Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tengah berupaya untuk mencari investor strategis
baru untuk proyek kereta api batu bara. Hal itu dilakukan setelah mitra dari
Rusia menyatakan mundur dari proyek tersebut.
Berdasarkan informasi yang
dirilis Komite Percepatan
Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Proyek kereta api ini membutuhkan dana Rp53,3 triliun. Adapun skema
pendanaannya berasal dari swasta.
Status proyek tersebut hingga
saat ini masih dalam tahap penyiapan, sedangkan penanggung jawab proyek adalah PT Kereta Api Borneo. Saat ini proyek tersebut sudah tak lagi berstatus sebagai Proyek
Strategis Nasional.
Kereta Api Kalimantan Timur
merupakan proyek pembangunan kereta api single track sepanjang 203 kilometer yang didukung dengan infrastruktur
meliputi stasiun jetty batubara, pelabuhan dan PLTU dengan kapasitas 15 MW.
PT Kareta Api Bornei (KAB) akan
mengoperasikan proyek ini. Kereta tersebut rencananya akan melintasi Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Paser,
Kabupaten Penajam Paser dan Kota Balikpapan.
Proyek
KA ini bertujuan untuk mengurangi biaya distribusi dan waktu tempuh sehingga
dapat meningkatkan kapasitas produksi perusahaan pertambangan.
Untuk meningkatkan nilai
kelayakan proyek, pihak investor yaitu PT Kereta Api Borneo telah
mengajukan permohonan
perubahan status dari kereta api khusus menjadi kereta api umum sehingga memungkinkan untuk mengangkut penumpang
dan barang non-afiliasi seperti minyak
kelapa sawit dan kayu.
Seperti diberitakan sebelumnya,
Harapan warga Kaltim memiliki moda transportasi kereta api semakin menjauh,
lantaran Rusia sebagai investor menghentikan uji kelayakan.
Kepala
Dinas Perhubungan Kalimantan Timur Arih Frananta Filipus Sembiring menyebutkan pihaknya akan bergerak secepat mungkin
agar proyek yang mandeg ini kembali dapat dimulai.
“Untuk sektor perkeretaapian ini,
Menhub [Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi] menyampaikan karena keterbatasan
dana APBN, diharapkan daerah bisa mendapatkan investor dengan sistem B2B atau
business to business,” jelas Arih dalam akun Instagram Kaltim, Minggu (19/8/2020).
Sembiring menuturkan bahwa Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta agar segera dicari investor untuk kelanjutan
program pembangunan rel kereta api.
Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila
Vorobieva mengatakan bahwa Russian Railways (RZD) yang merupakan badan usaha milik negara di
negaranya telah menginvestasikan sekitar 18
juta dolar rubel dalam pengembangan
proyek.
“Sayangnya itu telah berhenti dan
salah satu alasannya adalah bahwa rencana ini sebenarnya bertabrakan dengan rencana
pemerintah Indonesia untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan,” ungkapnya.
Sumber : Bisnis, 20.07.20.
[English Free Translation]
The Provincial Government of East
Kalimantan is trying to find a new strategic investor for the coal railway
project. This was done after a partner from Russia declared withdrawal from the
project. Anyone interesting ?
No comments:
Post a Comment