Ketika bisnis inti sudah tak lagi punya masa depan, lahan tambang diyakini dapat jadi penyelamat yang dapat menghijaukan kembali keberlangsungan usaha emiten.
Lahan tambang tahun ini menjadi primadona yang banyak dilirik oleh
emiten di PT Bursa Efek Indonesia. Walau harga batu bara masih merosot,
batu bara diyakini dapat menyelamatkan beberapa emiten yang bisnisnya sudah
kian terpuruk.
Sebut saja emiten pengelola bisnis restoran dengan merek Papa Ron’s dan
Amigos, PT Eatertainment International Tbk yang mengakuisisi dua
tambang batu bara di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur.
Komisaris Utama Eatertainment Darjoto Setyawan, Januari lalu mengatakan
perubahan bisnis inti dari restoran ke tambang dilakukan karena melihat proses
bisnis pertambangan yang masih sangat baik di Indonesia.
Hasilnya, boleh dibilang sesuai harapan. Emiten yang kini berganti nama
menjadi PT Golden Eagle Energy Tbk ini per September telah membukukan laba
Rp5,62 miliar, berbanding terbalik dengan posisi kuartal II yang masih
merugi Rp2,86 miliar.
Selain Golden Eagle, skenario serupa dimainkan oleh PT Agis Tbk, PT Centris
Muitipersada Pratama Tbk dan yang terbaru, PT Toko Gunung Agung Tbk.
Emiten transportasi Centris, kini menjajaki alih bisnis ke perdagangan
batu bara menyusul makin lesunya bisnis taksi perseroan. Untuk
merealisasikan hal itu, pada November lalu, Centris sudah membuat anak usaha
bernama PT Multi Mekar Lestari dengan nilai investasi Rp5,5 miliar.
PT Agis Tbk, yang mengelola bisnis ritail elektronik, perlahan tapi pasti
juga menjajaki bisnis tambang emas. Setelah mengakuisisi dua tambang emas di
daerah Sumatera Barat, Presiden Direktur Agis Steven Kesumo juga ingin
menjajaki lahan tambang bijih besi di wilayah Kalimantan tahun depan.
Ekspansi perseroan ke bijih besi berhubungan erat dengan pembangunan
pabrik pengolahan baja (steel smelting plant) di atas lahan seluas 10
hektare di Semarang, Jawa Tengah.
“Tambang bijih besi ini diharapkan nanti bisa memasok pabrik yang kita
dirikan ini,” katanya.
Terakhir, ada PT Toko Gunung Agung Tbk yang akan mengakuisisi perusahaan
tambang batu bara PT Permata Energy Resources.
Manajemen TKGA meyakini pertambangan batu bara masih memiliki prospek yang
cerah dalam jangka panjang meski dalam kurun dekat harga batu bara masih
berfluktuatif.
Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia, Hoesen, menyambut
baik aksi korporasi yang dilakukan beberapa emiten yang memiliki kekhawatiran
terhadap prospek bisnis usahanya ke depan.
BEI dalam hal ini, memang terus mendorong emiten untuk mempertahankan
keberlangsungan usahanya.
“Perusahaan yang tidak punya going concern ini mau melakukan apa? Kita
harus dorong mereka untuk tingkatkan kinerja dan akhirnya bisa menaikan
nilai sahamnya,” katanya, Rabu (26/12).
Mengenai akuisisi Permata Energy, Hoesen menilai aksi korporasi tersebut
merupakan hal yang baik dan dilakukan dengan proses yang benar.
“Ambil perusahaan tambang tentu bukan yang greenfield. Pasti yang sudah
jalan sehingga ketika diakuisisi sudah bisa menghasilkan dan kinerja perseroan
bisa kembali baik,” sambung Hoesen.
Menurut analis First Asia Capital, David Nathanael, ekspansi beberapa
emiten yang kurang perform ke bisnis tambang sebetulnya memiliki risiko yang
cukup tinggi. Pasalnya, mereka belum memiliki pengalaman di bisnis tambang.
“Namun mereka tentu sudah punya perhitungan sendiri. Kalau bisnis inti
sudah tidak memiliki prospek, alih usaha bisa jalan terbaik,” katanya.
Saat Tepat
David menilai, tahun ini memang menjadi momen yang tepat bagi emiten untuk
mengakuisisi tambang menyusul harga komoditas yang menyentuh level terendah.
“Penilaian harga wajar terhadap izin usaha pertambangan (IUP) dihitung dari
cadangan tambang dikalikan dengan harga saat ini sehingga pasti akan lebih
murah,” jelasnya.
Adapun peringkat investment grade dan kondisi ekonomi yang cukup stabil
menjadi faktor pendukung emiten melakukan akuisisi.
Di sisi lain, David mencatat akuisisi yang terjadi sepanjang 2012 ini
merupakan akuisisi lahan tambang kecil dan menengah.
“Dengan beberapa regulasi seperti domestic market orientation (DMO) dan
margin laba yang semakin tergerus, pengusaha tambang kecil dan menengah kini
semakin sulit bersaing sehingga melepas aset bisa jadi jalan terbaik,”
jelasnya.
Lahan tambang, sejatinya juga dilirik oleh beberapa emiten untuk
kepentingan ekspansi. Emiten perkapalan PT Trada Maritime Tbk misalnya menaksir
akuisisi lahan batu bara di Kutai Barat, Kalimantan Timur bisa rampung pada
awal tahun depan.
Perusahaan investasi PT Inovisi Infracom Tbk juga berniat untuk melakukan
akuisisi 5 lahan tambang lagi tahun depan.
Sekretaris Perusahaan Inovisi, Benita Sofia, mengatakan lahan tambang
tersebut terdapat di Kalimantan Tengah, Timur dan Barat. “Kita akan beli
sekitar 70% saham sehingga menjadi mayoritas,” sambungnya.
(redaksi@bisnis.coid) (faa)
Sumber : Bisnis Indonesia, 28.12.12.
[English Free Translation]
Mining
sector this year to be the belle of the many ogled by the issuer on the
Indonesia Stock Exchange. Although coal prices are still declining, the coal is
believed to save some issuers whose their business were slump.
No comments:
Post a Comment