Tuesday, November 5, 2019

[KU-309/2019] Harga Batubara Naik 2,27%, APBI: Belum Menjadi Tanda Rebound


KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) November 2019 dipatok sebesar US$ 66,27 per ton, atau naik 2,27% dibandingkan HBA Oktober 2019 yang berada di angka US$ 64,8 per ton.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengungkapkan, kenaikan HBA pada November 2019 ini lantaran adanya peningkatan permintaan batubara seiring dengan persiapan musim dingin di sejumlah negara.

"Meningkat tipis dibanding bulan lalu karena ada peningkatan permintaan menjelang musim dingin," kata Agung saat ditemui di Kementerian ESDM, Selasa (5/11).

Penetapan HBA ini berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 224 K/30/MEM/2019 tentang harga mineral logam acuan dan harga batubara acuan untuk bulan November tahun 2019.

Seperti diketahui, ada empat variabel yang membentuk HBA, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Global Coal Newcastle Index (GCNC), dan Platss 5900 pada bulan sebelumnya dengan bobot masing-masing 25%. Kualitas batubara disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total moisture 8%, total sulphur 0,8% dan Ash 15%.

Asal tahu saja, HBA tercatat terus mengalami penurunan sejak September 2018. Sejak saat itu, HBA belum pernah mencatatkan kenaikan bulanan, kecuali pada bulan Agustus dan November ini.

"Ini volatail bisa, belum bisa dibilang sentimen akan rebound. Ini juga berarti menandakan pasar yang masih oversupply," kata Hendra ke Kontan.co.id, Selasa (5/11).

Hendra juga menyebut, kenaikan permintaan pada periode musim dingin memang biasa terjadi. Hanya saja, Hendra menekankan bahwa faktor penentu utama masih datang dari China dan India.

"China dan India masih jadi penentu (harga) karena impor mereka hampir 30% pangsa pasar dunia. Kita juga masih belum tahu apakah China akan merelaksasi impor batubara mereka, atau akan ada pengetatan," jelas Hendra.

Senada dengan itu, Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan, harga batubara akan dipengaruhi oleh kebijakan China dalam menjaga pasokan. Selain pasokan, Irwandy berpendapat, China juga berkepentingan untuk menjaga stabilitas harga emas hitam secara global.

"Tiongkok juga sebagai produsen batuabra terbesar di dunia. Jadi mereka berkepentingan soal harga batubara untuk industri mereka sendiri dan juga pasokan batubara untuk mereka," ungkap Irwandy.

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo juga berpandangan bahwa kenaikan di angka 2,27% ini tidak menjadi tanda rebound. Menurutnya, pergerakan harga batubara secara mingguan dan bulanan dalam rentang 2%-3% merupakan kondisi yang biasa.

"Mengingat ada empat parameter indeks dalam menentukan HBA, pergerakan satu indeks bisa berpengaruh. "Dengan kenaikan (2,27%) ini, salah kalau memandang market sudah rebound. Melihat kondisi tersebut, pergerakan harga kali ini belum bisa memacu perusahaan untuk melakukan ekspansi," tandas Singgih.

Sumber : Kontan, 05.11.19.

[English Free Translation]
The Reference Coal Price (HBA / Harga Batubara Acuan) for November 2019 is set at USD 66.27 per ton, or an increase of 2.27% compared to the October 2019, at USD 64.8 per ton. The increase in HBA in November 2019 is due to an increase in coal demand along with winter preparations in a number of countries.

No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...