JAKARTA: Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI)
memperkirakan pada tahun depan harga batu bara kembali mencapai titik temu.
Diharapkan tidak banyak lagi pihak yang mencoba masuk
dalam bisnis batu bara jika memang bukan pemain.
Ketua Umum APBI Bob Kamandanu mengatakan mendekati akhir
tahun ini harga batu bara mulai kembali naik. Namun, harga belum akan mencapai
US$ 100 per ton. Paling tidak, mendekati akhir tahun harga batubara sekitar US$
90 per ton.
“Mendekati akhir tahun masuk musim dingin harga akan
bergerak naik, soalnya permintaan akan bertambah,” kata Bob ditemui di
sela-sela acara Diskusi bertema Energi dalam Perspektif Ketahanan Nasional,
Rabu (24/10/2012).
Bob menilai sekitar 5 tahun lalu dimana pemain dalam
bisnis batu bara masih belum sebanyak saat ini, harga sekitar US$ 70 per ton
cukup aman dan stabil, baik antara permintaan dan persediaan.
“Namun, saat ini kan over supply. Kita harapkan dengan
konsolidasi secara alamiah 6 bulan ke depan akan ada titik equilibrium yang
baru," tegasnya.
Dia mengungkapkan mungkin bisa kembali sampai US$ 100 per
ton dan mudah-mudahan banyak yang jera dan tidak masuk lagi.
"Kebanyakan kan harga tinggi membuat orang
berbondong-bondong berbisnis batu bara," ujarnya.
Adapun, harga saat ini masih stabil US$ 80 per ton – US$ 85 per ton.
Di sisi lain, Bob menanggapi Kepmen ESDM No.2934
K/30/MEM/2012 tentang Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan
Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2013 dimana pemerintah mewajibkan
badan usaha pertambangan batu bara memenuhi persentase minimal penjualan batu
bara untuk domestik 2013 hanya sebesar 20,3% sebagai suatu yang bagus.
“Angka 20,3 % itu angka yang real time. Tahun lalu
dibuktikan sekitar 24 % namun hanya sekitar 17 % yang terserap domestik.
Akhirnya tahun ini mendekati real, didukung demandnya yang real, mudah-mudahan
terserap,” tambahnya.
Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Thamrin
Sihite mengatakan dengan presentase sebelumnya, yakni sekitar 24,72 %,
penyerapan dalam negeri tidak tercapai. Menurutnya, PLN tidak bisa menyerap.
“Pertama, karena 2012 banyak tak terserap. Ada PLTU yang
nggak jalan. Kedua, karena persentase tahun ini lebih besar dari kemarin, kita
tanyakanlah ke PLN, bagaimana ini, dulu kan terlalu banyak mintanya,” ujarnya.
(bas)
Sumber : Bisnis Indonesia, 24.10.12.
[English Free Translation]
APBI chairman, Bob Kamandanu said before end of this
year, coal prices started to go up. However, the price has yet to be reached
USD 100 per ton. At the very least, near the end of the year, coal prices will be around USD 90 per ton.
No comments:
Post a Comment