Bisnis.com, JAKARTA – Moda angkutan barang melalui kereta api
dapat menjadi pilihan utama dalam angkutan logistik di tengah pandemi
dan masa PSBB
transisi.
Pemerintah diminta memberikan
relaksasi agar kereta barang semakin berdaya saing.
Chairman
Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan
pada masa pandemi virus corona ini, kereta api sebagai opsi moda angkutan
barang merupakan salah satu pilihan untuk mengakomodasi angkutan barang dengan
jumlah yang besar.
Selain itu, moda ini pun tidak
sensitif waktu sehingga waktu pengiriman barang lebih dapat diprediksi.
"Moda kereta api dapat
menjadi salah satu alternatif penting pengalihan beban pengangkutan barang
seperti di Jalur Pantura antara Surabaya dan Jakarta akibat pelarangan truk
berukuran dan bermuatan lebih atau overdimension overload," jelasnya,
kepada Bisnis, Kamis (18/6/2020).
Peralihan angkutan barang dari
moda jalan raya ke jalur kereta api dinilai dapat menghemat biaya pengiriman.
Walaupun wabah Covid-19 berdampak
pada okupansi penumpang kereta api, tetapi operasional kereta barang masih
tetap berjalan, sehingga masyarakat masih bisa mendapatkan layanan pengiriman
barang melalui kereta api secara cepat, murah, dan aman.
"Dalam masa pandemi ini,
risiko penyebaran wabah dalam pengangkutan dengan moda rel kereta lebih rendah
daripada moda jalan raya, karena trayek kereta antar stasiun yang berjarak
jauh," katanya.
Pada saat ini, pengangkutan
barang belum dilakukan secara berimbang antar moda transportasi. Dari tiga moda transportasi yang paling
banyak digunakan untuk pengangkutan barang, moda transportasi jalan (trucking)
sekitar 91,3 persen, moda transportasi laut sekitar 7,6 persen, dan moda
transportasi kereta api sekitar 1,1 persen.
Berdasarkan analisis SCI,
pertimbangan pengangkutan barang melalui kereta api memiliki beberapa kelebihan di antaranya kereta api lebih kompetitif, beberapa
manfaat dengan adanya pengalihan moda yaitu penurunan tingkat kerusakan jalan
dan biaya perawatannya, serta kereta api merupakan moda yang lebih ramah
lingkungan dibandingkan truk.
Berdasarkan beberapa fakta dan
keunggulan kereta barang tersebut, SCI mendukung peningkatan peranan kereta
barang dengan menjadikan dampak wabah Covid-19 sebagai momentum awal.
Dia mengatakan target pertumbuhan
volume 20 persen per tahun dapat dicapai dengan mempertimbangkan baik potensi
volume barang maupun kapasitas kereta api. Namun, pencapaian target tersebut
membutuhkan dukungan berbagai pihak, terutama pemerintah.
Dengan pertimbangan dampak
lingkungan, misalnya, pemerintah seharusnya memberikan insentif khusus,
misalnya dalam aspek perpajakan. Berbagai manfaat kereta barang hendaknya
menjadi pertimbangan pemberian insentif, baik fiskal maupun nonfiskal.
Program pemerintah dalam
menghilangkan truk ODOL bisa lebih didorong dengan mengharuskan penggunaan moda
rel untuk pengangkutan beberapa barang atau komoditas tertentu, seperti semen
dan baja.
"Kereta juga seharusnya
tetap diizinkan untuk menggunakan BBM subsidi seperti truk sehingga terjadi
persaingan yang sehat," ungkapnya.
Selain itu, pengenaan atau
besaran track access charge
(TAC) yang dibebankan kepada kereta
perlu dievaluasi agar moda rel lebih bisa bersaing.
Sumber : Bisnis, 18.06.20 / Foto : Endriyan KALOG.
[English Free Translation]
Chairman of Supply Chain
Indonesia (SCI) Setijadi said during the corona pandemic, railroad as an option
for the mode of transportation of goods in large quantities.
No comments:
Post a Comment