Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja neraca perdagangan dalam negeri
mengalami surplus US$1,27 miliar secara bulanan pada Juni 2020. Realisasi tersebut
lebih rendah dari surplus US$2,09 miliar pada Mei 2020, namun lebih tinggi dari
surplus US$200 juta pada Juni 2019.
Secara
total, neraca perdagangan surplus US$5,5 miliar pada Januari-Juni 2020.
Realisasi ini lebih baik dari defisit US$1,93 miliar pada Januari-Juni 2019.
"Pertumbuhan ekspor selama
Juni menggembirakan. Diharapkan geliat ekspor yang positif akan berlanjut di
bulan-bulan berikutnya," ungkap Kepala
BPS Suhariyanto, Rabu (15/7).
Surplus neraca perdagangan
terjadi karena nilai ekspor mencapai US$12,03 miliar atau naik 15,09 persen
dari Mei 2020. Sementara nilai impor hanya mencapai US$10,76 miliar atau naik
27,56 persen dari bulan sebelumnya.
Secara rinci, kinerja ekspor
ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$580 juta miliar atau
naik 3,8 persen dari bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas sebesar
US$11,45 miliar atau meningkat 15,73 persen.
Peningkatan nilai ekspor migas
terjadi karena harga minyak mentah Indonesia (ICP) naik 42,9 persen menjadi
US$36,6 per barel pada Juni 2020. Begitu juga harga beberapa komoditas ekspor
nonmigas.
"Ada beberapa komoditas yang
mengalami peningkatan harga seperti minyak sawit, karet, kernel, tapi batu bara
turun tipis," katanya.
Peningkatan ekspor nonmigas
disumbang oleh ekspor industri pertanian 18,99 persen menjadi US$280 juta,
industri pengolahan naik 15,96 persen menjadi US$9,6 miliar, dan industri
pertambangan 13,69 persen menjadi US$1,51 miliar.
"Ekspor pengolahan yang naik
adalah minyak kelapa sawit, perlengkapan listrik, dan komputer," ujarnya.
Secara total, kinerja ekspor non
migas masih menopang sekitar 95,16 persen dari total ekspor Indonesia pada
bulan lalu.
Berdasarkan kode HS, peningkatan
ekspor terjadi di mesin dan perlengkapan elektrik khususnya ke AS, Singapura,
dan Jepang. Lalu, yang juga meningkat adalah lemak dan minyak hewan/nabati,
bijih, kerak, dan abu logam, karet dan barang dari karet, serta mesin dan
peralatan mekanis.
Sementara komoditas yang turun
nilai ekspornya adalah bahan kimia anorganik, pupuk, bijih dan buah, pulp dan
kayu, serta besi dan baja.
Berdasarkan negara tujuan ekspor,
peningkatan nilai ekspor nonmigas terjadi ke India US$307,6 juta, AS US$278,4
juta, China US$217,7 juta, Jepang US$163 juta, dan Singapura US$137,3 juta.
Sementara nilai ekspor turun dari Korea Selatan US$59,6 juta, Hong Kong US$52,4
juta, Spanyol US$51,3 juta, Taiwan US$41,5 juta, dan Irak US$16,3 juta.
Secara kumulatif, ekspor
Januari-Juni 2020 sebesar US$76,41 miliar. Kinerja ini turun 5,49 persen dari
US$80,85 miliar pada Januari-Juni 2019.
"Salah satunya karena
penurunan harga batu bara sejak awal tahun," tuturnya.
Dari sisi impor, impor migas
sebesar US$680 juta miliar atau tumbuh 2,98 persen dari bulan sebelumnya.
Sementara impor nonmigas senilai US$10,09 miliar atau meroket 29,64 persen.
Peningkatan impor nonmigas
berasal dari barang konsumsi mencapai 51,1 persen menjadi US$1,41 miliar.
"Komoditasnya yang impor cukup tinggi adalah bawang putih dari China,
daging beku dari Australia, obat-obatan dari Inggris, dan buah pir dari
China," jelasnya.
Kemudian, impor barang
baku/penolong bauk 24,01 persen menjadi US$7,58 miliar. Peningkatan terjadi di
komoditas emas dari Singapura, gula mentah dari Thailand, dan bijih besi dari
Australia.
Lalu, impor barang modal
meningkat 27,35 persen menjadi US$1,77 miliar. Peningkatan dari impor laptop
dari China dan mesin dari Jerman. Secara struktur, impor didominasi oleh barang
baku/penolong mencapai 70,39 persen dari total impor.
Berdasarkan kode HS, penurunan
impor berasal dari mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan
elektrik, logam mulia dan perhiasan, kendaraan dan bagiannya, serta gula dan
kembang gula. Sedangkan komoditas yang naik impornya adalah pupuk, ampas,
barang tekstil jadi, kendaraan bermotor, dan kereta api.
Berdasarkan negara asal impor,
peningkatan impor terjadi dari China US$8,11 miliar, Brasil US$246,1 juta,
Jepang US$672,4 juta, Singapura USS129,2 juta, dan Australia US$106,5 juta.
Penurunan impor nonmigas terjadi dari Argentina US$64,2 juta, Afrika Selatan
US$25,9 juta, Republik Cheska US$24,7 juta, Rusia US$20,9 juta, dan Guatemala
US$14,3 juta.
Secara kumulatif, kinerja impor
Januari-Juni 2020 sebesar US$70,91 miliar atau terkoreksi 14,28 persen dari
US$82,72 miliar pada Januari-Juni 2019. Khusus impor nonmigas, turun 11,76
persen.
Sumber : CNN Indonesia, 15.07.20.
[English Free Translation]
The Central Statistics Agency (Badan
Pusat Statistik / BPS) recorded a balance of trade performance in the country
experienced a surplus of US $ 1.27 billion on a monthly basis in June 2020. In
total, the trade balance was a surplus of US $ 5.5 billion in January-June
2020. This realization was better than the deficit of US $ 1.93 billion in January-June
2019. Good result.
No comments:
Post a Comment