Bisnis.com, JAKARTA — Tekanan terhadap kinerja
perdagangan Indonesia diperkirakan belum akan mereda seiring masih terus
terkoreksinya pertumbuhan perdagangan global.
Ketua
Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri Indonesia Handito Joewono
mengatakan pertumbuhan nilai ekspor RI
pada tahun depan akan sulit menembus 5%.
Menurutnya hal itu tak lepas dari masih terus melesunya
kinerja dagang global yang akan memengaruhi permintaan terhadap barang mentah,
yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia.
“Kita lihat saja, WTO mengoreksi proyeksi kinerja
dagangnya tahun depan. Artinya tekanan perlambatan kinerja dagang global masih
akan membayangi. Tahun ini pun kita sudah susah payah untuk mendongkrak
ekspor,” jelasnya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.
Dia pun tidak yakin harga komoditas ekspor andalan
Indonesia seperti batu bara dan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO)
akan mengalami kenaikan signifikan pada tahun depan, setelah terpuruk pada
tahun ini. Hal itu menurutnya akan memengaruhi pertumbuhan nilai ekspor
Indonesia.
“Hampir semua negara akan berusaha lebih tertutup
terhadap impor tahun depan. Hal itu menjadi wajar karena kondisi global masih
tidak menentu. Aktivitas produksi pun saya yakin akan berkurang, di beberapa
negara besar.”
Adapun, berdasarkan laporan terbaru Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), pertumbuhan
perdagangan dunia pada tahun depan hanya akan mencapai 2,7%. Proyeksi
pertumbuhan tersebut turun dari prediksi pada April lalu sebesar 3,0%.
Sementara itu, pada tahun ini WTO memprediksi pertumbuhan
perdagangan global hanya akan tumbuh 1,2% atau lebih rendah dari proyeksi
sebelumnya yakni 2,6%.
Di sisi lain, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), total ekspor RI sepanjang Januari-Agustus
2019 tercatat turun 8,28% secara tahunan menjadi US$110,07 miliar.
Di samping itu, ekspor
nonmigas Indonesia pada periode yang
sama juga terkoreksi 6,66% secara
tahunan menjadi US$108,71 miliar. Capaian itu jauh di bawah target pertumbuhan
ekspor nonimigas yang dicanangkan pemerintah sebesar 8%.
Wakil
Ketua Umum Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny
Soetrisno mengatakan tekanan terhadap perdagangan Indonesia pada
2020 akan muncul dari sisi impor.
Dia memperkirakan, negara-negara besar akan mencari pasar
yang mudah untuk ditembus oleh produk-produk ekspornya.
“Indonesia sangat menjanjikan untuk dijadikan sasaran
tujuan ekspor sejumlah negara ketika produk mereka dihambat di negara lain.
Pasar kita besar dan industri kita belum mumpuni, sementara kita sering kali
dipermasalahkan oleh negara lain ketika melakukan pembatasan impor.”
Untuk itu dia mendesak kalangan usaha di Indonesia
memaksimalkan penggunaan produk dalam negeri, terutama terkait dengan
penggunaan bahan baku penolong. Dia juga meminta pemerintah memaksimalkan
pemberian insentif kepada berupa kemudahan ekspor bagi industri yang
menggunakan bahan baku lokal.
Terpisah, ekonom
Unversitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan tekanan kinerja perdagangan
Indonesia pada tahun ini dan tahun depan akan lebih banyak disebabkan oleh
meredupnya aksi ekspansi perusahaan domestik. Kondisi itu akan membuat sektor
industri manufaktur sulit berkontribusi lebih besar untuk mendongkrak ekspor.
“Kalau kita lihat, komposisi penerbitan obligasi di
Indonesia, 80% dikuasai oleh pemerintah atau BUMN, sisanya baru perusahaan
swasta. Artinya, swasta memiliki ruang yang terbatas untuk mendapatkan
pendanaan selain dari perbankan. Saya khawatir, situasi ini akan membuat
ekspansi industri terutama yang berbasis ekspor tertahan,” jelasnya.
Dia menambahkan, hal tersebut akan diperparah oleh
pertumbuhan perdagangan global yang masih lemah, seperti yang diprediksikan
oleh WTO. Alhasil, tanpa adanya terobosan dari pemerintah, kinerja perdagangan
terutama ekspor Indonesia masih akan kesulitan untuk tumbuh secara signifikan.
“Memang kita sudah punya beberapa perjanjian dagang
dengan negara lain yang bisa diimplementasikan tahun depan. Namun dampaknya
tidak bisa instan,” tegasnya.
Sumber : Bisnis, 07.10.19.
[English Free Translation]
The pressure on Indonesia's trade performance is not
expected to subside as global trade growth continues to be corrected. Chairman
of the Permanent Committee for the Export of the Indonesian Chamber of Commerce
and Industry Handito Joewono said the growth of the value of Indonesia's
exports next year would be difficult to penetrate 5%. So ? What shud we do ?
No comments:
Post a Comment