Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi
mendorong agar penggunaan tingkat komponen dalam negeri untuk pembuatan dan
pengembangan kereta Lintas Rel Terpadu
(LRT) Jabodebek mencapai 100 persen.
Menteri
Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro
menyatakan dorongan itu melalui penguasaan teknologi dalam mendukung
kemandirian teknologi untuk kemajuan industri perkeretaapian Indonesia.
Dia optimistis industri perkeretaapian Indonesia dapat
mandiri melalui penguasaan teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dalam negeri. Namun, Menristek
menegaskan memang membutuhkan waktu untuk menguasai dan mengembang manufaktur
untuk menunjang perkeretaapian Indonesia, dan Indonesia terus bergerak menuju
kemandirian teknologi perkeretaapian.
"Khususnya lokomotifnya, motor listriknya dan
rem-nya yang masih harus impor, sisanya dibuat sendiri. Artinya, kita terus
memperbaiki untuk meningkatkan lokal konten," katanya dalam peninjauan uji
coba LRT Jabodebek dari Stasiun Cibubur ke Stasiun Ciracas di Stasiun LRT
Cibubur di Kecamatan Cimanggis, Kota Depok seperti dikutip Antara, Kamis
(28/11/2019).
Menristek Bambang menuturkan para teknisi dan karyawan PT
INKA sedang meningkatkan kemampuan teknologi, demikian juga Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) untuk penguasaan teknologi kereta cepat.
Menurutnya, LRT Jabodebek ditargetkan beroperasi penuh
pada Juni 2021. "Jadi nanti
kalau kereta cepat juga beroperasi kita harapkan tidak lagi kita bergantung
kepada semata-mata dari yang luar negeri tapi kita sudah harus mulai menguasai
teknologinya itu sendiri dan juga sampai kepada manufaktur," ujarnya.
Tingkat
Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dari kereta LRT Jabodebek
masih 42 persen dikarenakan komponen
utama kereta yaitu sistem propulsi,
train control and management system (TCMS) dan sistem pengereman masih impor.
"Gerbongnya dibuat oleh PT INKA sedangkan rel-nya
oleh PT Adhi Karya. Bahwa masih ada teknologi yang dibeli dari luar negeri itu
wajar. Kita sedang dalam proses penguasaan teknologi agar kandungan dalam negerinya
meningkat," katanya.
Pengembangan teknologi dan inovasi di bidang
perkeretaapian juga masuk dalam prioritas riset nasional untuk 5 tahun ke
depan.
Dalam mengejar kemandirian teknologi perkeretaapian,
Menristek mengatakan dalam dunia yang dinamis, tidak harus mengejar 100 persen
teknologi dari dasar tapi mengejar mayoritas penguasaan teknologi.
"Dan penguasaan teknologi bukan pekerjaan semalam.
Butuh waktu dan kita juga harus punya infrastrukturnya. Contohnya, laboratorium
pengujiannya harus kita bangun juga, misalkan untuk kereta cepat,"
tuturnya.
Ke depan, juga perlu dibangun laboratorium pengujian
seperti untuk moda raya terpadu (MRT),
LRT, kereta commuter, kereta antar kota, bahkan untuk kereta cepat, jika
ingin mengejar penguasaan teknologi di bidang ini.
"Nantinya, kita juga harus menguasai teknologi
kereta cepat, di situ pasti dibutuhkan laboratorium pengujian yang banyak,
reverse engineering juga harus kita lakukan dan itu butuh waktu," ujarnya.
Sumber : Bisnis, 28.11.19.
[English Free Translation]
The Ministry of Research and Technology encourages that
the use of the component level in the country for the construction and
development of Jabodebek Integrated Railroads (LRT) reach 100 percent.
No comments:
Post a Comment