INILAH.COM, Jakarta - Untuk
menghadapi tuntutan Churchil Plc di Arbitrase Internasional pemerintah harus
memilki negosiator yang tangguh dan profesional dan memahami end to end
berbagai persoalan teknis dan non teknis pertambangan.
Demikian disampaikan Anggota
Komisi VII, Dewi Aryani kepada INILAH.COM di Jakarta Minggu (8/7/2012).
"Selama ini kelemahan
pemerintah karena tidak terlalu concern dengan kapabilitas negosiator yang
dimiliki dan cenderung pasrah. Akibatnya persoalan renegosiasi kontrak karya
juga tidak berjalan sebagaimana mestinya," ungkap Dewi Aryani.
Lebih lanjut Dewi Aryani
mengatakan, munculnya kasus tersebut menandakan adanya indikasi bahwa selama
ini ada ketidakharmonisan antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengelola
pemberian IUP (ijin usaha pertambangan) kepada pengusaha lokal, nasional dan
asing. "Komisi 7 DPR bisa saja memanggil nanti. Karena bisa saja ini ada
indikasi ketidakharominasan antara pemerintah pusat dan daerah, terkait
pemberian IUP tersebut," ujar Dewi Aryani.
Dewi Aryani menambahkan,
negosiator tersebut berupa tim yang paham konstitusi,legal,teknis dan memahami
international legal mining. Bisa siapa saja yang memiliki kriteria itu dan di
bawah kendali esdm. Tentu negosiator resminya ya dari kementrian terkait tapi
di support tim," pungkasnya.
Churchil Mining Plc
menggugat pemerintah Indonesia terkait tumpang tindih pertambangan batubara di
Kutai, Kalimantan Timur dan menuntut ganti rugi sebesar US$ 2 miliar. Gugatan
Churchil telah sampai ke pengadilan International Centre for Settlement of
Investment Disputes (ICSID) pada 22 Mei kemudian pada 30 Mei.
ICSID mengirim
pemberitahuan kepada tergugat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri ESDM,
Menteri Kehutanan, Menteri Luar Negeri, Kepala BPKM, dan Bupati Kutai Timur.
Churchil menuding pemerintah provinsi Kalimantan Timur telah menyita aset miliknya
tanpa adanya kompensasi yang layak. [mel]
Rujukan sebelumnya :
[KU-174/2012] Inilah Penyebab SBY Digugat Churchill Mining.
Sumber : Inilah, 08.07.12.
[English Free Translation]
To deal with the demands of
the Churcill Plc in International Arbitration, government needs to have a tough
negotiator and professional and understand end to end range of technical and non
technical problems of mining. This was conveyed by members of Commission VII,
Dewi Aryani to INILAH.COM in Jakarta on Sunday (08/07/12)..
No comments:
Post a Comment