JaKaRTa: Apapun pendidikan
yang kita tempuh, baik formal maupun informal, akan memberikan perspektif
tentang kepemimpinan, teori kepemimpinan, namun TIDAK akan pernah membuat kita
menjadi pemimpin.
Lalu apa yang membuat kita menjadi pemimpin?
Menurut saya ada 2:
A. Talenta/Bakat yang didapat dari lahir.
B. Perjalanan Hidup yang saya artikan sebagai memberi Contoh, memberikan tauladan.
Jika Butir A diatas tidak dimiliki, setidaknya Butir B wajib dijalani sehingga kita bisa menjadi pemimpinan yang ditauladani, BUKAN dillayani apalagi menerima setoran atau memotong hak anak buah kita ya.
Jika ada yang merasa haknya ditilep atasannya, agar lapor ke saya karena ini tindakan yang luar biasa kejam.
Saya banyak melihat bahwa kepemimpinan yang toleran/ragu/tidak memberikan Contoh, biasanya hasilnya tidak maksimal dan cenderung menyalahkan orang lain.
Tentang perbaikan lampu, toilet dan layanan stasiun di Jabodetabek yang dikeroyok oleh KCJ dan Daop 1, ternyata hasilnya bernilai 6.5 dari skala 0-10. Saya mau nilainya sekurangnya 9!
Ada yang bilang saya terlalu menuntut banyak, tapi saya katakan bahwa saya akan terus mendukung peningkatan kesejahteraan sehingga yang patut terus memimpin KAI dan anak perusahaan adalah yang dapat mencapai Nilai 9 saja.
Lalu ada yang tanya ke saya, bagaimana mendapat Nilai 9? Ya berfikir untuk perbaikan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu! Jelas?
Selamat berkarya dan hindari kealpaan atau kebodohan atau kelalaian ya.
Sumber : Ćgnasius Jonan via Milis Internal KAI dan Grup.
--- quote ---
Ignasius Jonan: "Leadership is a Half Talent, a Half Journey"
DOKUMEN BINUS: Dirut PT KAI Ignasius Jonan, dalam acara CEO Speaks yang diselenggarakan Universitas Bina Nusantara.
Kamis, 3 Juli 2014 | 07:53 WIB
KOMPAS.com - Banyak orang pintar, tapi belum tentu dari semua yang pintar-pintar itu cakap memimpin dan mengkoordinasikan sebuah tim kerja, dan membawa perubahan.
Demikian dikatakan CEO PT KAI (Persero), Ignasius Jonan, dalam CEO Speaks on Leadership Class, yang diselenggarakan oleh Universitas Binus Jakarta, awal pekan ini (30/6/2014).
Sayangnya, kata Jonan, kepemimpinan tidak bisa didapat dari bangku pendidikan formal, pun dari teori-teori buku manajemen SDM dan kepemimpinan. "Leadership is a half talent, a half journey," tutur Best BUMN CEO 2013 itu.
"Kepemimpinan itu separuh bakat, separuh perjalanan. Kalau enggak bakat, sampai mati juga enggak akan bisa (memimpin)," jelasnya.
Jonan mengatakan, banyak pemimpin perusahaan yang kepemimpinan mereka terbentuk dalam perjalanan karir. Tak sedikit pula dari mereka yang hanya sekolah kepemimpinan dan jago teori, namun sebenarnya tidak bisa memimpin.
"Saya itu tidak berbakat ngelukis. Mau dibunuh juga tetap enggak bisa ngelukis. Kalian juga kalau saya suruh mimpin 1000 masinis, pasti enggak bisa. Soalnya beda-beda. Leadership is a half journey," ujarnya.
Dalam teori kepemimpinan, dikenal ada dua tipe pemimpin. Ada yang process oriented, ada pula yang result oriented. Dalam hal ini, ketika ditanyakan oleh yang hadir, Jonan mengaku lebih memilih result oriented.
"Gini. Proses itu buat saya tidak penting, selama tidak melanggar hukum dan tidak melanggar etika. Lainnya urusan Anda," jelas Jonan mengemukakan alasannya.
"Proses itu ada di sekolah, di kuliah. Anda melakukan kesalahan juga masih diberi kesempatan, karena Anda bayar untuk proses itu. Sekarang dalam dunia kerja, Anda, saya bayar. That's a big different," imbuhnya.
"Orang HR itu yang suka process oriented. Siapa yang kerja di HR?" tanya Jonan kepada peserta kelas.
"Keliru itu," lanjutnya diikuti riuh tawa seisi kelas.
Dia menjelaskan, untuk memastikan tidak melanggar etika dalam mencapai hasil yang diinginkan, Jonan mengaku dirinya adalah salah satu pemimpin perusahaan yang jarang duduk di kantor.
"Saya itu tidak pernah menerima laporan yang saya harapkan. Saya cek realitanya apa. Kalau mau saya maki-maki, saya maki-maki," ujarnya.
"Saya jarang di kantor wong saya jalan-jalan terus," sambung Jonan.
Terakhir, dalam kelas tersebut, salah seorang peserta juga meminta saran Jonan, agar institusi pendidikan seperti Universitas Binus bisa mencetak pemimpin-pemimpin handal. Jonan memastikan hanya ada dua kunci kepemimpinan, bakat dan perjalanan.
"That's not any institutional creates leader," tegasnya.
--- unquote ---
[English Free Translation]
President
Director of PT Kereta Api Indonesia (Persero) Ignasius Jonan speaks about
Leadership which held at Bina Nusantara University, Jakarta.Lalu apa yang membuat kita menjadi pemimpin?
Menurut saya ada 2:
A. Talenta/Bakat yang didapat dari lahir.
B. Perjalanan Hidup yang saya artikan sebagai memberi Contoh, memberikan tauladan.
Jika Butir A diatas tidak dimiliki, setidaknya Butir B wajib dijalani sehingga kita bisa menjadi pemimpinan yang ditauladani, BUKAN dillayani apalagi menerima setoran atau memotong hak anak buah kita ya.
Jika ada yang merasa haknya ditilep atasannya, agar lapor ke saya karena ini tindakan yang luar biasa kejam.
Saya banyak melihat bahwa kepemimpinan yang toleran/ragu/tidak memberikan Contoh, biasanya hasilnya tidak maksimal dan cenderung menyalahkan orang lain.
Tentang perbaikan lampu, toilet dan layanan stasiun di Jabodetabek yang dikeroyok oleh KCJ dan Daop 1, ternyata hasilnya bernilai 6.5 dari skala 0-10. Saya mau nilainya sekurangnya 9!
Ada yang bilang saya terlalu menuntut banyak, tapi saya katakan bahwa saya akan terus mendukung peningkatan kesejahteraan sehingga yang patut terus memimpin KAI dan anak perusahaan adalah yang dapat mencapai Nilai 9 saja.
Lalu ada yang tanya ke saya, bagaimana mendapat Nilai 9? Ya berfikir untuk perbaikan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu! Jelas?
Selamat berkarya dan hindari kealpaan atau kebodohan atau kelalaian ya.
Sumber : Ćgnasius Jonan via Milis Internal KAI dan Grup.
--- quote ---
Ignasius Jonan: "Leadership is a Half Talent, a Half Journey"
DOKUMEN BINUS: Dirut PT KAI Ignasius Jonan, dalam acara CEO Speaks yang diselenggarakan Universitas Bina Nusantara.
Kamis, 3 Juli 2014 | 07:53 WIB
KOMPAS.com - Banyak orang pintar, tapi belum tentu dari semua yang pintar-pintar itu cakap memimpin dan mengkoordinasikan sebuah tim kerja, dan membawa perubahan.
Demikian dikatakan CEO PT KAI (Persero), Ignasius Jonan, dalam CEO Speaks on Leadership Class, yang diselenggarakan oleh Universitas Binus Jakarta, awal pekan ini (30/6/2014).
Sayangnya, kata Jonan, kepemimpinan tidak bisa didapat dari bangku pendidikan formal, pun dari teori-teori buku manajemen SDM dan kepemimpinan. "Leadership is a half talent, a half journey," tutur Best BUMN CEO 2013 itu.
"Kepemimpinan itu separuh bakat, separuh perjalanan. Kalau enggak bakat, sampai mati juga enggak akan bisa (memimpin)," jelasnya.
Jonan mengatakan, banyak pemimpin perusahaan yang kepemimpinan mereka terbentuk dalam perjalanan karir. Tak sedikit pula dari mereka yang hanya sekolah kepemimpinan dan jago teori, namun sebenarnya tidak bisa memimpin.
"Saya itu tidak berbakat ngelukis. Mau dibunuh juga tetap enggak bisa ngelukis. Kalian juga kalau saya suruh mimpin 1000 masinis, pasti enggak bisa. Soalnya beda-beda. Leadership is a half journey," ujarnya.
Dalam teori kepemimpinan, dikenal ada dua tipe pemimpin. Ada yang process oriented, ada pula yang result oriented. Dalam hal ini, ketika ditanyakan oleh yang hadir, Jonan mengaku lebih memilih result oriented.
"Gini. Proses itu buat saya tidak penting, selama tidak melanggar hukum dan tidak melanggar etika. Lainnya urusan Anda," jelas Jonan mengemukakan alasannya.
"Proses itu ada di sekolah, di kuliah. Anda melakukan kesalahan juga masih diberi kesempatan, karena Anda bayar untuk proses itu. Sekarang dalam dunia kerja, Anda, saya bayar. That's a big different," imbuhnya.
"Orang HR itu yang suka process oriented. Siapa yang kerja di HR?" tanya Jonan kepada peserta kelas.
"Keliru itu," lanjutnya diikuti riuh tawa seisi kelas.
Dia menjelaskan, untuk memastikan tidak melanggar etika dalam mencapai hasil yang diinginkan, Jonan mengaku dirinya adalah salah satu pemimpin perusahaan yang jarang duduk di kantor.
"Saya itu tidak pernah menerima laporan yang saya harapkan. Saya cek realitanya apa. Kalau mau saya maki-maki, saya maki-maki," ujarnya.
"Saya jarang di kantor wong saya jalan-jalan terus," sambung Jonan.
Terakhir, dalam kelas tersebut, salah seorang peserta juga meminta saran Jonan, agar institusi pendidikan seperti Universitas Binus bisa mencetak pemimpin-pemimpin handal. Jonan memastikan hanya ada dua kunci kepemimpinan, bakat dan perjalanan.
"That's not any institutional creates leader," tegasnya.
--- unquote ---
[English Free Translation]
No comments:
Post a Comment