JAKARTA: Biaya logistik di republik ini, diakui banyak pihak masih tinggi.
Karena itu dengan adanya terobosan pembangunan jalur ganda kereta api,
diharapkan mampu meminimalisir beban biaya bagi pelaku industri secara umum.
Selasa 18/12, bertempat di kantor “Bisnis
Indonesia”, 6 (enam) pejabat terkait dengan industri transportasi berbagi
informasi dalam sebuah diskusi panel bertajuk “Dampak Ekonomi Pembangunan Jalur
Ganda Lintas Utara”. Pembicara kunci Wamenhub Bambang Susantono.
Pembicara yang hadir : Direktur Utama PT Kereta Api Logistik (KALOG) Rustam
Harahap, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Tundjung Inderawan, Sekjen Apindo
Suryadi Sasmita, pakar transportasi Darmaningtyas, Direktur Cikarang Dry Port
(CDP) Noor Yusuf dan Direktur Produksi & Pemberitaan PT Jurnalindo Aksara
Ahmad Djauhar.
Dalam menyampaikan paparannya, Dirut KALOG menyampaikan perlunya niatan
pemerintah untuk mendorong industri transportasi nasional, termasuk
menghubungkan jalur rel KA dan pelabuhan sehingga angkutan barang akan bergeser
ke angkutan KA.
Secara ekonomis, jalur jalan bisa lebih bermanfaat untuk opsi lain, selain
mengurangi tingkat kemacetan, merusak jalan raya atau memperpendek usia jalan
serta guna meminimalisir polusi udara. Selain itu, dikota-kota besar, perlu
juga dibuatkan jalan flyover / underpass untuk perlintasan sebidang.
Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Bambang Susantono yang menjadi
pembicara kunci, menegaskan akhir tahun 2013, proyek jalur ganda rute utara
dengan anggaran negara Rp 9,8 trilyun itu harus selesai sesuai target.
Selanjutnya, dia meminta pelaku industri untuk memanfaatkan peluang bisnis
setelah rel ganda Jakarta – Surabaya sepanjang 400 kilometer rampung. Kalo ngga
dimanfaatkan, buat apa juga ngebangun proyek semahal itu hik hik hik.
Sumber : KALOG – Bisnis Indonesia / Foto : Andiasri.
[English Free Translation]
Tuesday 18/12, at the office "Bisnis Indonesia", 6 (six) officilas related
to the transportation industry to share information in a panel
discussion titled "The Economic of Double-tracks Development in Northern Java".
No comments:
Post a Comment