SRIPOKU.COM, LAHAT - Ancaman warga dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) di beberapa daerah yang akan melakukan sweeping angkutan batubara, sama sekali tidak membuat para sopir khawatir.
Mereka mengaku tak gentar, dan akan tetap beroperasi seperti biasa untuk mengantarkan muatan ke tujuan. Hal tersebut semata dilakukan untuk mencari makan, serta memenuhi kebutuhan hidup.
Pantauan Sripoku.com, Rabu (10/7/2013) siang, truk angkutan batubara masih tetap beroperasi seperti biasa. Puluhan bahkan ratusan truk hilir mudik, melewati jalan lintas sumatera (Jalinsum) Lahat-Muaraenim.
Mereka ada yang baru pulang mengantar muatan, dan sebagin baru keluar tambang untuk mengantarkan batubara ke Palembang dan Lampung.
Puluhan truk yang baru keluar dari tambang membawa muatan, terlihat tidak langsung menuju Muarenim. Mereka kebanyakan berhenti di rumah makan, serta di tepi jalan di sepanjang Jalinsum Lahat-Muaraenim.
Para sopir rupanya memilih menunggu hingga malam hari, kemudian baru berangkat dengan konvoi. Cara tersebut dianggap lebih aman, dibanding berangkat siang hari.
Menurut beberapa sopir truk, mereka sudah mengetahui rencana sejumlah warga serta LSM yang akan melakukan sweping angkutan batubara. Termasuk adanya posko pemantauan, yang akan memonitor khusus angkutan batubara. Terutama di wilayah Prabumulih dan Ogan Ilir, serta di arah Baturaja.
Namun mereka tetap akan beroperasi seperti biasa, karena tidak punya pilihan. Sebab sebagai kepala keluarga mereka tetap harus mencari uang, untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Makanya mereka memilih untuk berangkat malam hari, untuk menghindari kemacetan di jalan. Sehingga tidak menggangu arus lulintas, seperti yang dikeluhkan banyak orang.
Ia warga bisa mengerti dengan kondisi mereka, termasuk mendesak pemerintah untuk mencarikan jalan keluar. Bukan hanya mengeluarkan keputusan yang merugikan, tanpa ada solusi yang baik.
"Kami juga butuh makan, sama seperti mereka yang berniat melakukan sweeping," imbuh Sariono (43), sopir asal Lampung Tengah.
Sumber : Sriwijaya Post, 10.07.13.
Catatan :
Rujukan sebelumnya silahkan baca : [KU-093/2013] Truk Batu Bara Dipaksa Balik Kanan, [KU-078/2013]
Warga Tak Percaya Sopir Truk Batubara Bisa Dibina, [KU-077/2013] Truk Batubara
Akan Kembali Ke Jalan Umum, [KU-076/2013] Palembang : Ribuan Pendemo Pulang Tangan Kosong,
[KU-072/2013] Warga Lahat Tuntut Tambang Rakyat, [KU-071/2013] Warga Masih
Keluhkan Debu Batubara, [KU-031/2013] Pasca Pelarangan Truk Batu Bara, Jalintim
Palembang-Inderalaya Lancar, [KU-030/2013] Ratusan Sopir
Truk Batu Bara Mengamuk , [KU-026/2013] Kantor
Pemkab OKU Timur Penuh Tronton Batu Bara, [KU-025/2013] Ratusan
Truk Batu Bara Dikandangkan, [KU-023/2013] Upayakan Penundaan Leasing.
Bisa dilanjut dengan :
[KU-021/2013] Alex Noerdin : Kalian Buat Kaya Perusahaan Tambang, [KU-019/2013] Warga
Lahat Dukung Larangan Truk Melintas di Jalan Umum, [KU-018/2013] DPRD Sumsel
Rekomendasi Gunakan Jalan Umum, [KU-017/2013] Gubernur Sumsel Harus
Pertahankan Larangan, [KU-016/2013] Kadishubkominfo : Jangan Salahkan
Gubernur, [KU-015/2013] DPRD Sumsel Minta Sopir dan Pengusaha Bentuk
Konsorsium.
Selain itu, baca juga : [KU-013/2013] Tiba di Dermaga Batu Bara,
Wartawan Kebingungan, [KG-310/2012]
Jalan Khusus Batubara Servo Terendam Banjir, [KU-289/2012] Per 1 Januari 2013,
Angkutan Batu Bara Di Sumsel Harus Lewat Jalan Khusus dan [KU-274/2012]
Perusahaan Batu Bara Bangun Jalan 116 Kilometer.
[English Free Translation]
Threats of citizens and non-governmental
organizations (NGOs) in some areas that would make sweeping coal transport, did
not make the driver concerned. They admitted not to flinch, and will continue
to operate as usual to deliver cargo to the destination. This is simply done to
find food, and make ends meet.
No comments:
Post a Comment