Saturday, February 8, 2020

[KU-039/2020] Reaktivasi Rel KA Jateng : Ambisi & Problem Struktural


Bisnis.com, SEMARANG - Kereta api atau spoorwegen memiliki sejarah yang cukup panjang di Jawa Tengah. Di Kota Semarang, yang selanjutnya menjadi ibu kota provinsi Jawa Tengah, jalur kereta api pertama dibangun oleh Nederlands - Indische Spoorweg Maatschappij pada tahun 1867.

Perkembangan jalur kereta api terus berkembang pesat seiring dengan munculnya pusat-pusat ekonomi baru di Jawa Tengah. Pada akhir abad ke XIX, jalur rel kereta api telah membentang di sepanjang pesisir pantai utara (pantura), menembus wilayah-wilayah pedalaman yang bergunung-gunung, hingga vorstenlanden yang dikuasai para raja Jawa.

Wilayah pesisir memiliki posisi cukup strategis karena menjadi pusat perekonomian dan pelabuhan-pelabuhan utama di Jawa pada waktu itu. Sedangkan pedalaman Jawa menjadi pusat komoditas perkebunan seperti gula, kopi, vanili, nila dan tembakau.

Konektivitas yang dipicu oleh keberadaan jalur rel kereta api yang menghubungkan wilayah pesisir,  wilayah pedalaman dan kota-kota pelabuhan, terutama Semarang, pedalaman, dengan vorstenlanden turut memperlancar distribusi komoditas perkebunan ke pelabuhan Semarang.

Tak heran jika pada waktu itu pelabuhan Semarang menjadi salah satu pelabuhan utama di Hindia Belanda.

Sejarawan Endah Sri Hartatik dalam Dua Abad Jalan Raya Pantura: Sejak Kerajaan Mataram Islam Hingga Orde Baru, menulis bahwa konektivitas jalur kereta antara pedalaman dan kota pelabuhan di sepanjang Pantura, mampu menekan biaya logistik dan meningkatkan volume pengiriman komoditas perkebunan ke pelabuhan Semarang.

"Semarang [kemudian] menjadi satu-satunya pelabuhan Jawa Tengah yang mengirimkan hasil perkebunan ke Eropa dan menjadi terminal barang-barang dari wilayah pesisir Jawa Tengah bagian barat, timur, dan daerah Vorstenlanden," tulis Endah sebagaimana dikutip Bisnis, Senin (27/1/2020).

Namun seiring berjalannya waktu, terutama pascakecamuk perang kemerdekaan, kejayaan jalur kereta api di Jateng mulai memudar. Sebagian rel kereta api mengalami kerusakan dan alih fungsi secara besar-besaran. Tak hanya itu, perubahan kebijakan pemerintah turut memudarkan popularitas jalur kereta api Jawa Tengah.

Endah dalam tulisannya itu menjelaskan, kereta api semakin terdesak pada masa Orde Baru. Transformasi besar-besaran terjadi dan mengubah tren moda transportasi darat saat itu. Kereta api tak mampu bersaing dan posisinya perlahan tergeser oleh jalan raya.

Kendati demikian, jauh setelah Orde Baru runtuh, harapan untuk memulihkan jalur rel kereta api di Jawa Tengah mulai kembali muncul. Pemerintah tampaknya cukup serius untuk membuka kembali simpul-simpul sejarah perkeretaapian yang sekian puluh tahun tertutup waktu.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sejak periode pertama pemerintahannya telah berulangkali menyampaikan niatannya untuk proyek ambisius tersebut.

Reaktivasi rel kereta api jalur Stasiun Tawang dengan Pelabuhan Tanjung Emas menjadi salah satu perhatian pemprov Jateng. Tak hanya itu, Pemprov Jateng juga berencana mengaktifkan kembali jalur Semarang-Lasem yang panjangnya kurang lebih 100 kilometer.

Sementara itu dalam Peraturan Presiden No.79/2019 terkait percepatan pembangunan di Jateng, ada dua proyek reaktivasi rel kereta api yang menjadi target pemerintah paling tidak hingga lima tahun ke depan.

Proyek pertama adalah reaktivasi rel kereta api Semarang - Rembang dan yang kedua yakni Semarang - Magelang.

Reaktivasi rel kereta api Semarang - Rembang diproyeksikan membutuhkan investasi senilai Rp8 triliun. Sedangkan Semarang - Magelang membutuhkan investasi dana senilai Rp11,09 triliun. Skema pembiayaan kedua proyek ini sama-sama dilakukan dengan kerja sama pemerintah dan badan usaha atau KPBU.

Kendati demikian, upaya menghidupkan jalur atau rel kereta api yang telah lama mati ini tak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi, jalur-jalur kereta api yang bakal direaktiviasi, sebagian besar telah beralih menjadi pemukinan warga atau komponen rel-nya rusak ditangan orang tak bertanggung jawab.

Khusus Semarang-Lasem misalnya, Wakil Gubernur Jateng  Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin mengakui bahwa di sepanjang lokasi rel, saat ini telah banyak beralih fungsi. Di beberapa daerah, yang semula rel kereta api berubah menjadi pasar atau alun-alun.

"Ini yang kayaknya menjadi pekerjaan rumah (PR) kita agar secepatnya terealisasi, agar mudah aksesnya," ungkapnya belum lama ini.

Persoalan serupa juga terjadi di jalur Semarang - Magelang. Selain lahannya sudah banyak beralih menjadi pemukiman, reaktivasi jalur kereta api tersebut memiliki tantangan dengan kondisi lahan yang memiliki topografi bergunung-gunung.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Satriyo Hidayat mengungkapkan bahwa dengan banyaknya tantangan, proses pelaksanaan proyek perlu memperhitungkan banyak aspek  termasuk implikasinya terhadap secara lingkungan dan sosial.

Dia mencontohkan, proyek reaktivasi rel kereta Semarang - Magelang yang sebagian bakal melewati perkotaan. Dengan kondisi tersebut, menurut Satrio, proses pembebasan lahannya perlu dilakukan secara bertahap untuk meminimalisir konflik dengan masyarakat.

"Ya itu kami perlu melakukan banyak tahapan. Perlu hati-hati supaya penolakan sosialnya kecil," imbuhnya, Senin (27/1/2020).

Adapun proyek reaktivasi rel Semarang - Magelang telah melewati fase trase sudah selesai dan saat ini sedang akan mulai tahap detail enginering design (DED). Setelah fase itu seledai baru kemudian bisa diajukan izin lokasi, penetapan lokasi, analisis dampak lingkungan, hingga  kemudian fase pembebasan lahan.

Satriyo berpandangan dengan progres tersebut, pihaknya cukup optimis proses pelaksanaan proyek rel kereta api bisa segera dilaksanakan pada  2024 mendatang. "Prosesnya panjang, tetapi kami optimis bisa segera dilaksanakan," jelasnya.

Sementara itu, untuk proyek Semarang-Rembang, Dishub Pemprov Jateng kini sudah meminta pemerintah daerah segera merampungkan konsep tata ruangnya. Apalagi, dalam beberapa kasus dia melihat ada ketidaksrinkronan tata ruang antar pemda misalnya di kabupaten A penyediaan lahan di sebelah utara, sementara itu kabupaten B ada di selatan, kabupaten C di utara lagi.

"Ini tentu tidak efisien. Makanya saya titip ke kadishub kabupaten kalau selatan ya selatan semua, supaya bisa sejalan dan efisien," jelasnya.

Reaktivasi rel kereta api sendiri merupakan salah satu program pemerintah untuk mendorong pemerataan ekonomi di Jateng. Dengan konektivitas antar daerah, upaya pemerintah untuk mendorong kantong-kantong perekonomian baru bisa segera terealisir.

Apalagi sejumlah ekonom mengamini bahwa di antara sejumlah moda transportasi, kereta api cenderung yang paling efektif dan efisien.

Enny Sri Hartati, ekonom senior Indef misalnya menyebut dengan dukungan transportasi darat terutama kereta api dan optimalisasi pelabuhan Tanjung Emas, dua aspek ini bisa menjadi motor untuk mengakselerasi perekonomian di kawasan Jawa Tengah.

Persoalannya apakah dengan setumpuk tantangan yang ada di depan mata, semua rencana itu bisa terealisasi? Bagaimana langkah pemerintah menuntaskan persoalan tersebut? Hanya waktu yang akan membutikan.

Sumber : Bisnis, 28.01.20.

[English Free Translation]
Train or spoorwegen has a fairly long history in Central Java. In the city of Semarang, which subsequently became the capital of the province of Central Java, the first railroad was built by the Nederlands - Indische Spoorweg Maatschappij in 1867. Tell us more about the railway history in the country.

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...