Tuesday, May 21, 2013

[KU-138/2013] Ignasius Jonan - Direktur Utama PT KAI (Persero)



"First Who, Then What," tak ada yang menampik keberhasilan transportasi bisnis PT KAI adalah buah dari keberanian Ignasius Jonan. Di bawah kendalinya, KAI mampu mendongkrak kinerja persero yang semula memiliki rapor merah menjadi kinclong.

Menjadi nahkoda KAI sejak 29 Februari 2009, di penghujung tahun itu juga KAI membukukan laba bersih Rp 154,8 miliar sebelumnya merugi Rp 83,4 miliar. Kinerja KAI terus melesat, pada 2010 laba bersih mencapai Rp 216,3 miliar.

Setelah pada 2011 mengalami penurunan menjadi Rp 201,9 miliar, pada 2012 laba bersih terkerek ke angka Rp 425 miliar dengan penjualan hampir menembus Rp 7 triliun. Tahun ini, performa KAI sepertinya akan makin mengkilap.

Jonan menargetkan pendapatan KAI tahun ini mencapai Rp 9,44 triliun dan Rp 14 triliun tahun 2014. Moto Jonan, Satu KAI, Satu Hati, dan Satu Tujuan dalam memberikan pelayanan terbak kepada semua orang, mampu di break down dan dikomunikasikan secara baik kepada seluruh karyawan.

Gebrakan awal Jonan memperbaiki remunerasi di tubuh KAI justru memompa semangat karyawan. Memang, peningkatan kesejahteraan karyawan menjadi salah satu perhatiannya.

"Saya tidak mau menjadi orang yang egois, saya ingin menyejahterakan pegawai agar hati dan sikap mereka berubah. Dan, semangat pelayanan juga berubah karena terperhatikan. Saat dilantik menjadi Dirut PT KAI tahun 2009,  faktor SDM menjadi sasaran pertama yang dibenahi. "Saya ubah dari yang  mulanya product oriented menjadi customer oriented," ujarnya.

Untuk kenyamanan, gerbong dan lokomotif juga mendapat sentuhan. Contoh paling mudah, saat ini tidak ada lagi cerita toilet tidak berfungsi dalam perjalanan kereta. Malah hampir semua gerbong non-KRL sekarang sudah dilengkapi AC. Standar stasiun ditingkatkan. Dari segi keamanan perjalanan, dikerahkan petugas keamanan dalam setiap perjalanan KA. 

Sistem piket pun diberlakukan bagi semua karyawan, termasuk dirinya dan para direktur KAI. Sebulan sekali Jonan semalaman berjaga di stasiun kecil di luar Bandung, saat diberlakukan sistem boarding.

Jonan turun langsung ke stasiun Senen untuk mengecek penumpang. Bahkan, ia yang perokok berat melarang penumpang merokok di dalam kereta. "Di stasiun, kami sudah sediakan smoking area," ujarnya.

Terobosan lain yang dibesutnya adalah sistem ticketing. Tiket tak cuma bisa di dapat di stasiun, penumpang bisa beli tiket secara online. Ia memaparkan, berbagai gebrakan yang dilakukannya bermuara pada peningkatan pelayanan kepada pelanggan atau penumpang KA.

Diharapkan, penumpang senang dan di lain kesempatan akan memilih KA sebagai alat transportasi. yang tak kalah bagus, teribosan Jonan di sektor keuangan, meski mengaku tak mendapatkan dana IMO, nyatanya KAI sanggup merawat instalasi sinyal, rel, dan sarana pendukung lainnya.

"Padahal UU nya ada, Perpres nya juga sudah keluar, tetapi dana IMO ini tidak pernah keluar," ujar Jonan. Setali tiga uang dengan PSO, dana subsidi angkutan publik ini selalu turun terlambat dari pemerintah. Akibatnya, KAI harus ngutang ke perbankan dengan bunga sekira Rp 20 miliar per tahun.

"Kalau PSO turun di awal tahun, dana yang untuk bunga itu kan bisa dibelikan gerbong baru," ujarnya. Jonan berinisiatif pengurangan PSO kepada pemerintah. kereta jarak jauh tak perlu PSO. Subsidi diberikan kepada KRL non AC saja, PSO tahun anggaran 2013 yang semula jumlahnya Rp 704 miliar dipangkas hanya menjadi Rp 285 miliar.

"Itu kan separuhnya, sisanya pemerintah bisa subsidikan, misal untuk mengangkut sepeda motor pemudik Lebaran," imbuhnya. Nyatanya, jumlah penumpang KAI terus melonjak, tahun 2012 ada 202 juta lebih penumpang, meningkat dari tahun 2011 yang hanya 191 juta lebih penumpang kereta api.

"Target tahun 2020 mengangkut 600 juta penumpang," ujar Jonan. Amunisi apa yang dimilikinya sehingga punya keberanian melakukan perubahan dan perombakan besar di KAI?. "Saya tidak punya interest pribadi, saya taat pada aturan yang sudah ada," ungkap Jonan. 

Sumber : Majalah SWA, 08-22.05.13 / Kredit Foto : Marketeers..

[English Free Translation]
"First Who, Then What," no one denies that the success of the business of transportation of PT KAI is the result of hard work of courage: Ignasius Jonan. Under its control, KAI able to boost the performance of state-owned, which was originally loose to be profitable company.

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...