Tuesday, May 5, 2020

[KU-126/2020] Stasiun Balapan, Kebanggaan Belanda & Zona Galau Didi Kempot


Jakarta, CNN Indonesia -- Ning Stasiun Balapan

Rasane Koyo Wong Kelangan
Kowe Ninggal Aku
Ra Kroso Netes Eluh Ning Pipiku
Da... Dada Sayang
Da... Slamat Jalan

Potongan lirik tersebut berasal dari lagi “Stasiun Balapan” milik Didi Kempot yang dikabarkan meninggal dunia pada hari Selasa 05/05.

Lagu ini terdapat dalam album studio debut Didi Kempot yang juga bertajuk sama dan dirilis pada 1999.

'Stasiun Balapan' yang memiliki nada sendu di awal namun kemudian diiringi tabuhan gendang disebut Didi memang memiliki lirik berbahasa Jawa yang menyayat hati, seperti lagunya sendiri.

Lagu itu, kata Didi, terinspirasi dari kisah nyata yang ia lihat secara langsung. Saat masih mengamen di Stasiun Balapan di tengah era 1984-1986, ia melihat banyak orang yang berpelukan hingga menangis karena akan berpisah.

Lagunya memang bernada sendu, namun karier pria asal Solo kelahiran tahun 1966 ini berhasil meroket karenanya. Terbukti dengan sering diputarnya lagu tersebut di radio-radio campursari Indonesia pada sekitar tahun 1990an, jauh sebelum eksistensi para Sobat Ambyar.

Jika mencari kata 'Stasiun Balapan' di internet, maka banyak tautan artikel yang disisipi kata 'bersejarah'. Stasiun kereta yang berada di Solo ini memang menyimpan banyak sejarah sejak dibangun dan beroperasi ketika zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada 10 Februari 1870.

Stasiun dengan kode SLO ini merupakan stasiun utama di kota Solo dan tertua ke-dua di Indonesia setelah Stasiun Samarang - yang kini sudah digantikan oleh Stasiun Semarang Tawang.

Stasiun Balapan juga merupakan stasiun ke-dua yang menggunakan sistem persinyalan elektrik setelah Stasiun Bandung. Sistem tersebut dibuat oleh Siemens.

Modernisasi Pulau Jawa menjadi semangat pembangunan stasiun ini, yang dilakukan oleh perusahaan Hindia-Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan dikelola oleh perusahaan kereta api negara saat itu, Staatssporwegen. Arsiteknya Herman Thomas Karsten.

Karsten merancang stasiun dengan gaya arsitektur campuran Belanda-Jawa. Istilahnya Nieuwe Bouwen atau bangunan baru, sehingga fungsi bangunannya bisa mengadaptasi lingkungan sekitarnya. Terbukti dengan keberadaan atap-atap yang tinggi sebagai lubang udara.
Jalur stasiun kereta ini menghubungkan kota Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Ada dua terminal di sini, yang ke arah selatan dan utara. Terminal ke selatan memiliki lima jalur, terminal ke utara memiliki tujuh jalur.

Dikutip dari Surakarta.go.id, nama 'balapan' berasal dari pemakaian lahan stasiun yang merupakan Alun-Alun Utara milik Keraton Mangkunegaran di bawah kepemimpinan Mangkunegoro IV. Di dalam alun-alun terdapat lintasan pacuan kuda atau yang disebut balapan.

Sebagai gantinya, Keraton Mangkunegaran mendapat lahan di Manahan untuk dibangun sarana pacuan kuda dan aktivitas olahraga lainnya.

Selain dekat dengan pusat pemerintahan, stasiun ini juga dekat dengan Pasar Legi dan pemukiman orang kaya Eropa pada zaman itu, Villa Park. Tak heran jika harga tanah di stasiun sangatlah mahal saat itu.

Setelah Stasiun Balapan berdiri, Belanda menghubungkan rel kereta dengan stasiun-stasiun yang berada di titik-titik strategis, yakni di Purwosari, Sriwedari, dan Jebres.

Stasiun-stasiun itu terhubungkan oleh rel-rel yang melewati tengah kota. Salah satu buktinya adalah jalur rel yang ada di tepi jalan Slamet Riyadi dan masih digunakan hingga sekarang.
Saat ini, kereta dari arah timur yang menuju ke jalur utara (Semarang) maupun sebaliknya dilayani di Stasiun Solo Jebres, sedangkan kereta kelas ekonomi jalur selatan (Yogyakarta, Bandung, Purwokerto, dan Jakarta) dan lokal/komuter (Yogyakarta dan Kutoarjo) dilayani di Stasiun Purwosari.

Stasiun Balapan menjadi saksi bisu beragam sejarah di Indonesia. Mengutip Kemendikbud.go.id, Pakubuwono X menggunakan stasiun ini saat hendak berangkat menikahi putri Hamengku Buwono VII pada tahun 1915.

Lalu momen pengangkutan massa Sarikat Islam yang akan melaksanakan Kongres Sarikat Islam di Solo.

Stasiun Balapan masuk dalam daftar Bangunan Cagar Budaya pada tahun 2013.

Atas karya populernya tentang Stasiun Balapan, PT Kereta Api Indonesia resmi menetapkan Didi Kempot sebagai Duta Kereta Api Indonesia.

Sumber : CNN Indonesia, 05.05.20 / Foto : TribunNews.

[English Free Translation]
Stasiun Balapan is a silent witness of various histories in Indonesia. Quoting Kemendikbud.go.id, Pakubuwono X used the station when he was about to leave to marry the daughter of Hamengku Buwono VII in 1915. It also revealed the distress of Didi Kempot, the singer of the campursari song titled Stasiun Balapan, who died today. Rest in Peace the Godfather of the Broken Heart.

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...