Jakarta,
CNN Indonesia -- Rel trem era kolonial Hindia Belanda yang
diresmikan pada 1903 ditemukan terpendam di simpang empat Rajabali, Kota Malang,
Jawa Timur, saat dilakukan pengerukan tanah dalam proses pengembangan kawasan wisata Malang
Heritage.
"Pada
saat pelaksanaan pembangunan zona I dan zona II Malang Heritage, ditemukan
sebuah artefak atau peninggalan masa lalu dari era kolonial berupa jaringan rel
yang diresmikan pada 1903," kata Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota
Malang, Agung H. Buana, seperti yang dikutip dari ANTARA pada Kamis
(12/11).
Dengan
temuan tersebut, pihak TACB melakukan koordinasi dengan beberapa instansi terkait
seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI), pelaksana proyek, kontraktor, termasuk
sejarawan.
Menurut
Agung, diperkirakan rel trem era kolonial Hindia Belanda tersebut akan
ditemui pada zona I, atau tepat di depan gedung Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Kota Malang.
Nantinya,
akan dilihat sejauh mana rel tersebut bersinggungan dengan proyek Malang
Heritage.
"Dugaan
kami, rel ini tidak hanya ditemukan di simpang empat Rajabali saja, tapi juga
akan kita lihat nanti di kawasan PLN. Jadi akan kita lihat sejauh mana rel
tersebut bersinggungan dengan proyek," kata Agung.
Agung
menambahkan, berdasarkan informasi yang disampaikan oleh PT KAI, bahwa rel yang
berada di dalam tanah, masih menjadi aset milik PT KAI. Rel tersebut, tidak
bisa dipindahkan, atau diambil.
Oleh
karena itu, lanjut Agung, pihaknya merekomendasikan agar rel tersebut tetap
berada di lokasi, namun diberi penanda khusus.
Hal
tersebut bertujuan agar masyarakat Kota Malang dan wisatawan mengetahui bahwa
pada tahun 1900, Kota Malang telah memiliki moda transportasi.
"Kami
ingin memberikan satu pembelajaran kepada masyarakat bahwa Malang itu sejak awal
1900 sudah punya transportasi moda massal," kata Agung.
Sementara
itu, Wali Kota Malang Sutiaji juga mendukung upaya yang dirumuskan TACB bersama PT KAI
tersebut. Rencananya, lokasi rel trem peninggalan masa Hindia Belanda tersebut
akan diberikan penanda.
"Keputusannya
tetap tidak usah dibongkar, tapi ada penanda. Tadi saya minta ada penanda, jadi
(batu) andesit warna berbeda, supaya orang tahu bahwa di sini ada rel yang
diresmikan pada 1903," kata Sutiaji.
Proyek
pembangunan Malang Heritage dilakukan pada 9
November 2020, yang bertujuan untuk penataan ulang koridor Kayutangan.
Rencananya,
koridor tersebut akan dibuat menyerupai Malioboro di Yogyakarta atau Jalan
Braga yang
ada di Bandung.
Kawasan
Kayutangan, atau yang saat ini dikenal sebagai Jalan Basuki Rachmad merupakan
pusat perdagangan, dan pertokoan pada masa Hindia Belanda. Di kawasan tersebut,
berderet bangunan tua yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Saat
ini kawasan tersebut merupakan pusat perkantoran, dan pertokoan. Di sepanjang
Jalan Basuki Rachmad, terdapat beberapa gedung perbankan, dan juga pertokoan
yang telah beroperasi sejak puluhan tahun lalu.
Pada
kawasan tersebut, masih dipenuhi bangunan kuno, seperti Gereja Katolik Hati
Kudus atau yang biasa dikenal sebagai Gereja Kayutangan, Toko Avia, Kantor PLN
Area Malang hingga Sarinah.
Sumber
: ANTARA – CNN Indonesia, 12.11.20.
[English
Free Translation]
The tram tracks of the Dutch East Indies (read : Hindia Belanda) colonial era, which were inaugurated in 1903, were found buried at the junction of four Rajabali, Malang City, East Java, when land was dredged in the process of developing the Malang Heritage tourist area.
No comments:
Post a Comment