KOMPAS.com —
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero Ignasius Jonan adalah
perokok berat. Namun, dia sangat benci kepada orang yang merokok sembarangan.
Itulah salah satu kebijakan yang diutamakan oleh mantan petinggi Citibank
kawasan Asia ini.
Jonan, begitu sapaannya, menerapkan larangan
bagi penumpang yang naik kereta api untuk merokok sembarangan. Lantas,
bagaimana seorang pecandu rokok malah melarang orang lain untuk berhenti
merokok?
Jonan punya jurus untuk menjawabnya. "Saya tidak melarang
merokok, cuma saya melarang penumpang untuk merokok di dalam kereta. Saya ini
kan juga perokok berat, tapi saya bisa berhenti merokok kalau di dalam kereta.
Saya bisa, Anda juga harus bisa," kata Jonan.
Saat ini, di dalam kereta api yang
berjalan, perseroan telah memasang air conditioner (pendingin
udara).
Menurutnya, dengan pemasangan AC itu maka penumpang dilarang untuk
merokok sembarangan. Papan larangan merokok pun juga telah dipasang di seluruh
stasiun di Pulau Jawa dan Sumatera. Jika mau merokok, kata Jonan, penumpang
bisa menuju ke tempat untuk merokok yang telah disediakan di sudut stasiun
kereta.
Namun lagi-lagi, tempat untuk merokok (smoking
room) ini memang disediakan agak jauh dari tempat publik.
"Larangan
merokok harus diterapkan karena banyak didukung oleh banyak pihak dan tidak ada
yang protes," katanya.
Bagi penumpang yang melakukan perjalanan
jauh di kereta, Jonan pun tidak menyediakan smoking room. Langkah
ini seakan dianggap tidak adil, khususnya bagi masyarakat yang ingin merokok di
waktu-waktu khusus. "Sekarang saya katakan kepada Anda, apakah di pesawat
ada ruangan untuksmoking room? Tidak ada kan. Nah, saya ingin
layanan di kereta api seperti di dalam pesawat," jelasnya.
Mau tidak mau, kata Jonan, penumpang yang
sudah kebelet untuk merokok, bisa merokok saat kereta berhenti. "Asal
jangan ketinggalan kereta saja. Risiko ditanggung sendiri. Saya bilang selama
di dalam perjalanan kereta tidak boleh merokok," jawabnya.
Larangan merokok dengan bebas, kata Jonan,
sebenarnya sudah diimbau oleh beragam lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun
pemerintah bahwa merokok tersebut dapat mengganggu kesehatan baik terkena
penyakit TBC akut, impotensi, merusak janin dalam kandungan, dan sebagainya.
Sekadar catatan, Ignasius Jonan dilantik
menjadi bos KAI pada 25 Februari 2009. Beliau lahir pada 21 Juni 1963 di
Singapura. Ayahnya, Jusuf Jonan, adalah pengusaha, sedangkan ibunya putri
seorang pejabat tinggi Singapura. Sampai umur 10 tahun, ia hidup di Singapura
dan berlanjut ke Surabaya.
Ia kemudian kuliah Akuntansi di Universitas
Airlangga, Surabaya, setelah sebelumnya sekolah di SMA St Louis, Surabaya.
Lulusan International Relations and Affairs, Fletcher School of Law and
Diplomacy dan Harvard Law School, US ini pernah berkarier di PT Bahana
Pembiayaan Usaha Indonesia (BPUI) dan Citi Grup.
Jadi, benar-benar urusannya tidak ke
transportasi. Jonan berhasil mengubah perusahaan KAI dari rugi Rp 83,4 miliar
pada 2008 menjadi untung Rp 153,8 miliar pada 2009 dan seterusnya di atas Rp
200 miliar.
Banyak terobosan dilakukan meski diakui
kadang tidak sempurna. Karena sudah kebiasaan menjadi perokok berat, Jonan pun
pernah disentil oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan.
"Bagi saya, yang penting upaya yang
saya lakukan ini bermanfaat untuk banyak orang," katanya.
Sumber
: Kompas, 16.10.12.
[English
Free Translation]
President
Director of PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero, Ignatius Jonan is a heavy
smoker. However, he hated the people who smoke carelessly. That is one of the
preferred policy by former senior Citibank's Asia region.
No comments:
Post a Comment