BUMN
seharusnya merupakan motor pertumbuhan ekonomi negara yang dapat diandalkan,
selain juga menjadi agent of development di seluruh pelosok Tanah Air. Sehingga
usaha komoditi utama di Indonesia dikuasai
oleh BUMN, seperti pertanian/perkebunan (PTP), konstruksi
(BUMN Karya), energi (Pertamina dan PGN), ketenagalistrikan (PLN), transportasi
kereta api (KAI), perbankan (Mandiri, BNI, BTN) dan lain-lain.
Pada umumnya
BUMN-BUMN tersebut sudah tua usianya, di atas 30 tahun. Namun mengapa sampai
hari ini, BUMN itu belum dapat menjadi motor penggerak ekonomi yang baik di
sektornya, bahkan banyak yang terus merugi dan bangkrut.
Begitu pula
saat ini, ketika PT KAI dengan susah payah dibenahi dan PT KAI sudah
berinvestasi besar untuk perbaikan sarana dan bahkan prasarana, kembali
persoalan politik menghantamnya. Pemerintah memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT Adhi Karya (AK) sebesar
Rp 4 T untuk membangun LRT, yang bukan keahliannya PT AK. Sementara PT KAI
sebagai operator KA hanya mendapat PMN sekitar Rp 2 T saja.
Mengapa
Pengoperasian LRT Tidak Diserahkan ke KAI? Meskipun secara regulasi tindakan PT
AK tidak melanggar UU No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, tetapi publik
kembali akan 'dicekoki' dagelan persaingan antar BUMN yang tidak akan pernah
kondusif dan kompetitif karena rebutan lahan bisnis yang sama namun dipaksakan.
Kalau PT AK
dan sesama BUMN karya lain akan melebarkan sayap ke perumahan atau bangunan
komersial, masih dapat dimengerti karena bisnis utamanya memang konstruksi.
Begitu pula jika PT AK ingin membangun angkutan umum berbasis rel, boleh-boleh
saja sebatas membangun konstruksi rel dan stasiunnya saja.
Tetapi bukan
mengoperasikannya karena AK tidak mempunyai ilmu pengoperasian KA yang rumit.
Jadi dapat dipastikan ketika LRT beroperasi, PT AK akan menculik banyak tenaga
ahli PT KAI. Tidak mungkin PT AK menyiapkan semua tenaga kerjanya di sektor
angkutan rel ini dalam waktu singkat dengan biaya murah.
Dampaknya
angkutan umum KA, yang saat ini saya anggap paling handal sebagai angkutan umum
di Indonesia, akan kembali terpuruk. Yang paling mengkhawatirkan adalah
keselamatan dan keamanan penumpang kembali dipertaruhkan oleh syahwat
Kementerian BUMN.
Sumber :
detik, 22.06.15 - Penulis : . Agus Pambagio
(Pemerhati Kebijakan Publik dan Perlindungan Konsumen).
[English Free Translation]
Government
gives State Capital (Penyertaan Modal Negara / PMN) to PT Adhi Karya (AK) Rp 4
T to build the LRT, which is not his forte. While the railway operator PT KAI
as only gets about $ 2 T PMN alone. What's going on, why the government doing
that, instead of the budget awarded to PT KAI ?
No comments:
Post a Comment