JAKARTA: Beberapa perusahaan terkait dengan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) diketahui menunda produksi batu baranya di Indonesia hingga menunggu tercapainya keekonomian usaha berdasarkan studi kelayakan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) Supriatna Suhala mengatakan ada beberapa faktor mengapa beberapa PKP2B belum berproduksi hingga hari ini, padahal perjanjiannya rata-rata sudah ditandatangani sejak 1990-an.
Faktor-faktor itu diantaranya pertama, kebanyakan PKP2B memiliki cadangan batu bara kualitas rendah (low rank coal) yang dulu belum banyak pembelinya. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai konsumen batu bara terbesar di Indonesia, dulu lebih banyak menggunakan batu bara kualitas medium dan baru belakangan ini memperbanyak konsumsi batu bara kualitas rendah.
“Mereka [PKP2B] banyak yang low rank coal, dulu ngga banyak pasarnya. Contohnya seperti yang di Riau dan Jambi,” ujar Supriatna, hari ini.
Faktor kedua, ada beberapa PKP2B yang lokasinya sangat jauh dari pelabuhan sehingga harus mengeluarkan investasi untuk membangun jalan raya. Hal ini membuat PKP2B rata-rata menunggu dibangunnya pembangkit listrik mulut tambang yang berdekatan dengan lokasi tambang, sehingga bisnisnya baru bisa ekonomis.
“Mereka [PKP2B] tidak boleh menggunakan jalan umum untuk mengangkut batu bara, berbeda dengan KP [Kuasa Pertambangan]. Kebanyakkan mereka memilih untuk menunda produksi dan menunggu hingga mencapai keekonomian,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM per Oktober 2011, secara keseluruhan sejak PKP2B generasi I (1981-1990), generasi II (1994) hingga generasi III (1997-2000) telah terdapat total 141 PKP2B. Dari jumlah itu, sebanyak 65 PKP2B sudah diterminasi dan kini tinggal tersisa 76 PKP2B yang masih aktif.
Adapun dari 76 PKP2B, sebanyak 50 PKP2B di antaranya sudah berproduksi, sementara 12 PKP2B masih dalam tahap konstruksi, 9 PKP2B masih tahap studi kelayakan dan 5 PKP2B masih tahap eksplorasi.
Sembilan PKP2B yang masih dalam tahap studi kelayakan kebanyakannya berasal dari PKP2B generasi ketiga (1997-2000). Kesembilan PKP2B tersebut adalah Abadi Batubara Cemerlang di Riau (1999), Bara Pramulya Abadi di Kabupaten Tabalong, Kalsel (1997), Kalteng Coal di Kabupaten Murung Raya, Kalteng (1998), Maruwai Coal di Kalteng dan Kaltim (1998).
Selanjutnya, Sarwa Sembada Karya Bumi di Jambi (1999), Selo Argodedali di Sumsel dan Lampung (1997), Selo Argokencono Sakti di Sumsel (1999), Sumber Barito Coal di Kalteng dan Kaltim (1999), serta Yamabhumi Palaka di Kabupaten Sintang, Kalbar (1997).
Sementara itu, kelima perusahaan PKP2B yang masih dalam tahap eksplorasi yakni Batubara Selaras Sapta di Kabupaten Pasir, Kaltim (1997), Bumi Laksana Perkasa di Kabupaten Kutai Timur, Kaltim (1997), Juloi Coal di Kabupaten Murung Raya, Kalteng (2000), Pari Coal di Kalteng dan Kaltim (1998), serta Ratah Coal di Kalteng dan Kaltim (2000). (faa)
Sumber : Bisnis Indonesia, 02.01.12.
[English Free Translation]
Executive Director of the Indonesian Coal Mining Association (APBI) Supriatna Suhala said there are several factors why some PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) not yet in production to this day, when the average deal has been signed since the 1990s. Read above.
No comments:
Post a Comment