KONTAN.CO.ID -
JAKARTA. Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank
(ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan tumbuh 4,5%.
Kemudian bakal naik menjadi 5% pada tahun 2022.
"Pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan meningkat
hingga 4,5% di 2021 dan saya rasa di September ketika kita bicara tentang
pemulihan ekonomi. Saya rasa forecast PDB ini menunjukkan bahwa pemulihannya
akan lebih mendekati 5% di 2022. Setara periode tahun 2015-2019," kata Ekonom
Senior ADB, James Villafuerte, saat webinar ADB pada Rabu (28/3).
ADB menilai Indonesia mampu melewati tahun 2020 dengan
baik, berkat respons terhadap krisis yang dikoordinasikan dan dikomunikasikan
dengan baik.
Pertumbuhan ekonomi yang mengarah ke perbaikan di kuartal
selanjutnya, sejalan dengan pembukaan secara bertahap kegiatan ekonomi di
Indonesia khususnya di kota-kota besar.
Asian Development Outlook (ADO) 2021
menyebutkan bahwa pengeluaran rumah tangga di Indonesia diperkirakan akan
meningkat pada 2021. Hal tersebut seiring dengan program vaksinasi dan
bertambahnya sektor perekonomian yang kembali beroperasi.
Maka, pendorong dari pertumbuhan ekonomi Indonesia datang
dari permintaan domestik. James menyebut, konsumsi pribadi menjadi yang sangat
penting.
"Pertumbuhan ekonomi ini akan membaik. Bahwa ada
peningkatan pemulihan investasi yang cukup sedang dan ini akan meningkat pada tahun
2022," imbuhnya.
Investasi diharapkan meningkat lagi bersamaan dengan
membaiknya prospek ekonomi. Namun, laju pemulihan pembiayaan atau kredit
dinilai masih akan tertinggal mengingat ketidakpastian sentimen investor.
Kemudian untuk inflasi yang mencapai rata-rata 1,6% pada
tahun lalu, diperkirakan akan naik menjadi 2,4% pada 2021. Lalu inflasi bakal
meningkat lagi menjadi 2,8% pada 2022. Namun James mengungkap, bahwa angka
inflasi tersebut masih berada dalam rentang target Bank Indonesia.
"Proyeksi inflasi kami untuk di Indonesia masih tetap
tidak terlalu parah, artinya masih berada dalam target Bank Indonesia. Meskipun
ada pemulihan yang sedang itu cukup bisa mengendalikan harga," ujarnya.
Ekspor bersih yang didukung oleh kuatnya ekspor komoditas
akan menjadikan defisit transaksi berjalan sebesar 0,8% dari produk domestik
bruto (PDB) Indonesia pada 2021. Seiring naiknya investasi tahun depan, volume
barang modal impor yang lebih tinggi, seperti mesin dan peralatan, diperkirakan
akan mendorong defisit transaksi berjalan Indonesia hingga 1,3% dari PDB pada
2022.
James mengingatkan, terdapat beberapa risiko yang
signifikan terhadap proyeksi ini. Secara global, pemulihan dapat terganggu
antara lain oleh ancaman dari mutasi virus korona yang baru, laju vaksinasi
yang tidak merata di dunia, dan pengetatan keuangan global yang tidak terduga
sebelumnya.
"Vaksinasi yang berjalan tidak sama kecepatannya tiap
negara dan ini akan mengarah kepada percepatan pemulihan yang berbeda-beda tiap
negara. Ini jadi risiko yang bisa mengganggu terkait pertumbuhan pada saat
pemulihan. Kemudian adanya ketegangan perdagangan antara Amerika dan China yang
mungkin menyebabkan kondisi pengetatan finansial," jelasnya.
Sedangkan untuk risiko yang dihadapi di dalam negeri, pemulihan
ekonomi dapat melambat bila terjadi lonjakan kasus Covid-19 selama bulan
Ramadan, keterlambatan dalam upaya vaksinasi, dan melemahnya pendapatan
pemerintah.
Berkaca pada perkiraan tersebut maka ADB merekomendasikan
Indonesia untuk memobilisasi sumber daya domestik dan memastikan pembangunan
ekonomi yang ramah lingkungan.
Kekhawatiran mengenai utang yang berlebihan dapat diatasi
dengan reformasi fiskal untuk memperluas basis pajak, meningkatkan administrasi
dan kepatuhan pajak, serta menutup celah-celah perpajakan. Mendorong pemulihan
yang ramah lingkungan akan melindungi lingkungan dan mendukung pertumbuhan
ekonomi, serta membuka lapangan kerja.
"Bagaimana kita menangani potensi-potensi tantangan di
masa depan, kita bisa menumbuhkan basis pajak, bisa perpajakan digital,
perpajakan lingkungan untuk menyederhanakan kebijakan pajak sehingga Indonesia
akan bisa memperoleh pendapatan yang cukup," jelasnya.
Tak hanya itu, James juga mengingatkan perlunya dana
kesehatan untuk antisipasi kemungkinan adanya krisis-krisis kesehatan lain di
masa mendatang.
Sumber : Kontan, 29.04.21.
[English Free Translation]
The Asian Development Bank (ADB) estimates that Indonesia's
economy this year will grow 4.5%. Then it will increase to 5% in 2022. Hmm it’s
a good news, we do hope.
No comments:
Post a Comment