JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Utama PT KAI (Persero)
Ignasius Jonan menilai megaproyek Shinkansen alias kereta api cepat Jakarta-Bandung
yang menelan investasi sekitar Rp 56 triliun tidak berkeadilan.
"Soal kereta cepat Jakarta-Bandung, saya yang paling
menentang. Itu tidak berkeadilan," kata
Jonan dalam CEO Speaks on Leadership Class di Universitas Binus, Jakarta,
Senin (30/6/2014).
Jonan mengatakan, dirinya menolak pembangunan proyek itu
jika didanai dengan anggaran APBN, baik langsung maupun dengan cara utang.
Menurut dia, proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung tidak terlalu penting
dibanding mengembangkan kereta api trans-Sumatera, trans-Kalimantan,
trans-Sulawesi, serta trans-Papua.
"Rohnya APBN itu NKRI. Kalau Jawa aja yang maju, ya
merdeka aja Papua dan lainnya itu," ucap Jonan.
Di sisi lain, dia mengatakan, KAI akan mendukung proyek
kereta api walaupun mahal tetapi menggunakan dana KAI sendiri dan tidak
menggunakan APBN. Misalnya, proyek kereta api Bandara Medan-Kualanamu.
"Sebentar lagi kita juga akan bikin, pakai duit KAI
sendiri kereta Bandara Soekarno-Hatta, hampir Rp 3 triliun," katanya.
Seperti diberitakan, Pemerintah Indonesia menerima dana
hibah dari Pemerintah Jepang sebesar 15 juta dollar AS untuk studi kelayakan
proyek Shinkansen Jakarta-Bandung. Studi kelayakan berlangsung selama dua
tahap.
Tahap pertama mulai 28 Januari 2014 hingga April 2015
untuk membahas perencanaan dasar kereta peluru tersebut. Tahap kedua berlangsung
dari April 2015 hingga Desember 2015 guna menggodok detail kalkulasi biaya
pembangunannya.
Perkiraan awal, proyek kereta kilat ini akan membutuhkan
investasi hingga Rp 56 triliun. Dana tersebut termasuk untuk membangun jalur
kereta sepanjang 133 kilometer dan pengadaan kereta cepatnya.
Sumber : Kompas, 01.07.14 / Kredit Foto : Republika.
[English Free Translation]
President Director of PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Ignasius Jonan assess that speed train Shinkansen megaproject for the
Jakarta-Bandung route, which require an investment of around IDR 56 trillion,
is not fair.
No comments:
Post a Comment