PALEMBANG – Ribuan orang yang
mengatasnamakan PEKAT (Pembela Kesatuan Tanah Air) Indonesia Bersatu
menggelar aksi damai di kantor DPRD Sumsel, kemarin (15/3). Mereka intinya
menuntut pembatasan surat keputusan (SK) tentang pelarangan melintas bagi
angkutan batu bara di jalan umum.
Menggelar aksi hampir lima jam, mulai
pukul 09.30 WIB hingga 14.00 WIB di halaman DPRD Sumsel, para pendemo
terpaksa pulang dengan tangan kosong. Pasalnya, tak ada satupun anggota dewan
yang menemui dan menerima aspirasi mereka. “Kami minta maaf karena untuk saat
ini tidak ada anggota DPRD di kantor,” kata Masito Ratnawati, Kabag Humas
Setwan Sumsel.
Selama aksi, massa yang berasal dari
beberapa kabupaten/kota seperti Empat Lawang, Muba, OKI, Ogan Ilir,
Pagaralam, Lahat dan Palembang, serta perwakilan mahasiswa dari IAIN Raden
Fatah, PGRI dan Bina Darma melakukan orasi, menyuarakan pendapat terkait
dampak pelarangan operasional angkutan batu bara melalui jalan umum.
Koordinator aksi, Febri Zulian Saibul
mengatakan, demo dilakukan untuk meminta peninjauan ulang terkait penyetopan
operasional angkutan batu bara melalui jalan umum. Mereka bahkan menuntut SK
Gubernur tersebut dibatalkan. “Sudah sekitar tiga bulan semenjak dilakukan
penyetopan, angka kriminalitas semakin meningkat dan perekonomian warga
menurun,” bebernya.
Katanya, sebelum ini memang sudah ada
aksi damai dari para sopir dan transportir batu bara, tapi tak menuai hasil.
Diungkap Febri, aksi kemarin digelar serentak pada dua tempat. ”Satu di
Palembang, satu lagi di Merapi, Lahat,”cetusnya. Ia mengungkap, beberapa
waktu lalu ada pansus dari DPRD Sumsel yang ditugaskan meninjau ulang lokasi
jalan khusus untuk angkutan batu bara.
”Berdasarkan hasil investigasi kami,
mereka tidak sampai ke lokasi Merapi, tapi sebatas Muara Enim, lalu putar
balik,”bebernya. Sementara itu, Taufiq, Ketua Ikatan Masyarakat Merapi yang
turut dalam aksi damai itu mengatakan dalam tiga bulan terakhir marak
terjadi kriminalitas di Lahat.
Hampir setiap hari ada yang kehilangan
motor. “Kami mohon kebijakan Pak Gubernur supaya melakukan peninjauan ulang.
Kami lihat jalan Servo dalam satu tahun terakhir tidak selesai,” imbuhnya.
Diungkap Taufiq, ada 300 masyarakat Merapi yang ikut demo. “Tanah mereka
semua terpaksa dijual ke perusahaan karena sudah tiga bulan tidak bekerja
menyopiri truk batu bara,” pungkasnya. (cj6/cj8)
|
Sumber : Sumatera
Ekspres, 15.03.13.
[English Free
Translation]
Thousands of people on behalf of PEKAT (Pembela Kesatuan Tanah
Air or Defenders of the Fatherland Unity) Indonesia Unite held a protest in
Parliament office in South Sumatera, Friday (15/03). They are essentially
demanding restrictions decree or surat keputusan (SK) on the prohibition of
passing to transport coal on public roads.
No comments:
Post a Comment