PALEMBANG: Jumat (28/01) sore, kami kedatangan 2 orang wartawan Sumatera Ekspres (Sumeks) di kantor kontainer PT Kereta Api Logistik area Sumatera Selatan. Ke-dua wartawan tersebut adalah Agus dan Jaja.
Dua artikel muncul di Laporan Khusus harian Sumeks edisi 28 Januari 2012 di halaman 2 namun cuplikan beritanya kami muat menjadi 2 bagian Blog KALOG SS, di tanggal 29 Jan : Laporan Khusus berjudul “Debu batu Bara Warnai Rumah” dan tanggal 30 Jan : “Mulai Berdebu, Aktivitas Dihentikan” (termasuk tanggapan dari KALOG SS, salah satunya).
Selamat menyimak cuplikannya, sebagai berikut :
Artikel 1 : Debu Batu Bara “Warnai” Rumah (Dampak Pemukiman Di Sekitar Stockpile Batu Bara, Saat Cuaca Ekstrem.
Debu warna hitam, menyelimuti rumah warga di kawasan Jl. Dipo Ujung, Kelurahan Kertapati, Kecamatan Kertapati, beberapa hari terakhir. Aktifitas masyarakat pun sempat terganggu, demikian SMS online yang masuk ke tim Lapsus Sumatera Ekspres, Rabu lalu (25/1).
Sumin, salah seorang warga Jl Dipo Ujung RT 20, mengatakan debu hitam yang menyelimuti (koreksi.editor) rumah warga telah terjadi sejak tiga hari yang lalu. Debu itu bahkan memasuki rumah warga dan mengotori isi rumah.
“Debunya memang tidak kelihatan tebal. Tapi makin lama tahu-tahu lantai sudah hitam dan terlihat debu berwarna hitam seperti bekas arang”, ujar Sumin, ditemui di rumahnya, Rabu (25/1).
Tak hanya Sumin, beberapa ibu rumah tangga mengeluhkan akibat debu hitam yang menyelimuti rumah warga ini. Mar (40), mengatakan kalau ia terpaksa menyapu lantai berkali-kali. Selain itu masakannya segera harus ditutup dengan kain.
Bukan hanya makanan, air di dalam bak penampungan dan bak mandi juga harus segera ditutup agar debu hitam tersebut tidak masuk.
“Debunya masuk rumah, jadi pintu harus ditutup rapat. Cak itu juga makanan sama air, Terus jemuran pakaian putih juga jadi hitam gara-gara debu itu”, ujar Mar.
Selain mengganggu aktifitas warga dan membuat rumah jadi kotor, debu hitam juga mengganggu kesehatan warga. Beberapa warga mengeluhkan matanya merah , akibat debu-debu tersebut masuk kedalam kelopak mata.
Juga anak-anak santri di kawasan tersebut mengeluhkan kesulitan bernapas hingga pilek serta sedikit sesak.
Pantauan koran ini, memang tampak beberapa warga sesekali menyapu lantai rumahnya dan menutup rapat pintu. Bila kita mencolek lantai atau kaca-kaca jendela, maka terlihat jelas debu hitam yang menyelimuti rumah warga tersebut.
Informasi yang dihimpun, menurut warga debu hitam ini berasal dari pembongkaran batu bara oleh perusahaan batu bara yang berada dekat stasiun Kertapati Palembang. Jarak tumpukan batu bara tersebut dari rumah warga berkisar 500 meter dari pemukiman warga Dipo Ujung.
“Dari pembongkaran batu bara dek, mungkin PTBA terus debunya dibawa angin kesini. Sudah tiga hari ini, kira-kira sejak Minggu (22/1) kemarin, belum lagi karena dak hujan, jadi debunya banyak nian”, ujar Jul (27) warga setempat.
Mereka juga telah melaporkan kejadian tersebut ke RT setempat dan berharap adanya tindakan dari perusahaan batu bara itu. Akibat debu ini sebagian besar warga Dipo Ujung juga menjadi resah dan tak nyaman.
Terpisah, Camat Kertapati A. Zaini Rivai Sip menegaskan telah mendapatkan laporan warga terkait debu hitam yang menyelimuti pemukiman warga tersebut. Pihaknya telah memerintahkan perusahaan batu bara untuk memiliki solusi terhadap debu batu bara tersebut.
Pihaknya menyarankan agar perusahaan batu bara di kawasan Kertapati itu menganalisis dampak lingkungan dari pembongkaran batu bara perusahaan mereka.
“Perusahaan batu bara yang ada di kawasan stasiun sudah kami sarankan untuk segera mengantisipasi debu batu bara mereka, karena dampaknya terhadap lingkungan pemukiman sekitar. Pihak PTBA sudah memiliki upaya untuk menyiram debu tersebut agar tidak menyebar ke pemukiman dan alat penyedot debu,” ujar Zaini.
Sumber : Sumeks, 28.01.12.
[English Free Translation]
Black dust, blanketing homes in the area of Jl. Dipo Ujung, Kertapati village, District of Kertapati, the last few days. Activities of the community also had disturbed, so incoming SMS online to Sumatera Ekspres (newspaper) team, last Wednesday (25 /1).
No comments:
Post a Comment