Babaranjang memang ditabalkan jadi nama
kereta api pengangkut batubara yang melintas dari Tanjung Enim (Sumsel) ke
pelabuhan Tarahan (Lampung). Babaranjang—merupakan singkatan dari batu bara rangkaian panjang—ini adalah
nama Kereta api rangkaian panjang yang melayani pengangkutan batubara dari
tambang batu bara di Tanjung Enim ke
Pelabuhan Tarahan.
Boleh jadi memang
Babaranjang saat ini tercatat sebagai kereta api rangkaian terpanjang di
Indonesia. Kereta api Babaranjang ini adalah nama salah satu produk layanan PT
Kereta Api Indonesia Divisi Regional (PT KAI Divre) III Sumatera Selatan.
Karena kondisi jalan lintas Sumatera yang hancur dan angkutan
sungai di Sumatera Selatan, terutama Sungai Musi, yang terhambat karena
sedimentasi kereta api menjadi alternatif utama untuk mengangkut batu bara
produksi dari PT Bukit Asam.
Frekuensi rata-rata Kereta Babaranjang 21 kali Tanjung Enim -
Tarahan pergi-pulang (pp) perhari. Setiap satu rangkaian Kereta Babaranjang ini
memerlukan dua lokomotif untuk menggerakkan rangkaian kerena, dikarenakan
panjang dan beratnya. Sedangkan kekuatan masing-masing lokomotif sekitar 2.100
tenaga kuda untuk menarik 46 gerbong yang membawa muatan 2.300 ton batu bara.
Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi PT (Persero) Kereta
Api Indonesia Divisi Regional (Divre) III Sumatera Selatan (Sumsel) dewasa ini
adalah makin panjangnya rel yang aus. Bentangan rel kereta api yang sudah aus
tersebut mencapai puluhan kilometer, ausnya rel ini berkaitan dengan beban
jalan rel sendiri.
Yang mengkhawatirkan lagi adalah banyaknya lengkung dengan radius
lengkung yang kurang dari 400 meter.
Ada sekitar 59 lengkung di lintas Muara
Enim sampai Tanjung Karang yang memiliki radius seperti ini.
Hal ini jelas berdampak terhadap jadwal perjalanan kereta api, dan
juga mengancam keselamatan perjalanan kereta api. Rel-rel kereta api yang aus
terdapat secara menyebar di berbagai lokasi mulai dari Tanjung Enim Baru
(Sumsel) sampai Tarahan (Lampung).
Lintasan rel kereta api di sini tergolong padat frekuensinya,
karena selain kereta penumpang, yang paling banyak melintas adalah kereta api
batubara rangkaian panjang (Babaranjang).
Dengan kondisi seperti sekarang jelas berpengaruh terhadap
kapasitas angkut batubara dari Tanjung Enim ke Tarahan. Jika lalu lintas
Babaranjang terganggu, pasti pengaruhnya akan berimbas terhadap pasokan
batubara PLTU Suralaya di Banten. Muaranya pasokan listrik di pulau Jawa bakal
terganggu.
Sebab, batubara sebagai bahan bakar PLTU tersebut, selama ini
memang sepenuhnya dipasok Bukit Asam. Dari Tanjung Enim, batubara diangkut
Babaranjang ke Tarahan, seterusnya dibawa dengan kapal ke Suralaya.
Realisasi angkutan batubara dari Tanjung Enim ke Tarahan oleh
kereta api hampir tidak pernah mencapai target. Sebagai gambaran, bisa dilihat
dari data berikut ini;
Kini KA Babaranjang Tanjung Enim–Tarahan menyimpan problem yang
sangat serius. Seorang direksi PT KAI pernah mengakui kendala yang tengah
dihadapi Babaranjang antara lain rel lintasan operasional rata-rata sudah
berusia 20 tahun lebih dan belum pernah diganti, belum lagi persoalan roda.
Menurut data yang dihimpun menyebutkan, dari 413,6 kilometer
panjang trek lintasan KA Babaranjang, 400 kilometer di antaranya menggunakan R
54. Sedangkan sisanya 13,6 kilometer memakai jenis rel R 42. Data itu juga
menjelaskan jenis rel R 54 itu termasuk rel generasi terbaru. Konon jenis R 54
ini sudah termasuk yang terbaik dibandingkan jenis rel lainnya di trek lintasan
sepanjang Pulau Jawa.
Jenis R 54 ini produk terbaik dari Kanada dan Austria, dan mampu
menahan beban 18 ton. Jadi tidak ada alasan menyalahkan rel. Dari hasil
penelusuran di wilayah Divisi Regional (Divre) III Sumatera Selatan, tak kurang
dari 48,271 kilometer jalur trek lintasan KA Babaranjang keausan dan gompal.
Tapi sayang, upaya mengeruk keuntungan dari angkutan Babaranjang
ini tidak dibarengi perhitungan keselamatan. Departemen Perhubungan (Dephub)
sebagai regulator, tidak bisa lepas tangan begitu saja.
Oleh karena itu, tidak sedikit masinis KA Babaranjang kerap
berdebar-debar saat menjalankan lokomotifnya.
Dalam Seminar Perbatubaraan di
Palembang pernah terungkap Babaranjang anjlok hingga 100 kali lebih sepanjang 1
tahun. Selain itu juga terungkap volume batu bara yang diangkut dalam satu kali
trip berkapasitas 2.000 ton.
Sedangkan bandingannya di Australia dengan kapasitas angkut kereta
150 ton per tahun, hampir tidak pernah kejadian kereta yang anjlok selama
mengangkut batu bara. Sedangkan di Indonesia sangat sering kereta Babaranjang
anjlok.
Sering anjloknya rangkaian kereta api dari rel yang juga digunakan
untuk kereta penumpang dari Sumatera Selatan ke Lampung itu, menghambat proses
pengiriman batu bara dari tambang di Tanjung Enim dan Baturaja ke PLTU
Suralaya, Banten.
Angkutan kereta api dari Tanjung Enim dan Baturaja menuju
Pelabuhan Tarahan menggunakan sistem cost insurance freight (CIF). Artinya,
batu bara yang diangkut merupakan tanggung jawab PT Kereta Api Indonesia.
Ke depan PT Tambang Batubara Bukti Asam Tbk. (PT BA) untuk memperlancar arus transportasi batubara menargetkan proyek pembangunan rel kereta api. (christ_lampunk@yahoo.com)
Penulis : Christian
Saputro
Director
Executive Jung Foundation Director Executive Sekelek Institute And Pubhlising
House.
Sumber : Christian Saputro, 10.04.13 / Kredit Foto : Semboyan35.
[English Free Translation]
Babaranjang was immortalized rail transporter of coal from Tanjung
Enim (South Sumatera) passing to the port of Tarahan (Lampung). Babaranjang -
an abbreviation of a long coal trains - serving the transportation of coal from
a mining field in Tanjung Enim to Port Tarahan.
No comments:
Post a Comment