Friday, October 21, 2011

[KU-091/2011] Ignasius Jonan : Kondisi Dilematis Itu Selalu Ada

JAKARTA: Memimpin perusahaan angkutan umum massal berstatus badan usaha milik negara yang dibebani tugas melayani masyarakat sekaligus mencari profit, membuat seorang Ignasius Jonan harus berani melakukan gebrakan dan berinovasi termasuk mengubah budaya perusahaan.

Sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), mantan Dirut PT BPUI tersebut memiliki serangkaian rencana besar seperti memperbaiki citra perkeretaapian Indonesia, melengkapi setiap kereta ekonomi dengan alat pendingin ruang, dan memperbanyak kereta angkutan barang.

Kepada Bisnis, Jonan menuturkan mengenai gaya kepemimpinannya, situasi-situasi sulit yang dialami, hingga tokoh yang dikaguminya. Berikut petikannya:

Bagaimana kondisi KAI sejak Anda memimpin BUMN ini pada 2009?

Ini merupakan penugasan saya yang kedua seba gai dirut gai dirut BUMN. Perta ma, di PT Ba hana Pembina an Usaha Indo nesia pada 2001-2006. Saya ke sini [PT KAI] pada 2009.

Saya merasa ada kewajiban menjalankan misi pemerintah di setiap elemen. Di KAI, saya mencoba mengubah ekspektasi pelanggan terutama untuk angkutan penumpang.

Contohnya, belilah tiket kereta api di tempat yang resmi, penumpang tanpa karcis tidak boleh masuk peron. Saya menerapkannya seperti di bandara. Pada semua kereta AC dan nonAC dipasangi speaker untuk mengingatkan larangan merokok. Kalau ingin merokok, silakan turun dulu di stasiun antara. Saya juga perokok berat. Saat naik pesawat berjam-jam, misal, ke New York, toh tidak mati jika tidak merokok.

Situasi tersulit apa yang pernah Anda alami?

Pertama, soal kebutuhan akan public service obligation [PSO] atau subsidi pemerintah untuk kereta kelas ekonomi. Ini dari dulu tidak pernah dipenuhi sesuai dengan kebutuhan. Pada 2011, hanya dipenuhi kira-kira 55% dari total biaya operasi. Akibatnya perawatan dan pelayanan menjadi tidak optimal sehingga banyak protes dari masyarakat. Kalau PSO tidak juga dapat dipenuhi sesuai biaya produksi, kereta tidak akan maju. Pemerintah tinggal akan maju. Pemerintah tinggal memilih, tarif kereta ekonomi naik atau PSO ditambah sesua biaya produksi. ya produksi.

Misalnya, saat ini harga tiket KA ekonomi rute Jakarta-Semarang Rp28.000, dari yang seharusnya Rp60.000. Padahal, PSO dari pemerintah yang apat dipenuhi paling banyak hanya Rp38.000. Sisanya, ditanggung KAI. Yah, kami terpaksa harus mengu rangi biaya sehingga kualitas layanan juga berkurang.

Kedua, angkutan barang dengan KA saat ini dikenakan harga solar industri Rp9.000 per liter, padahal moda angkutan lain seperti truk dikenakan harga solar transportasi [bersubsidi] Rp4.500. Seharusnya KA diperlakukan sama dengan truk. Apalagi truk tidak harus merawat jalan, sedangkan KA harus merawat rel. Kami sudah sampaikan hal ini melalui surat kepada pemerintah.

Ketiga, soal sarana seperti rel dan sinyal. Sarana ini merupakan milik pemerintah, tetapi karena KAI yang mengoperasikan maka kami pula yang merawat. Seharusnya ada sinkronisasi agar biaya perawatannya lebih murah.

Apakah selama memimpin KAI, Anda merasa ada kebijakan yang keliru?

Secara profesi, saya tidak tahu. Waktulah yang nanti akan membuktikan apakah langkah saya keliru atau tidak. Keputusan strategis itu diambil secara kolektif oleh direksi, pemegang saham dalam RUPS. Sejauh ini kami menganggap benar seluruh keputusan yang diambil.

Pernahkah Anda berada dalam situasi yang dilematis?

Iya ada, seperti buah simalakama. Kondisi dilematis itu selalu ada. Sesuai dengan aturan keselamatan angkutan kereta api, saat Lebaran, maksimum per gerbong diberi kompensasi kelebihan muatan penumpang sebanyak 50% untuk kereta ekonomi. Artinya, muatan menjadi 150% dari kapasitas tempat duduk. Ini sulit, karena secara kultur, penumpang masih mau berdesak-desakan hingga kapasitas 250%. Namun, kami bertindak tegas untuk tetap menerapkan batasan 150%. Kebijakan ini menimbulkan penurunan kapasitas angkut sebesar 17%. lni sangat dilematis. Untuk kelas ekonomi, tantangannya memang berat sekali.

Keputusan apa yang Anda anggap cukup monumental?

Untuk kereta rel listrik [KRL] Jabodetabek, saya berlakukan single operation atau operasional tunggal, first infirst out. Tidak ada susul-menyusul antara kereta ekspres terhadap AC ekonomi sehingga menjadi satu dalam commuter line. Ini fair, karena aspek ini merupakan hak penumpang. Di seluruh dunia, tidak ada kereta api komuter yang saling mendahului.

Apa tantangan terberat Anda di KAI?

Perubahan kultur di KAI. Pertama, saya mencoba mengubah kultur dari product oriented menjadi customer oriented. Dulu, KAI memiliki kultur product oriented. Tak peduli pelayanannya jelek, kalau mau naik silakan. Corporate culture inilah yang harus diubah, kalau tidak, KAI masa depan nya sulit. Kultur inilah yang membawa organisasi berkembang atau tidak.

Tantangan kedua terbesar adalah mengajak seluruh pemangku kepentingan, bahwa perkeretaapian butuh biaya yang wajar. Harapan kami, 2 tahun ke depan, KRL Jabodetabek memakai AC dan single price. Ini tantangan besar. Namun, kalau ini dijalankan dapat mengurangi kepadatan jalan raya.

Saya sangat berharap kebijakan ini bisa jalan. Tidak usah pakai PSO. Kalaupun masih ada, PSO akan digunakan untuk kereta jarak jauh. Kalau negara memberi PSO penuh pada tahun depan Rp1,5 triliun, maka pada 2013 rencana ini bisa kami jalankan.

Aksi korporasi apa yang dipersiapkan dalam beberapa tahun ke depan?

Sektor kereta api merupakan pembangunan yang sifatnya jangka panjang. Pembangunan double track [rel ganda] di lintas utara Jawa direncanakan tahun ini, selesainya 2-3 tahun lagi, karenanya proyek KA tidak bisa instan.

Pada 2009, kami sudah mulai mengadakan KA pengangkut batu bara di Sumatra Selatan berkapasitas angkut 22 juta ton. Selain itu, kami akan tingkatkan kapasitas kereta angkutan barang.

Jika pada 2009 awal, hanya 500 kontainer per hari, sekarang menjadi 2.000 hingga 2.500 kontainer per hari. Targetnya 5.000 kontainer pada tahun depan, dan menjadi 15.000 kontainer per hari dengan adanya double track di lintas pantai utara [pantura] Jawa pada 2014. Hal ini akan mengurangi beban jalan raya.

Untuk hal ini, kami sudah mempersiapkan pendanaannya lewat pinjaman dari sindikasi bank BUMN sebesar Rp5,5 triliun. Selain itu, pengembangan KA Bandara Kuala Namu, Medan sudah mulai jalan, yang memerlukan dana Rp200 miliar-Rp250 miliar. Ini proyek patungan dengan PT Angkasa Pura. Saat ini juga mulai akan menggarap KA Bandara Soekarno-Hatta Jakarta yang memerlukan dana Rp7 triliun.

Bagaimana Anda memersepsikan pesaing dan pelanggan ?

Pelanggan adalah pemberi makan kami. Ini yang utama. Kami mencoba setiap saran dan kritik dapat ditransformasikan kepada kebaikan. Memang tidak bisa instan.

Dalam persepsi kami, sebagai salah satu obat paling mujarab, adalah kritik pelanggan dan persaingan. Saya terus terang mengharapkan ada kereta api swasta. Swasta tinggal bayar pemakaian stasiun.

Pernahkah Anda berada pada situasi tender proyek yang bernuansa kolutif?

Tekanan pasti ada. Akan tetapi, kita dengan sopan menjelaskan bahwa tekanan akan menyebabkan distorsi kualitas layanan. Selama ini, hal seperti itu dapat saya hindari. Saya sendiri tidak terlibat dalam setiap proses pengadaan, karena ada direktur dan tim. Saya tidak terlibat langsung. Di organisasi ini, saya bertugas mengambil kebijakan strategis dan kebijakan besar. Ini agar tidak ada conflict of interest.

Bagaimana menghadapi karyawan yang resistan terhadap kebijakan perusahaan?

Saya kira ada. Akan tetapi banyak teman-teman yang ingin berubah. Jadi, hanya caranya saja yang baik seperti sosialisasi, beri contoh, instruksi, punishment [hukuman].

Jika betul-betul bandel dan tidak sesuai zaman, ya out. Sekarang KAI memiliki karyawan 30.000 orang.
Untuk pengembangan ke depan jumlah ini kurang. Kalau semua program pengembangan dijalankan, seperti KA batu bara, KA barang di Pantura, KA Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, KA Bandara Kuala Namu Medan, peningkatan kapasitas KRL Jabodetabek yang hingga akhir tahun bertambah 130 unit lagi, maka idealnya jumlah karyawan sebanyak 40.000 orang.

Bagaimana proses kaderisasi kepemimpinan di KAI?

Untuk kaderisasi, saya membentuk komite eksekutif, anggotanya 50 orang. Ini sifatnya berkesinambungan. Kami juga lakukan pelatihan yang sifatnya lintas sektoral.

Bagaimana cara memotivasi karyawan?

Tentu dengan reward [penghargaan] dan punishment [hukuman]. Keduanya harus jelas, tidak boleh subjektif. Ini ketat seperti militer. Junior bisa membalap senior asal punya kemampuan.

Bagaimana Anda mempersiapkan masa pensiun nanti?

Belum terpikir. Sekarang saya 48 tahun. Jika ada periode kedua, saya ingin mengajar di bidang yang orang anggap saya mampu.

Bagaimana Anda menyeimbangkan urusan pekerjaan dan keluarga?

Saya pikir, kadang tidak bisa setiap saat balance [seimbang]. Jadi harus pintar-pintar mengatur waktu.
Kebetulan anak saya sudah besarbesar, jadi agak mendingan. Anak saya yang paling besar saat ini kuliah di AS dan anak kedua kelas 3 SMP.

Apa olahraga Anda?

Jalan kaki, lari, dan berenang.

Siapa tokoh idola Anda ?

Banyak. Nelson Mandela, dialah yang membuat identifikasi Afrika Selatan pascaruntuhnya rezim apartheid. Mau memperbaiki tidak perlu kebanyakan lihat spion [ke belakang]. Kedua, Bill Gates. Dia tokoh yang mengubah kebudayaan manusia. Microsoft merubah kultur manusia. Ketiga, Warren Buffet, selaku investor keuangan yang selalu percaya subtansif bukan gosip atau gejolak pasar.

Waktu saya masuk KAI, Buffet menginvestasikan uangnya dengan membeli KA angkutan barang Wellington Nasional Santa Fe. Dia percaya masa depan logistik darat adalah menggunakan KA. Jalan raya idealnya untuk transportasi manusia, sedangkan untuk barang pakai kereta. Tokoh nasional, yang saya suka adalah Nurcholis Madjid, dia humanis.

Obsesi atau harapan apa yang belum tercapai?

Kalau dibilang obsesi, ya tidak. Saya masih berharap, pelayanan publik di negara kami lebih baik, sehingga masyarakat akan lebih cepat memperoleh kesejahteraan.

Siapa orang yang paling berperan dalam karier Anda?

Saya bekerja kurang lebih 25 tahun, sehingga saya tidak bisa disebutkan satu persatu. Yang paling berpengaruh dalam karier saya adalah orang-orang yang saya pimpin. Dalam konteks yang positif, kalau kepala stasiun salah, itu salah saya.

Sumber : Bisnis Indonesia, 19.10.11.

[English Free Translation]
According to Ignasius Jonan (Director of  PT KAI or Indonesian Railway Corp.),  “there is always dilemma conditions”. Read more above, to know what on his ideas.

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...