Tuesday, January 4, 2011

[KU-003/2011] 2010, Tahun Komoditas

Sepanjang tahun ini sektor komoditas menemukan momentum bagus. Berkali-kali sejumlah komoditas mencatat pergerakan harga yang fantastis, menembus rekor psikologisnya. Emas misalnya, membukukan rekor tertingginya di tahun ini, dimana melambung tinggi lebih dari US$300 hingga menembus level psikologis US$1.400 per ounce.

Meski sempat terjadi beberapa kali koreksi di pertengahan tahun, namun sejak awa hingga penghujung tahun, grafik logam mulia ini terus menanjak tajam. Jika dirunut sejak 5 tahun terakhir, yakni sejak awal 2006, emas telah naik sekitar US$900. Fantastis.

Kalangan analis dan ekonom menilai pencapaian 2010 masih tak seberapa, karena diperkirakan harga komoditas masih akan terus naik pada tahun 2011.

Ekonom Senior Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan harga komoditas terus merangkak naik seiring derasnya aliran masuk dana asing (capital inflow) ke negara-negara berkembang akibat aksi kebijakan moneter sejumlah negara maju untuk mengatasi krisis ekonomi di negaranya.

Rendahnya suku bunga global memicu aliran dana ke pasar saham dan pasar surat utang baik surat utang negara (SUN) maupun obligasi korporasi negara berkembang. 

Namun dengan semakin dipertanyakannya aset kertas saat ini, maka aliran dana tersebut beralih ke pasar komoditas yang dipandang sebagai instrumen investasi menarik. "Saya melihat kenaikan harga komoditas pada tahun depan dapat lebih tajam dari penguatan rupiah," ujarnya.

Dia memperkirakan harga emas dapat mencapai level US$1.450 per ounce pada akhir 2011. Bahkan, menurut Kepala Departemen Riset PT Askap Futures Wahyu Tribowo Laksono, harga emas dapat menembus US$1.500-US$1.600 per ounce, setelah sempat sedikit terkoreksi ke level US$1.300-US$1.350 per ounce pada akhir tahun ini.

"Bukan tidak mungkin harga emas dapat terus naik hingga menyentuh kisaran US$1.700 per ounce pada tahun depan," katanya.

Jika dirata-ratakan maka harga rerata emas tahun ini mencapai US$1.226,51 per ounce, tumbuh 25,92% atau US$252,49 dari harga rerata pada tahun lalu sebesar US$974,02 per ounce.

Emas membuka perdagangan 2010 di harga US$1.0973,32 per ounce (1 Januari). Dalam perjalanannya, komoditas itu sempat terkoreksi ke posisi terendah pada tahun ini di level US$1.062,85 per ounce pada 8 Februari, sebelum kemudian menanjak lagi hingga mencapai US$1.256,80 per ounce pada 18 Juni 2010.

Logam dengan catatan sejarah terpanjang di dunia itu terkoreksi hingga menyentuh US$1.161,60 per ounce sebelum kemudian rebound tidak terkendali hingga ke level US$1.423,75 per ounce pada 6 Desember dan US$1.411,77 per ounce ketika pembukaan perdagangan pada 30 Desember 2010.

Selain itu kenaikan harga emas hingga menembus level psikologis juga terjadi karena dominasi pembelian di saat berakhirnya kontrak perdagangan option emas di bursa Comex untuk penyerahan Desember ini.

Wahyu menilai krisis keuangan global terutama di negara maju, belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan saat ini terdapat 3 ancaman terhadap perekonomian dunia dengan ancaman terbesar datang dari Spanyol yang akan melakukan bailout untuk menyelamatkan perekonomiannya. 

Stimulus moneter menyebabkan jumlah uang beredar semakin banyak sehingga nilai uang semakin murah. Sebaliknya emas justru semakin mahal. "Ketika terjadi bubble, krisis semakin mengkhawatirkan, pertanyaannya adalah ke mana uang akan mengalir? Maka jawabannya adalah emas," ujarnya.

Anomali cuaca

Selain aliran dana asing, anomali cuaca di sejumlah negara produsen juga turut berandil dalam pergerakan harga komoditas. Kekhawatiran akan pengurangan pasokan akibat curah hujan tinggi di tengah membaiknya permintaan telah mendorong spekulasi yang menyebabkan kenaikan harga komoditas.

Menurut Latief Adam, Ekonom LIPI, saat ini spekulan terbagi menjadi dua kutub. 

Pertama adalah mereka yang memperkirakan pasokan komoditas dunia lebih rendah daripada permintaan. Golongan lainnya yakni spekulan yang memandang investasi di pasar modal sedang penuh resiko.

"Kedua jenis spekulan tersebut cenderung mengambil aksi serupa membeli komoditas sehingga mendorong peningkatan harga. Tentu itu membawa dampak positif bagi negara produsen seperti Indonesia," ujarnya.

Beberapa komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah batu bara, minyak kelapa sawit, bijih dan kerak logam, karet serta kakao.

Meski tidak semelesat komoditas emas, grafik harga karet tetap menanjak. Setelah sempat menyentuh posisi terendah pada tahun ini di level 278 yen per kg pada 17 Mei, komoditas itu rebound hingga mencapai harga tertinggi pada tahun ini, 498 yen per kg pada 27 Desember.

Pada perdagangan kemarin, harga karet dibuka di level 495 yen per kg dan sempat menyentuh level 501 yen per kg.

Ichsan menambahkan beberapa komoditas yang dinilai berpeluang naik pada tahun depan antara lain batu bara, minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak mentah. 

Tim riset Standard Chartered Bank juga memperkirakan harga minyak mentah tumbuh 9,41% dari kisaran US$85 per barel pada kuartal IV/2010 menjadi US$93 per barel pada akhir 2011.

Harga batu bara diperkirakan naik 11,57% dari US$95 per ton pada kuartal IV/2010 menjadi US$106 per ton pada akhir 2011  dan harga CPO tumbuh 22,95% dari 3.050 ringgit Malaysia per ton pada kuartal IV/2010 menjadi 3.750 ringgit Malaysia per ton pada akhir 2011.

Sepanjang tahun ini terutama pada semester kedua, harga CPO menunjukkan tren kenaikan. 

Dibuka di level 2.685 ringgit per metrik ton pada awal Januari 2010, lalu melandai cenderung turun pada semester I, kemudian rebound dengan grafik cukup tajam. Harga CPO akhirnya mencatatkan rekornya pada 28 Desember 2010 di level 3.792 ringgit per metrik ton.

Sementara kakao, setelah tren peningkatan harga yang terjadi pada tahun lalu, harga komoditas tersebut pada tahun ini justru stabil dengan kecenderungan melandai.

Diperdagangkan di level  US$3.265 per ton pada awal Januari 2011 dan sempat menyentuh level tertinggi US$ 3.462 per ton pada 19 Januari, harga kakao justru cenderung melandai hingga berada di posisi US$3.053 ton pada pembukaan perdagangan 30 Desember 2010.

Tampaknya komoditas masih akan memperpanjang masa keemasannya di tahun depan. Tinggal Anda sendiri menentukan apakah akan memanfaatkan momentum baik tersebut untuk berinvestasi di komoditas.

Sumber : Bisnis Indonesia, 04.01.11.



No comments:

Post a Comment

[KU-179/2021] Dirut KAI Commuter Mukti Jauhari Tutup Usia

  Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga besar KAI Group khususnya KAI Commuter hari ini berduka. Direktur Utama KAI Commuter Mukti Jauhari meningg...