SRIPOKU.COM, MUARAENIM - Ratusan massa gabungan dari Desa Tanjung Serian, Kepur, LSM Pers Pemantau Pembangunan Muara Enim (P3ME) dan Masyarakat Peduli Jalan Nasional (MPJN), menghadang truk angkutan batu bara. Massa geram karena angkutan batu bara semakin marak dan tidak mengindahkan larangan dari Gubernur Sumsel. Penghadangan dilakukan di Simpang Desa Kepur, Muaraenim, Kamis (24/10/2013).
Dari pengamatan di lapangan, penyetopan batubara oleh massa dimulai sejak pukul 14.00 hingga selesai. Aksi tersebut dikawal aparat dan berlangsung damai. Akibat aksi penghadangan yang dilakukan tanpa batas waktu ini, menyebabkan ratusan truk batubara memutar balik arah kembali ke poolnya masing-masing.
Menurut Reza (35) yang mewakili masyarat Desa Tanjung Serian dan Kepur, penghadangan terhadap truk batu bara yang melintas di jalan umum sebagai bentuk kekesalan warga karena dengan adanya truk batu bara ini menyebabkan terganggunya pengguna jalan lain seperti sering terjebak macet dan penyebab kecelakaan hingga sampai menimbulkan korban jiwa. Selain itu juga, telah menimbulkan debu-debu sehingga merusak kesegaran udara serta menyebabkan terganggunya pernafasan.
Dengan aksi ini, ia berharap agar pihak terkait dapat mencari jalan keluar terbaik sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
Kekesalan juga dikatakan oleh Hijazzi selaku Koordinator LSM P3ME. Dikatakan seharusnya sesuai dengan surat edaran Gubernur Sumsel, angkutan batu bara tidak diperbolehkan lagi melintas dan menggunakan jalan umum. Mereka sudah harus menggunakan jalan khusus batu bara.
"Katanya Servo sudah buat jalan, mana buktinya, mengapa masih lewat jalan umum terus. Kalau seperti ini, pengusaha yang dapat dagingnya, kita masyarakat yang dapat getahnya," tukasnya.
Adapun tuntutan warga, lanjut Hijazi, meminta kepada truk-truk angkutan batu bara untuk tidak melintas lagi dijalan umum dan harus menggunakan jalan khusus (servo) yang telah dibuat dan diresmikan oleh Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Alex Noerdin. Pihaknya tidak peduli apapun kondisi jalan Servo saat ini, layak atau tidak dilalui, sebab sudah terlalu lama bersabar dan menunggu.
"Jika tidak dipaksakan sepertinya tidak ada itikad baik mau selesai jalan Servo tersebut. Kami akan terus stop mobil hingga ada solusi nyata," tukasnya.
Senada dikatakan oleh Koordinator Masyarakat Peduli Jalan Nasional (MPJN) Alaz, ia segera meminta truk angkutan batu bara untuk tidak lagi melintas melewati jalan di wilayah Bumi Serasan Sekundang. Sebab tidak dampak positifnya, dan terlalu banyak dampak negatifnya mulai dari jalan cepat rusak, macet, menganggu kesehatan, dan sering menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yang sampai merengut korban jiwa.
Secara hukum berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumsel per 1 Januari 2013, truk batu bara tetap dilarang melintas atau menggunakan jalan umum hingga sekarang.
Sumber : Sriwijaya Post, 24.10.13.
[English Free Translation]
Hundreds of the combined mass of the village of Tanjung Serian, Kepur, LSM Pers Pemantau Pembangunan Muara Enim (P3ME) and Masyarakat Peduli jalanan (MPJN) , block coal delivery trucks. Public furious ‘coz coal transportation was increasing significantly and not heed the ban of the Governor of South Sumatera. Ambush carried out in the village of Simpang Kepur, Muaraenim, Thursday (24/10/2013).
No comments:
Post a Comment