SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Beragam tradisi dan banyak
hal-hal yang unik yang dilakukan masyarakat tionghoa dalam merayakan tahun baru
Cina atau yang dikenal imlek.
Salah satunya yakni makan ikan bandeng atau yang dikenal dengan istilah Nian-Nian Yu Yi.
Makan ikan bandeng saat makan besar bersama keluarga di rumah atau di restoran, merupakan tradisi turun menurun sejak zaman para leluhur masyarakat tionghoa.
"Tradisi makan ikan bandeng atau Nian-Nian Yu Yi, memiliki makna yakni kebahagaian atau keberuntungan. Karena ikan adalah simbol kebahagian atau kebruntungan," ujar Tjik Harun, tokoh masyarakat tinghoa, ketika dibincangi Sripoku.com.
Mengenai tradisi pantangan untuk makan menu bubur apapun jenisnya, Tjik Harun mengatakan, memang sebagian masyarakat tionghoa menganggap makan bubur sebagai tradisi pantangan dalam menyambut imlek. Karena makan bubur, identik dengan menu makanan bagi orang-orang yang dalam bencana. Seperti halnya menu makan bagi korban-korban perang pada zaman para leluhur masyarkat tionghoa.
"Tapi tradisi pantangan makan bubur itu, tergantung dari kepercayaan masyarakat tionghoa. Memang sebagian berpendapat masyarakat tionghoa, pantangan untuk makan bubur pada momen imlek dihindari bahkan tidak dilakukan sama sekali," ujarnya.
Dikatakan Tjik Harun, banyak beragam kegiatan tradisi yang dilakukan masyarakat tionghoa pada perayaan momen imlek. Mulai dari bersih-bersih rumah, hingga menyiapkan pernak-pernik imlek seperti angpao dan lampu lampion yang serba berwarna merah.
"Mengapa dari dulu tradisi imlek berciri khas dengan warna merah, karena warna merah memiliki arti dan makna. Yang pastinya menurut tradisi,mera h itu artinya bahagia. Jadi tak heran jika semua pernak-pernik seperti angpao dan lainnya semua berwarna merah," ujar Tjik Harun.
Berikut beragam tradisi imlek bagi masyarakat tionghoa, hasil wawancara dengan Tjik Harun (Theng Huat Hui), tokoh budaya masyarakat tionghoa:
1. Nian-Nian Yu Yi atau Makan Ikan Bandeng. Ikan adalah simbol kebahagiaan dan keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa. Namun, ikan yang dihidangkan tidak boleh dibalik. Jadi, kalau bagian atasnya sudah habis. Anda tak boleh mengambil daging di sisi lainnya dengan membalik ikan. Menurut tradisi, ikan juga tidak boleh dihabiskan sekaligus pada hari itu, melainkan disisakan untuk keesokan harinya. Tradisi ini melambangkan nilai tambah untuk tahun berikutnya.
2. Angpao. Tradisi ini memang sangat melekat pada momen imlek. Istilah angpao berasal bahasia hokkian yang berarti ang (merah) dan pau (bingkisan/amlop). Dalam kebudayaan Tionghoa, merah dianggap sebagai simbol kebaikan dan kesejahteraan. Warna merah dipercaya mampu membawa kebahagiaan dan semngat yang bersumber pada nasib baik.
3. Barongsai atau liong naga. Tradisi ini merupakan tarian khas China yang berasal dari masa Dinasti Chin - sekitar abad ke tiga sebelum masehi. Tarian tradisional China ini dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari dua orang - dengan memakai kostum menyerupai singa. Singa merupakan simbol hewan yang diyakini memiliki daya magis dalam kebudayaan China. Menurut tradisi Tionghoa, barongsai juga dipercaya dapat menolak balak dan melimpahkan rejeki.
4. Membersihkan rumah. Sehari sebelum perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa akan berbondong-bondong membersihkan rumah. Tradisi ini dilakukan sebagai simbol buang sial dan membuka keberuntungan. Sebaliknya, tepat saat perayaan tahun baru China, menyapu rumah adalah hal yang pantang dilakukan. Menurut kepercayaan, hal ini akan membuang rejeki atau keberuntungan.
5. Pantang makan bubur. Masyarakat Tionghoa dilarang makan bubur. Karena menurut tradisi, bubur adalah simbol kemelaratan atau kemiskinan.
Sumber : Sriwijaya Post, 31.01.14.
[English Free Translation]
Various traditions and
a lot of unique things
done in the chinese
community celebrate the Chinese New Year or
Lunar or Imlek (Indonesian). One of them is eating ikan bandeng or
known as Nian-Nian
Yu Yi.
No comments:
Post a Comment