PROVINSI Sumatera Selatan masuk
dalam peringkat ke-6 terbanyak di Indonesia soal angka kecelakaan lalu lintas
dan korban meninggal. Pada 2011 lalu, jumlah kasus kecelakaan mencapai 100 ribu
lebih dengan 32 ribu di antaranya meninggal dunia. Dari jumlah ini, diketahui
80-90 orang meninggal dunia per hari.
Fakta tersebut menjadi
perhatian Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Sumsel untuk
meminimalisirnya, sehingga bisa ditekan seminimal mungkin. Berbagai program
dilakukan, termasuk menciptakan Bhayangkara Keamanan dan Keselamatan Lalu
Lintas (Bhakamsel) yang diatur dalam Peraturan Kapolda Sumsel No 01/2012
tertanggal 7 Juni 2012.
“Program ini belum ada di
provinsi lain, baru di Sumsel,” ujar Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda
Sumsel, Kombes Pol Drs Refdi Andri MSi kepada Sumatera Ekspres di ruang
kerjanya, kemarin (15/6). Keanggotaannya, mengambil dari polsek dan polresta
dari15 kabupatan/kota di Sumsel.
“Jumlahnya 56 orang. Mereka
ini seperti Babinkamtibmas, tapi khusus untuk lalu lintas,” katanya. Dilatih
sejak 12-14 Juni lalu di Sekolah Polisi Negara (SPN) Betung. Yang menjadi Bhakamsel, setidaknya berpangkat
Brigadir dan Inspektur dengan pangkat
maksimal setara dengan kanit pada polsek. Kemudian masa kerja tiga tahun
dan pernah bertugas di fungsi lalu lintas 2 tahun.
Tugas Bhakamsel, katanya,
mendidik dan memberi penyuluhan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab
untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhada UU lalu
lintas dan angkutan jalan. Selain itu, mereka juga membina agar masyarakat
sadar dan taat aturan, menanamkan disiplin, sopan dan etika berlalu lintas.
“Mereka harus bekerja sama
dengan potensi masyarakat, kelompok, forum, lembaga dan instansi terkait
lainnya guna mendorong peran serta mewujudkan dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas di jalan,” jelasnya.
Jadi, Bhakamsel berperan sebagai penyuluh, pendidik, pembimbing, pendorong dan
mediator serta fasilitator dalam lalu lintas.
“Mereka berkantor di polsek
dan lingkup penugasannya meliputi wilayah kecamatan, kelurahan dan desa
tertentu,” bebernya. Pembentukan tersebut menurutnya, beriringan dengan makin
meningkatnya jumlah kendaraan dengan mobilitas tinggi di Sumsel. Apalagi, kasus
kecelakaan dan meninggal akibat transportasi ini kecenderungannya meningkat.
Pada 2011 lalu, jumlah
kecelakaan di Sumsel mencapai 3.111. Meninggal dunia sebanyak 1.332 orang, luka
berat (1.676) dan luka ringan (2.481). Kerugian materi ditaksir
Rp34.419.933.000 (Rp34,4 M). Khusus wilayah Kota Palembang, jumlah kecelakaan
(854 kasus) atau hampir 30 persen dari jumlah keseluruhan. Meninggal dunia
(167), luka berat (415), dan luka ringan
(627) dengan kerugian material Rp2,053 M.
Sedangkan jumlah kecelakaan
pada 2012, hingga Mei 1.171 orang, meninggal dunia (488), luka berat (680), dan
luka ringan (915). Kerugian material mencapai Rp6,717 M. Khusus di Metropolis,
jumlah kecelakaan mencapai 325 orang atau 30 persen lebih dengan meninggal
dunia (74), luka berat (198), dan ringan (182). Kerugian materi mencapai
Rp553,5 juta.
“Angka kecelakaan yang
mendominasi sepeda motor, mencapai 65-70 persen,” jelasnya. Diharapkan, dengan
program yang ada dapat meminimalisir jumlah tersebut. Tiga faktor utama
penyebab kecelakaan ini, yakni kondisi jalan dan fasilitas yang tidak baik,
pengemudi itu sendiri dan kendaraan tak standar atau melanggar ketentuan akibat
di modifikasi dan lainnya.
Sementara untuk penerapan
light on yang tertuang di UU 22/2009, pihaknya sampai saat ini masih terus
mensosialisasikan. “Meski sudah diterapkan, kita masih terus menghimbau kepada
masyarakat agar tetap menghidupkan lampu saat siang hari,” ungkap Refdi.
Sejak 1 Juni lalu, pihaknya
melakukan Operasi Simpatik Musi 2012. penekanan dilakukan pada penggunaan light
on pada kendaraan roda dua. “Saat ini jalan hari ke-15 (kemarin, red).
Pelaksanaannya sampai 21 Juni mendatang atau selama 21 hari. Langkah yang
diambil masih preventif untuk mengingatkan pengendara supaya menghidupkan lampu
kendaraan,” ungkapnya. (rei)
Sumber : Sumatera Ekspres,
19.06.12.
[English Free Translation]
PROVINCE South Sumatera enter
into the ranks sixth highest in Indonesia about the number of traffic accidents
and fatalities. In 2011, the number of cases of accidents reached 100 thousand
to 32 thousand of them died. Of this amount, it is known 80-90 people died per
day.
No comments:
Post a Comment