KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Batubara Acuan (HBA) Desember 2019 tercatat sebesar US$ 66,3 per
ton. Nilai itu naik tipis sebesar 0,045% dibandingkan HBA November yang berada
di angka US$ 66,27 per ton.
Meski HBA tahun ini ditutup dengan kenaikan tipis, namun
secara rerata tahunan, HBA tahun 2019 menjadi yang terendah selama dua tahun
terakhir.
Rerata HBA dari Januari-Desember 2019 hanya mencapai US$
77,89 per ton, lebih mini dibanding rerata HBA tahun 2017 yang sebesar US$
85,92 per ton, dan HBA tahun 2018 yang mencapai US$ 98,96 per ton.
Sejak
September 2018, tren harga batubara memang tertekan. Bahkan HBA Oktober menjadi
yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Sejak September 2018, HBA nyaris
selalu menurun dan hanya tiga kali mencatatkan kenaikan yang tipis secara
bulanan, yakni pada bulan Agustus, November, dan Desember.
Direktur
Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia
mengungkapkan, penyebab melemahnya tren harga batubara tidak lah tunggal.
Selain karena faktor eksternal seperti pelambatan ekonomi
global yang mempengaruhi permintaan, Hendra mengatakan bahwa kondisi pasar yang
masih kelebihan pasokan alias oversupply juga menjadi faktor yang dominan.
Hendra menyebut, kondisi tersebut terjadi lantaran adanya
pelonggaran produksi dari pemerintah yang menyebabkan realisasi produksi
kembali melampaui target. Hendra mengatakan, produksi dari pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di daerah
sulit dikontrol, sehingga menyebabkan realisasi produksi secara nasional
melonjak.
Kondisi itu, sambung Hendra, terbaca oleh pasar sehingga
membuat harga tertekan. "Pasar pasti melihat itu, ekspansi masih tinggi.
Sulit dikendalikan lonjakan produksi dari daerah," kata Hendra kepada
Kontan.co.id, Jum'at (6/12).
Ketua
Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo
mengamini hal tersebut. Menurutnya, sebagai eksportir batubara terbesar di
dunia, kebijakan produksi batubara Indonesia akan sangat menentukan pergerakan
harga.
"Justru penurunan bisa terjadi akibat asumsi pasokan
batubara Indonesia yang berlebih. Mengingat Indonesia sebagai eksportir
terbesar dunia, kepastian pasokan dan bahkan berlebih mendorong harga menjadi
tertekan," ujar Singgih.
Adapun, menurut Ketua
Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif, tren pelemahan harga
batubara tak lepas dari pelemahan ekonomi global sebagai efek domino dari
perang dagang Amerika Serikat dan China. "Ketika ekonomi sedang lesu,
konsumsi energi juga kena dampaknya," kata Irwandy.
Selain karena pelemahan ekonomi, Irwandy mengatakan bahwa
penggunaan energi alternatif juga menjadi penyebab penurunan konsumsi batubara.
Ia mencontohkan, India yang menurunkan konsumsi batubara sejak April tahun ini.
Irwandy bilang, penurunan
ini menjadi yang pertama dalam 10 tahun terakhir, yang terjadi akibat
peningkatan suplai energi alternatif berupa tenaga air dan tenaga nuklir.
"Selain India, Tiongkok juga meningkatkan komitmennya untuk mensubstitusi
batubara dengan sumber energi ramah lingkungan," kata Irwandy.
Sumber : Kontan, 06.12.19.
[English Free Translation]
The Reference Coal Price (HBA or Harga batubara Acuan) in
December 2019 was recorded at US $ 66.3 per ton. That value edged up by 0.045%
compared to the November HBA which stood at US $ 66.27 per ton. Oh My God !
No comments:
Post a Comment