Friday, September 28, 2012

[KU-235/2012] Editorial Bisnis : Revolusi Kereta Api



Sejak Senin (24/6) ada dua berita menarik mengenai kereta api di harian ini. Pertama, PT Kereta Api Indonesia, melalui anak usahanya PT KAI Commuter Jabodetabek, akan menaikkan tarif kereta rel listrik (KRL) Commuter Line Rp2.000 per penumpang mulai 1 Oktober 2012. Kedua, sebanyak 20 unit kereta rel listrik yang dipesan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek tiba di Pelabuhan Tanjung Priok.

Berita pertama biasanya disambut pro dan kontra dari para penggunanya. Kita masih ingat ketika manajemen PT KAI menaikkan tiket untuk kelas ekonomi KRL Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi protes keras di mana-mana.

Kini PT KAI Commuter Jabodetabek terpaksa menaikkan tarif karena selama 4 tahun, BUMN ini terus merugi karena mengoperasikan KRL tersebut. Itu pun tarif baru belum juga dapat menutup biaya operasi, apalagi tarif dasar listrik (TDL) ikut naik.

Biaya operasi untuk setiap penumpang KRL Commuter Line relasi Jakarta Kota-Bogor Rp10.700, sedangkan tarif saat ini hanya Rp7.000, rencananya dinaikkan menjadi Rp9.000 per penumpang. Dengan penaikan tarif itu, setidaknya dalam 3 bulan pascakenaikan BUMN itu akan mendapat tambahan dana Rp50 miliar dengan asumsi penumpang per hari mencapai 300.000 orang. Maklum, BUMN ini akan banyak berinvestasi hingga tujuh tahun ke depan.

Pada 2012-2019 bersama anak usahanya PT KCJ akan berinvestasi Rp7 triliun, baik untuk penambahan kereta api juga prasarana seperti perbaikan stasiun, peron, stabling dan peningkatan SDM. Kita memahami penaikan harga itu diiringi dengan pelayanan yang lebih baik kepada penumpang.

Itulah sebabnya ki­­­ta menaruh harapan kedatangan KRL dari Jepang itu akan membuat penum­pang semakin nyaman. Tahun ini penambahan KRL ditargetkan 90 unit, sebelumnya 30 unit telah tiba pada April dan Mei. Dengan penambahan 20 unit KRL tersebut, maka total armada KRL yang te­­­lah dibeli sejak 2008 sebanyak 268 unit.

Pengadaan armada akan dilakukan setiap tahun hingga akhir 2019, sehingga program pemerintah untuk mengangkut 1,2 juta penumpang per hari dapat terwujud pada akhir 2019 dengan dukungan sebanyak 1.440 armada.

Harian ini mengingatkan realisasi program 1,2 juta penumpang harus diikuti dengan peningkatan kapasitas prasarana seperti stabling (tempat parkir KRL), penambahan gardu listrik termasuk penambahan daya listrik, perbaikan persinyalan, peninggian dan per­panjangan peron serta penambahan kapasitas perawatan sarana. Hal yang lebih penting adalah kesiap­an sumber daya manusia yang melayani kepentingan publik.

Itulah sebabnya kita mendukung langkah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan menggelontorkan anggaran Rp300 Milliar untuk pembangunan gedung pusat pelatihan dan pendidikan di Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) di Madiun, Jawa Timur. Lembaga ini disiapkan sebagai pusat pelatihan dan pendidikan perkeretaapian di Indonesia.

Pada 2013-2016 akan dibangun workshop, penambahan gedung kelas, stasiun simulasi, aditorium, menara air, railtrack dan sintelis kereta api, perpustakaan, dan ruang rekreasi. Kita berharap revolusi yang dilakukan manajemen KAI selama 3 tahun terakhir harus dilakukan secara konsisten sehingga berbuah pelayanan terbaik bagi para penggunanya.

Sumber : Bisnis Indonesia, 26.09,12.

[English Free Translation]
Since Monday (24/6) There are two interesting news about railway transportation biz. First, PT Kereta Api Indonesia (KAI) or Indonesian Railways, through its subsidiary PT KAI Commuter Jabodetabek, will raise electric train (KRL) Commuter Line’s fares IDR 2,000 per passenger from October 1, 2012. Secondly, as many as 20 electric train units ordered by PT KAI Commuter Jabodetabek arrived at Tanjung Priok, Indonesia.

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...