JAKARTA— Harga batu bara
diprediksi terus bertumbuh setelah harga batu bara acuan rata-rata menembus
US$118,4 per ton di 2011. Pada 2012, harga anjlok di level US$95,5 per ton.
Wakil Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Rubiandini mengatakan semakin membaiknya
perekonomian Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa membangkitkan kembali
permintaan batu bara dan mineral hasil tambang lainnya. Harga komoditas batu
bara pun diprediksi bisa kembali berada di US$100 per ton.
“AS kan sudah terhindar dari fiscal cliff, perekonomian akan
kembali membaik. Perekonomian negara-negara di Eropa pun akan ikut membaik,
karena ada transaksi ekonomi. Kalau perekonomian membaik, akan muncul kembali
permintaan hasil tambang,” katanya di Kantor ESDM, Jakarta, Kamis (3/1).
Rudi bahkan memastikan
harga komoditas mineral tidak akan mengalami penurunan, karena terbatasnya
sumber mineral di dunia, sementara permintaan mineral hasil tambang terus
meningkat seiring meningkatnya daya beli masyarakat.
Selain itu, terus
tumbuhnya industri di China akan kembali menggairahkan permintaan hasil tambang
Indonesia. “Nikel itu sangat diperlukan untuk pembangunan, emas juga kan selalu
tumbuh. Kalaupun ada kelebihan pasok, itu hanya sebentar karena produsen akan
menahan produksinya,” jelasnya.(JIBI/nj)
Sumber : Kabar24, 04.01.13.
[English Free Translation]
Deputy Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Rubi Rubiandini said
the improving economy of the United States (U.S.) and European countries to
revive the demand for coal and other mineral mining. Commodity price of coal
was predicted to be back in the USD 100 per ton.
No comments:
Post a Comment