JaKaRTa: Tahun
2015, merupakan tahun yang penuh
tantangan bagi PT Kereta Api Logistik
(KALOG). Fluktuatifnya kondisi perekonomian nasional berdampak pada bisnis
perusahaan. Dengan pemetaan pengembangan bisnis, manajemen telah melihat
peluang bisnis dari kegiatan bongkar muat atau loading/unloading (LO/LO) batubara di Sumatera Selatan (Sumsel).
Tingginya
produksi batubara serta beroperasinya jalur ganda di Sumsel berdampak pada
kebutuhan jasa LO/LO batubara di propinsi terkaya dengan sumber daya alamnya.
Hingga saat ini, lebih dari 15 pemilik
IUP (Izin Usaha Pertambangan) telah mengajukan kebutuhan jasa LO/LO
batubara dengan total sekitar 50 juta
ton per tahun.
Dilatarbelakangi
oleh pertimbangan tersebut, tahun 2015 Manajemen memutuskan untuk mencurahkan
komitmen dan seluruh upaya dalam mengembangkan bisnis LO/LO batubara, salah
satunya dengan menggelontorkan dana sekitar 95% dari total investasi tahun 2015
guna mengakomodir kebutuhan investasi skala besar di Sumsel.
Salah satunya
melalui pembangunan fasilitas railed
method Gantry Crane yang diintegrasikan dengan belt conveyor system dan shiploader
yang merupakan ide inovasi dan rancangan khusus KALOG dimana pengerjaan
pembangunan tersebut diserahkan kepada anak perusahaan lain: PT KA Properti Manajemen (KAPM).
Pada tahap
awal, KALOG telah menyiapkan fasilitas alat berat berupa 2 (dua) unit gantry crane
yang selanjutnya akan ditambah menjadi 5 - 6 unit. Ketersediaan alat berat tersebut guna memfasilitasi dan
mendorong aktivitas LO/LO batu bara dalam kapasitas besar dari 1,8 juta ton (2014) dan ditargetkan
menjadi 8 -11 juta ton mulai tahun 2016.
Saat ini
KALOG melayani 2 pemilik IUP (di
luar PT BA) dengan 3 (tiga) rangkaian KA per hari (stamformasi 54 GD @25 ton) ato setara dengan volume 2.700 ton dengan Waktu Perputaran Gerbong (WPG) selama 1
(satu) hari.
Ke depan, dengan
penambahan fasilitas LO/LO, rekayasa pola operasi LO/LO serta ditunjang dengan
ketersediaan infrastuktur dan sarana induk perusahaan, KALOG optimis mampu
meningkatkan jumlah angkutan hingga 12
KA/hari.
Di area Stasiun
Sukacinta (SCT), KALOG melayani kegiatan loading dari stockpile ke KA menggunakan
petikemas yang telah dimodifikasi (open top container). Kegiatan loading dilakukan secara bersamaan untuk dua IUP sekaligus,
dengan menggunakan alat berat standar berupa top loader, buldozer, wheel loader
dan sebagainya.
Sementara di Stasiun Kertapati (KPT), KALOG melayani
kegiatan unloading dari KA dilanjutkan dengan kegiatan loading ke stockpile ato
langsung ke tongkang di dermaga yang telah tersedia dengan menggunakan
kombinasi alat berat berupa reach staker dan 2 unit gantry crane.
Selain
pembangunan alat berat, KALOG juga melakukan ekspansi dengan menjajaki dan menyiapkan
area-area lainnya di sekitar Sumsel dengan total kapasitas 29,8 juta ton/tahun. Sebagai area loading, KALOG akan memanfaatkan
beberapa titik selain Stasiun Sukacinta
diantaranya Stasiun (baru) Merapi dan
Merapi-2, Stasiun Banjarsari, Stasiun Muara Lawai, Stasiun Kepur.
Sementara dua
stasiun lain selain Kertapati akan difungsikan sebagai area unloading
diantaranya Kertapati-2 dan Stasiun
(baru) Kramasan dengan dua dermaga untuk mengakomodir kebutuhan loading ke
atas tongkang.
KALOG Merambah Bisnis Terminal Laut
Pada Juli
2014, KALOG mencatatkan tinta emas perjalanan sejarah bisnis KALOG dengan
dibentuknya PT Terminal Batubara Internasional Srengsem (TBIS) sebagai anak
perusahaan pertama yang diperuntukkan untuk mengelola Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) di eks Pelabuhan Srengsem yang berlokasi di dekat
Pelabuhan Panjang – Tanjungkarang dengan kapasitas 20 juta ton/tahun dan diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2018.
TBIS dibentuk
melalui Joint Venture Company (JVC) antara KALOG dengan salah satu mitra, guna
mengelola bisnis pengelolaan terminal laut, khususnya untuk kegiatan LO/LO dan
pengelolaan stockpile batubara bertujuan ekspor.
Batubara ini
diangkut dari wilayah Lahat dan Tanjung Enim menggunakan KA menuju stasiun
(baru) Srengsem yang berlokasi antara stasiun Sukamenanti dan Stasiun
Tarahan.
Dalam
melakukan kegiatan operasionalnya, batubara dibongkar di emplasemen stasiun
Srengsem menggunakan metode bottom down untuk setiap gerbong berkapasitas
masing-masing 75 ton dengan target waktu bongkar selama 30 – 40 menit per KA
(60 gerbong).
Selanjutnya,
bongkaran batubara diangkut ke stockpile atau langsung diangkut menuju kapal
mother vessel di tengah laut menggunakan belt conveyor dan shiploader.
Luas eks Pelabuhan Srengsem yang akan digunakan
menjadi TUKS Srengsem saat ini
sekitar 2,7 hektar dan masih dapat
dikembangkan melalui reklamasi pantai menjadi sekitar 9 hektar.
Progress
penyiapan TUKS Srengsem banyak melibatkan tahapan perizinan mulai dari tingkat
Pemerintah Daerah setempat hingga Kementerian Perhubungan. Sebanyak 17 dari
total keseluruhan 18 syarat TUKS telah terpenuhi dan ditargetkan rampung pada
akhir September 2015 dan dilanjutkan
dengan kegiatan ground-breaking pada akhir 2015.
Bisnis Lo/Lo Muat Batubara Sokong
Bisnis KALOG lainnya
Upaya KALOG
untuk fokus pada pengembangan di Sumatera Selatan dilatarbelakangi oleh
strategi bisnis untuk saling mendukung layanan bisnis lainnya. Pendapatan yang
dihasilkan dari kegiatan LO/LO batubara akan diperuntukkan untuk pembiayaan
perbaikan 3 lini bisnis lainnya yaitu Angkutan Kereta Api Petikemas, Angkutan
Kereta Api Non Petikemas dan Angkutan BHP Kurir.
Selain Lo/Lo
batubara, saat ini KALOG juga tengah berupaya meningkatkan pendapatan dari lini
lainnya. Pada angkutan petikemas, KALOG tengah menjajaki untuk membuka layanan
dengan relasi baru seperti Stasiun Indro
Baru, Stasiun Ronggowarsito dan kawasan
SIER - PIER.
Serupa dengan
angkutan non petikemas, dalam waktu dekat KALOG akan menjalankan rangkaian KA
Semen milik PT STAR dimulai dengan relasi Stasiun
Kretek – Stasiun Klari yang akan mulai beroperasi pada Oktober 2015 serta peningkatan volume angkut dan LO/LO semen milik PT Semen Baturaja di Sumsel.
Sementara
angkutan BHP Kurir mulai optimis memetakan posisinya dalam industri jasa kurir
di Indonesia melalui upaya-upaya pengembangan diantaranya perluasan jangkauan
titik layanan melalui outlet-outlet baru, pemanfaatan gerbong B secara optimal
serta penjajakan kerjasama dengan pihak lain untuk mengembangkan layanan pick-up
dan delivery menggunakan portal online system.
Sumber :
CorComm PT KALOG.
[English Free
Translation]
The year 2015
marked as a year full of challenges for PT Kereta Api Logistik (KALOG).
Fluctuating economic conditions nationwide impact on the company's business. By
mapping business development, management has seen the business opportunity of
the activities of loading and unloading (LO / LO) of coal in South Sumatera.
And what is the next project ?
No comments:
Post a Comment