BeiJiNG:
Perjalanan ke Tiongkok dimulai tgl 22/10
dan kembali ke Indonesia tgl 26/10
pagi waktu setempat (waktu RRCina).
Selisih waktu antara Jakarta dan Beijing / Shanghai 1 (satu) jam saja. Program Studi Banding (PSB) ini
menggabungkan aktifitas pekerjaan (pengalaman berkereta api), edukasi dan
jelong-jelong alias jalan-jalan.
Berikut ini
catatan perjalanan RAM selama
mengikuti PSB di Tiongkok untuk melihat-lihat dan merasakan kondisi nyata di
Negeri Panda. Peserta dibagi dalam 6 (enam) kelompok dan bertindak sebagai
kapten : Wiwiek Widayanti (EVP Daop 8
SB). Selamat menyimak.
Hari pertama,
langsung menuju Tembok Besar Cina (The
Great Wall) - tentunya setelah sarapan, khan baru nyampe pagi harinya.
Setelah memanjat dan merasakan langkah raksasa di tumpukan bebatuan besar,
brasa banget pegelnya ha ha ha. Memang tingkat kebudayaannya luar biasa.
Lanjut ke Bona Jade (kios giok terbesar milik
pemerintah Cina) dan Baoshutang
(pabrik obat kuat xi xi xi dan diminati para peserta cowok khususnya). Malamnya
langsung nonton akrobatik Cina (gak sempat foto-foto dan juga dilarang
foto-foto) dan ditutup dengan acara makan malam, sebelum akhirnya check-in di Union Life Jianguo Hotel, Beijing.
Hari ke-2,
usai sarapan langsung tancap gas ke Lapangan
Tien An Men dan Forbidden City
alias istana kaisar Cina tempo dulu. Beuuuuuh benar-benar mengagumkan. Kemudian
dilanjut dengan nyoba naik kereta bawah tanah (subway) dan disambung dengan kereta
cepat Beijing-Tianjin pp yang ditempuh dalam sekali jalan cuma 30 menit doank.
Malamnya,
makan dan ada evaluasi di ruang pertemuan hotel. Kesan dan pesan selama di
Beijing walau belum lengkap mencoba semua kereta tetapi secara infrastruktur,
toooop abiz. Kelihatan pemerintahnya serius menggarap fasilitas publik.
Hari ke-3 :
Melakukan perjalanan naik kereta cepat CRH
dari Beijing ke Shanghai. Berangkat jam 08.00 dan tiba sekitar jam 13.00 di
Shanghai Railway Station (ssst
ternyata lokasinya bersebelahan dengan bandara internasional Shanghai).
Dilanjut
makan siang di kota Shanghai lama (Fuzhi) kemudian dilanjut ke pabrik / toko
sutera (Silk Market) dimana
dijelaskan cara mendapatkan bahan yang baik dari ulat sutera. Juga
diperlihatkan berbagai ragam kegiatan pemintalan hingga menjadi baju, seprei,
bed cover dll. Luar biasa sekali.
Sore harinya,
mampir ke TV Tower di kota Shanghai - kota ke 2 terbesar di
daratan Tiongkok dan memiliki penduduk 24 juta jiwa. Woow bingits deh. Padahal
luas wilayahnya hanya seperempat kota pemerintahan Beijing. Aje gileee.
Hari ke-4,
nyoba kereta bandara Maglev dari
kota Shanghai ke bandara internasional Pudong. Namun ada gangguan teknis sedikit.
Kepulangan peserta yang sedianya menggunakan pesawat Garuda jam 10.00 diundur menjadi jam 18.00-an gitu. Tooop abiiiz. Untungnya dapat kompensasi 100 Yuan
jadi agak terhibur dikit karena laparnya gak jadi he he he.
Mejeng di
bandara dan tepatnya di Burger King
ngobrol ngalor ngidul. Syukur alhamdulillah flight terlaksana dan sampe JKT jam
00.30, nyari bantal jam 03.00. Langsung tepar ! Tertidur pulas. Jam 07.00 alarm
bunyi, ayoooo kerja lagi !
--- quote ---
(artikel) PT. KAI
Tingkatkan Kualitas SDM Dengan Studi Banding
Beijing
(ANTARA News) - PT. Kereta Api Indonesia
berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia mereka dengan melakukan
studi banding ke Tiongkok dalam program "Melihat
China Dalam Perspektif Perkeretaapian" pada 22-26 Oktober 2015.
"Seeing
is believing. Mereka tidak akan tahu kalau tidak melihat sendiri, terutama
dalam pelayanan, caranya seperti apa," kata Executive Vice President Daerah Operasi 8 Surabaya Wiwiek Widajanti
kepada ANTARA News yang ikut dalam rombongan, Minggu.
Menurut
Wiwiek, PT. KAI telah melakukan transformasi sejak 2010 yang hasilnya sudah
bisa dinikmati para pengguna kereta api. "Transformasi kami terus lakukan
sampai sekarang. Kalau mau seperti di Tiongkok, harus bekerja keras," ujar
Wiwiek yang juga kapten dalam rombongan tersebut.
Sebanyak 64
pegawai PT. KAI melakukan studi banding dengan menjajal langsung empat macam
kereta api di Tiongkok, antara lain Kereta
Komuter (Subway) di Beijing, Kereta Api Cepat (CRH) dari Beijing ke Tianjin
pada Sabtu (24/10).
Mereka juga
menjajal kereta peluru atau Bullet Train
dari Beijing ke Shanghai yang memiliki kecepatan maksimum hingga tiga kali
lipat dari kereta api di Indonesia (350 km/jam), Minggu, serta akan mencoba
kereta Maglev, kereta sangat cepat
dengan teknologi magnetik pada Senin (26/10).
Beberapa
waktu lalu, Indonesia dan Tiongkok baru saja menandatangani kesepakatan proyek
kereta cepat Jakarta-Bandung. Proyek senilai 5,5 miliar dolar AS ditandatangani Pimpinan China Railway International Yang Zhongmin dengan Dwi Windarto, Presiden Direktur
konsorsium BUMN Indonesia, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.
"Harapannya,
kalau jadi bisa seperti yang ada di Tiongkok ini. Perusahaan itu sudah teruji.
PT. KAI yang memegang bagian operasional akan menyiapkan SDM," ungkap
Wiwiek.
Setelah
menjajal subway dan kereta cepat Beijing-Tianjin-Beijing, para peserta studi
banding melakukan diskusi yang menyimpulkan bahwa banyak hal yang harus
ditingkatkan PT. KAI untuk pelayanan yang lebih baik lagi.
"Pemeriksaan
keamanan stasiun di Beijing seperti yang dilakukan di bandara. Kalau di bandara
saja bisa, kenapa kita tidak menerapkan di stasiun," kata salah satu
peserta, Manajer Operasi Kontainer
Ruhara Agus Mulyono.
Di Stasiun
Beijing South Railway Station, misalnya, penumpang harus melewati setidaknya
dua lapis pemeriksaan tiket dan kartu identitas serta pemeriksaan barang. Dari
segi pelayanan lainnya, petugas juga selalu siap melayani penumpang sehingga
antrean panjang selalu bisa diatasi dengan penanganan yang cepat. Sebagai
contoh, saat rombongan PT. KAI sedang mengantre, petugas langsung membuat
barisan khusus tanpa harus koordinasi dengan atasan.
"Mereka
tidak kaku, termasuk ketika ada grup langsung diatasi tanpa perlu ada
persetujuan dari atasan, tidak seperti kita. Tidak pernah terlihat ada antrean
yang begitu panjang," tutur Wiwiek.
Ketepatan
waktu kereta di Tiongkok juga diakui para peserta studi banding selain infrastruktur,
kebersihan serta fasilitas stasiun.
"Mereka
sudah lebih modern dengan memanfaatkan berbagai macam teknologi. Kita juga bisa
lihat sterilisasi jalur kereta api dengan pagar yang berlapis-lapis," ujar
peserta lainnya Manajer Pengamanan Objek Vital dan Aset Daop 2 Bandung Mualimin Sukardi
Abdullah.
Namun, dari
berbagai kelebihan tersebut, masih ada pengemis yang bisa masuk di area stasiun
meskipun ada pemeriksaan keamanan.
Sumber :
Antara News, Pewarta : Monalisa, 25.10.15.
--- unquote
---
Dokumentasi
terlampir diatas dan disini. Liputan pemberangkatan silahkan baca [KG-290/2015]
China : Seeing Is Believing (part 1/2).
Sumber :
KALOG - Langsung / Foto : RAM - The Wanderland.
[English Free
Translation]
The trip to
China started on October 22nd and back to Indonesia on October 26th.
The Comparative Study Program “Seeing Is Believing”, combines the activities of
the job experiences, education and travelling. How lucky we are …
No comments:
Post a Comment