasiun Ambarawa adalah salah satu saksi sejarah perkeretaapian Indonesia. Ambarawa menjadi salah satu jalur yang cukup sibuk di Pulau Jawa pada waktu itu. Seiring dengan perkembangan zaman, rute kereta api yang melewati Ambarawa pun tidak digunakan, akhirnya Stasiun Ambarawa berubah fungsi menjadi Museum Kereta Api Ambarawa.

Bangunan stasiun yang sudah berusia ratusan tahun ini masih kokoh berdiri dengan megahnya. Saat ini terdapat beberapa koleksi lokomotif di Ambarawa yang sebagian besar adalah lokomotif tua berwarna hitam buatan Eropa. Selain itu, museum ini menawarkan pengalaman wisata yang sangat spesial yaitu wisata kereta uap.

Wisata kereta uap adalah salah satu wisata yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Untuk menaiki kereta uap, wisatawan harus melakukan reservasi terlebih dahulu karena wisata kereta uap memerlukan persiapan ketika akan digunakan.

Wisata kereta uap ini memiliki 2 rute yaitu relasi Ambarawa-Bedono yang berjarak sekitar 20 km dan relasi Ambarawa-Tuntang yang berjarak 10 km pulang pergi. Saat ini rute kereta uap Ambarawa-Bedono sedang dalam tahap renovasi dan revitalisasi jalur sehingga untuk rute ini masih belum dapat dijalankan. Rute yang ditawarkan adalah relasi Ambarawa-Tuntang yang memakan waktu kurang lebih 1,5 jam pulang pergi.

Pagi hari, lokomotif buatan Jerman ini sudah tampak dipersiapkan. Tumpukan kayu bakar sebagai bahan bakar sudah menggunung, uap yang mendesis pun mulai terdengar dari suara air yang dipanaskan. Lokomotif buatan Jerman ini telihat masih sangat gagah meski dibuat pada tahun 1902. Hebatnya lagi, hanya ada 2 lokomotif sejenis di dunia yang masih bisa berjalan yaitu lokomotif di Ambarawa dan lokomotif di India.

Lokomotif hitam itu dirangkai dengan 3 gerbong yang juga sama klasiknya. Gerbong dengan kursi kayu berhadapan dan tanpa jendela itu seakan membawa aroma masa lalu. Rangkaian kereta yang menampung sekitar 70 orang penumpang itu pun bergerak perlahan menuju ke Tuntang, sebuah stasiun kecil yang terletak di dekat Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Laju kereta yang tidak terlalu kencang, membuat angin sepoi-sepoi masuk ke dalam gerbong penumpang. Lintasan di sekitar Stasiun Ambarawa terlihat agak padat dengan rumah. Namun, saat ini area di sekitar rel akan mulai direlokasi dan dibuat steril dari bentuk bangunan.

Tak lama kemudian, pandangan mata pun dimanjakan dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Hamparan sawah dilatarbelakangi dengan bukit-bukit begitu indah. Wisatawan yang duduk di gerbong penumpang akan merasakan sensasi bagaikan melakukan perjalanan di masa lampau.

Beberapa penumpang pun asyik duduk di belakang masinis untuk melihat cara kerja masinis menangani lokomotif klasik ini. Perlahan-lahan perjalanan pun semakin mendekati Rawa Pening. Ya, jalur rel ini berjalan tepat di samping Rawa Pening, sebuah danau yang terkenal dengan legenda Baru Klinting. Pemandangannya pun makin beragam dan makin seru!

Kereta akan berhenti di Stasiun Tuntang selama kurang lebih 20 menit untuk memutar lokomotif ke belakang. Hal ini cukup unik karena kereta akan menarik rangkaian gerbong namun berjalan mundur. Kesempatan ini digunakan oleh para penumpang berfoto di dalam gerbong di Stasiun Tuntang yang juga bergaya klasik.

Setelah diputar, kereta pun ditarik mundur kembali ke Stasiun Ambarawa. Perjalanan yang masih ditemani jeritan peluit klasik yang melengking ini tak memakan waktu terlalu lama hingga akhirnya sang lokomotif membawa rangkaian kembali sampai di Stasiun Ambarawa. Sebuah perjalanan yang mengasyikkan, seakan membawa kita memasuki lorong waktu merasakan apa yang dulu dirasakan oleh kakek dan nenek kita.

Sumber : detikTravel, 09.11.14 / Foto : RAM.

Rujukan terkait Ambarawa, silahkan baca juga hasil liputan ke
Museum KA yang kesohor tersebut, di : [KG-340/2014] Ambarawa Amazing Bingitz ! (edisi cangkru'an) – Minggu, 14 Desember 2014,  [KG-339/2014] Ambarawa Amazing Bingitz ! (edisi renovasi)  - Sabtu, 13 Desember 2014, [KU-287/2014] Gaet Belanda, Museum KA Ambarawa Akan Jadi Yang Terbesar di Asia – Minggu, 19 Oktober 2014 dan [KG-279/2014] Amazing Ambarawa ! Sabtu, 11 Oktober 2014.

 


[English Free Translation]
Indonesia is one country that has a long history, one way to enjoy it is to ride a steam train at the Ambarawa’s Railway Museum, Central Java. While taken through beautiful nature, as travelers pass through the time tunnel.

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...