JaKaRTa:
Wajah per-stasiun-an di Jakarta
tengah ditata oleh PT Kereta Api
Indonesia (Persero) agar kedepannya menjadi lebih baik dengan memperhatikan
pertimbangan bisnis dan juga arah kebijakan pemerintah dalam beberapa tahun ke
depan. Untuk bilang jangka panjang, masih blon pe-de hi hi hi.
Yang kentara
saat ini, semua stasiun di Jabodetabek
bisa disinggahi commuter line, itu
pasti, kecuali Stasiun Gambir.
Peruntukan Gambir memang untuk kereta
api (KA) eksekutif jarak jauh ato luar kota. Terus, Stasiun Tanjung Priuk, buat apa dunk ?
Sebelumnya
sempat mangkrak dan nyaris gak bersuara, 1-2
tahun lalu diaktifkan dengan memasukkan 4 (empat) KA seperti Bogowonto, Bangunkarta tetapi sejak kuartal 3 tahun 2014, di-stop lagi.
Pasalnya,
perubahan peruntukan. Rencana jangka panjang, Stasiun Tanjung Priuk yang ada
dalam koordinasi Daop 1, akan dikembangkan menjadi stasiun angkutan barang dan
mengantisipasi lonjakan petikemas antar-daerah yang diprediksi bakal melonjak.
Mirip seperti
halnya Stasiun Kalimas di Daop 8 SB yang akhirnya difokuskan
menjadi terminal barang ato tepatnya stasiun angkutan barang. Tadinya di Surabaya ada beberapa stasiun yang
melayani angkutan barang juga, semisal Surabaya
Pasar Turi dan Benteng. Kini
tidak lagi.
Sambil
menunggu aktifasi stasiun agar bisa mengakomodir commuter line, yuuuk kita
lihat-lihat selayang pandang foto-foto stasiun Tanjung Priuk, termasuk lorong
dibawah tanah (mohon maaf, belum bisa dilihat oleh umum karena masih belum
dipugar). Hanya bagian atas yang sempat diabadikan dengan baik.
Padahal kalo
sempat denger dari temen-temen yang hafal seluk beluk sejarah, lorong dibawah Stasiun
KA Tanjung Priuk itu ada yang tersambung ke
Istana Negara, ke Beos serta Pelabuhan Tanjung Priok / Ancol situ.
Lorong itu
dulunya, dipergunakan oleh pihak VOC
untuk menggelontorkan pasok rempah-rempah dan segala macam komoditi negeri ini,
via kapal yang sandar di Ancol itu. Sepintas, gak ada kegiatan macam-macam
karena aktifitas nyata ada di bawah geladak dan nyaris gak terlihat dari atas.
Seperti
teknik kamuflase ato mengalihkan perhatian. Masyarakat umum hanya melihat ada
kapal sandar, titik. Strategi wong Londo lain lagi. Gimana caranya, orang lain
gak tahu, sementara pemerintah Hindia
Belanda melakukan manuver gila dengan menguras kekayaan negeri tercinta.
Itulah
sedikit ulasan tentang fungsi lorong-lorong bawah tanah tadi. Lain kali, kita
mo tanya kepada para nara-sumber yang lebih paham tentang sejarah Stasiun
Tanjung Priuk supaya lebih maknyuuus.
Ngomong-ngomong,
nama Tanjung Priuk itu asalnya darimana ya ? (ssst, ada juga yang menulis
Tanjung Priok). Ini cuplikan dari Wikipedia. Kata Tanjung Priok berasal dari kata tanjung yang artinya
daratan yang menjorok ke laut, dan priok (periuk) yaitu semacam panci
masak tanah liat yang merupakan komoditas perdagangan sejak zaman prasejarah.
Anggapan nama
Tanjung Priok berasal dari tokoh penyebar
Islam Mbah Priuk (Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain) menurut pendapat budayawan Betawi Ridwan Saidi dan sejarawan Alwi Shahab adalah salah,
karena kawasan ini sudah bernama Tanjung Priok jauh sebelum kedatangan Mbah
Priuk pada tahun 1756.
Komentar akhir
setelah melihat stasiun Tanjung Priuk, keren abiiiiiz !
Sumber :
Langsung / Foto : RAM / . Kredit Foto :
warisanindonesia.com, rovicky.wordpress.com
[English Free
Translation]
Some time
ago, we stopped to Tanjung Priuk station and take the pictures to be immortalized.
Romantic shades and elegant buildings still apparent today. Take a look the
photo’s above.
No comments:
Post a Comment