Bisnis.com, JAKARTA
- Kementerian Perhubungan menyatakan rencana pengalihan (shifting) angkutan barang
dari armada truk ke kereta api bisa segera direalisasikan tanpa menunggu proses
penyempurnaan infrastruktur moda transportasi rel tersebut selesai.
Hanggoro B. Wirjawan, Direktur Lalu Lintas
Ditjen Perkeretaapian Kemenhub, mengatakan hingga saat ini
belum ditemukan kendala prinsipil untuk shifting angkutan logistik dari truk ke
kereta api.
"Apalagi, panjang emplasemen stasiun itu minimal 400 meter bisa
untuk 1 lokomotif CC206 dengan formasi 20 GD, sehingga bisa mendukung tahapan shifting logistik tanpa harus menunggu emplasemen diperpanjang menjadi 600 meter,"
ucapnya, Selasa (1/10/2013).
Penguatan armada oleh PT KAI
selaku operator juga telah dilakukan dengan mendatangkan 100 lokomotif CC206 starformasi
1200 GD secara bertahap dari General Electric (GE) yang sebagian
memang dipersiapkan untuk angkutan barang.
Selanjutnya, dari sisi fasilitas
infrastruktur, pembangunan rel ganda lintas-utara Jawa akan lebih mendukung
shifting angkutan logistik di Jakarta, Semarang, Surabaya dan kota lainnya,
yang di destinasi bakal rampung secara keseluruhan awal tahun depan.
"Kapasitas lintas jalan KA
juga ditingkatkan dari 100 KA per hari menjadi 200
KA setiap harinya," imbuh Hanggoro.
Selain itu, PT KAI dan Pelindo
III telah menjalin komitmen kerjasama untuk angkutan peti kemas di
Tanjung Perak, serta penambahan secara bertahap alat bongkar muat (crane) di
sejumlah stasiun utama yang dilintasi double track.
"Termasuk peningkatan
layanan feeder service menjadi door to door di stasiun," beber Hanggoro.
Dengan demikian, kesiapan kereta
api dalam rangka shifting angkutan logistik dinilai telah siap untuk mengurangi
beban jalan darat di jalur Pantura yang didominasi angkutan truk.
BELUM SIAP
Asosiasi Logistik Indonesia menilai
angkutan barang melalui armada kereta api belum siap sebagai salah satu solusi
dalam permasalahan meningkatnya ongkos logistik dalam negeri.
Ketua ALI Zaldy Masita
mengatakan rencana pengalihan angkutan logistik dari jalan raya ke kerata api
nantinya akan kembali terbentur dengan terbatasnya fasilitas pendukung untuk
aktivitas bongkar muat di stasiun.
"Angkutan logistik kereta
api belum siap walaupun dengan adanya double track," ujarnya, Senin
(30/9/2013).
Menurutnya, indikasi pertama
ketidaksiapan kereta untuk shifting angkutan logistik, di mana stasiun kereta
di sepanjang double track dinilai belum untuk menerima menerima kereta barang
yg punya rangkaian yang panjang.
Dengan kondisi tersebut, katanya,
biaya logistik dengan kereta api akan lebih besar dibandingkan dengan jalur
darat dengan armada truk, karena rangkaian kereta barang yang kurang panjang
sehingga tidak mampu mengangkut seluruh barang dari konsumen.
"Dan yang perlu
diperhatikan, fasilitas bongkar muat di stasiun utama sperti Jakarta, Semarang,
dan Surabaya masih terbatas sehingga butuh antrian yg panjang utk bongkar muat
utk gerbong barang atau container," papar Zaldy.
Dia menambahkan, pengalihan
angkutan logistik tersebut akan mengikuti permintaan pemilik barang yang
cenderung menggunakan angkutan truk dibandingkan dengan kereta api, yang
memiliki keterbatasan pergerakan dari stasiun ke tempat tujuan pengiriman.
TRUK KONTAINER
Kendati demikian, Zaldy
mengusulkan untuk tahap pertama shifting angkutan logistik dimulai dengan
mengalihkan angkutan truk container 40 feet ke kereta api dan menambah jumlah
gerbong barang.
Gemilang Tarigan, Ketua Angkutan Khusus
Pelabuhan (Angsuspel) Organda, mengatakan tidak
mengkhawatirkan adanya rencana shifting angkutan logistik dari truk ke kereta
api.
Menurutnya, penggunaan kereta api
sebagai sebagai bagian dari shifting angkutan logistik, belum tentu menjadi
lebih efesien dengan kondisi transportasi dan infrastruktur saat ini.
"Konsumen tentu akan melihat
efesiensi pengiriman. Mereka juga mempertimbangkan fasilitas pendukung dari
jenis angkutan yang akan dipilih. Kami tentunya hanya mengikuti permintaan
konsumen," jelasnya.
Menurutnya, pembenahan infrastruktur
serta revitalisasi armada truk sebaiknya menjadi perhatian pemerintah agar efisiensi
ongkos logistik jalur darat bisa direalisasikan.
Selain itu, pemerintah juga
diharapkan mengeluarkan regulasi desain kendaraan untuk menekan kelebihan
muatan (overload) agar tidak membuat ongkos logistik semakin membengkak.
Sebelumnya, Direktur KAI Ignasius Jonan
menyatakan kereta api merupakan salah satu alat transportasi yang berpotensi
untuk sebagian besar kebutuhan barang.
"Saya pikir, jalan raya itu
khusus manusia atau masyarakatnya. Sementara barangnya, dapat memanfaatkan
jalur kereta," ujarnya akhir pekan lalu.
Sumber : Bisnis Indonesia (dengan
beberapa catatan), 01.10.13.
[English Free Translation]
Ministry of Transportation stated
plan to transfer (shifting) of freight transport from truckto rail and could
be realized without waiting for the rail mode of transportation infrastructure
improvements are completed.
No comments:
Post a Comment