Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (KAI) rencananya akan mengirim 1.200
pegawainya untuk studi banding perkeretaapian ke luar negeri, 700 orang di
antaranya dikirim ke China hingga akhir 2013. Apa alasan PT KAI pilih China
sebagai studi banding?
"Kenapa China dipilih? perkerataapian di sana maju sekali. Sampai era tahun 80-an sistem pekeretaapiannya sama dengan kita, tapi kalau sekarang China maju sekali," kata Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan saat pelepasan rombongan program studi banding 'Melihat China dalam Perspektif Perkeretaapian Beijing-Shanghai di Gedung JRC, Juanda, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Jonan menuturkan, pesatnya perkeretapian di Negei Tirai Bambu itu karena pemerintah China mempunyai perhatian yang tinggi tehadap perkeretaapian. Saat ini menjelma menjadi negara dengan sistem perkereapiannya yang termoderen.
"Anda nanti bisa lihat di sana ada stasiun sebesar bandara Soekarno-Hatta," kata Jonan serius.
Jonan menuturkan, para pegawainya bisa belajar banyak di China. Misalnya mulai dari masalah sederhana, seperti masalah sarana perkeretaapian di Indonesia yang harus terus diperbaiki.
"Orang sarana kalau melihat di China harus ada perubahan, sarana ini paling banyak dikritik orang. Coba lihat di sana apa yang bisa ditiru di sana dengan baik," pesan Jonan.
Seperti diketahui, kegiatan belajar ini berlangsung dari 16-20 Maret 2013, yang dikuti oleh 91 orang. Rencananya rombongan akan menjajal empat rute kereta di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Rute kereta itu antara lain kereta api cepat (CRH) dari Beijing ke Tianjin, termasuk melihat fasilitas dan pelayanan di Stasiun Tianjin. Saat kembali ke Beijing, rombongan juga akan memakai kereta api cepat Tianjin ke Beijing
Rute kedua, saat di Beijing para pegawai KAI akan menjajal fasilitas kereta subway atau kereta bawah tanah.
Rute ketiga, rombongan akan menjajal jalur kereta peluru atau bullet train dari Beijing ke Shanghai. Kereta peluru ini mampu berlari dengan kecepatan di atas 300 Km per jam. Terakhir, rombongan akan menikmati kereta bandara di Shanghai yang lebih dikenal kereta Maglev dari Shanghai ke Bandara Pudong.
Kegiatan studi banding ini sudah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Selain ke China, PT KAI juga mengirim para pegawainya belajar sistem perkeretaapian di Prancis, AS, Jepang, Spanyol, India dan lain-lain.
Berdasarkan data PT KAI, tahun 2011 lalu telah dikirim 23 orang ke China, kemudian pada 2012 telah dikirim 305 orang terdiri 4 gelombang. Sedangkan untuk tahun ini akan dikirim sebanyak 196 orang terbagi dua gelombang masing-masing 91 orang dan 105 orang. Dengan demikian total pegawai KAI yang telah berangkat ke China mengikuti studi banding mencapai 524 orang.
"Kenapa China dipilih? perkerataapian di sana maju sekali. Sampai era tahun 80-an sistem pekeretaapiannya sama dengan kita, tapi kalau sekarang China maju sekali," kata Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan saat pelepasan rombongan program studi banding 'Melihat China dalam Perspektif Perkeretaapian Beijing-Shanghai di Gedung JRC, Juanda, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Jonan menuturkan, pesatnya perkeretapian di Negei Tirai Bambu itu karena pemerintah China mempunyai perhatian yang tinggi tehadap perkeretaapian. Saat ini menjelma menjadi negara dengan sistem perkereapiannya yang termoderen.
"Anda nanti bisa lihat di sana ada stasiun sebesar bandara Soekarno-Hatta," kata Jonan serius.
Jonan menuturkan, para pegawainya bisa belajar banyak di China. Misalnya mulai dari masalah sederhana, seperti masalah sarana perkeretaapian di Indonesia yang harus terus diperbaiki.
"Orang sarana kalau melihat di China harus ada perubahan, sarana ini paling banyak dikritik orang. Coba lihat di sana apa yang bisa ditiru di sana dengan baik," pesan Jonan.
Seperti diketahui, kegiatan belajar ini berlangsung dari 16-20 Maret 2013, yang dikuti oleh 91 orang. Rencananya rombongan akan menjajal empat rute kereta di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Rute kereta itu antara lain kereta api cepat (CRH) dari Beijing ke Tianjin, termasuk melihat fasilitas dan pelayanan di Stasiun Tianjin. Saat kembali ke Beijing, rombongan juga akan memakai kereta api cepat Tianjin ke Beijing
Rute kedua, saat di Beijing para pegawai KAI akan menjajal fasilitas kereta subway atau kereta bawah tanah.
Rute ketiga, rombongan akan menjajal jalur kereta peluru atau bullet train dari Beijing ke Shanghai. Kereta peluru ini mampu berlari dengan kecepatan di atas 300 Km per jam. Terakhir, rombongan akan menikmati kereta bandara di Shanghai yang lebih dikenal kereta Maglev dari Shanghai ke Bandara Pudong.
Kegiatan studi banding ini sudah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Selain ke China, PT KAI juga mengirim para pegawainya belajar sistem perkeretaapian di Prancis, AS, Jepang, Spanyol, India dan lain-lain.
Berdasarkan data PT KAI, tahun 2011 lalu telah dikirim 23 orang ke China, kemudian pada 2012 telah dikirim 305 orang terdiri 4 gelombang. Sedangkan untuk tahun ini akan dikirim sebanyak 196 orang terbagi dua gelombang masing-masing 91 orang dan 105 orang. Dengan demikian total pegawai KAI yang telah berangkat ke China mengikuti studi banding mencapai 524 orang.
Sumber : detik, 16.03.13.
[English Free Translation]
PT
Kereta Api Indonesia
(KAI) plans to send
1,200 employees to a comparative study of railways abroad, 700 of whom were
sent to China by the end of 2013.
What is the reason PT KAI select China as a
comparative study?
No comments:
Post a Comment