Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dapat meniru Belanda dan
Singapura dalam penerapan teknologi di sektor moda transportasi.
Seno
Soemadji, Country Manager Indonesia, TIBCO Software,
mengatakan dalam industri transportasi peran data analisis sangatlah penting
untuk membaca kebutuhan dan suplai.
Dia menuturkan di Belanda, perangkat IoT berupa sensor,
telah digunakan untuk oleh perusahaan kereta untuk menganalisis jumlah
kebutuhan dan suplai yang harus diberikan. Artinya pada saat tertentu, kereta
yang beroperasi akan menjadi lebih banyak.
Tidak berhenti di situ, sensor yang terdapat di kereta
juga dapat membantu perusahaan kereta mengetahui kondisi mesin kereta, sehingga
kemungkinan sebuah kereta rusak saat sedang beroperasi dapat
diminimalisir.
“Jika kereta berhenti di tengah jalan, artinya jalur rel
yang di sekitar tempat tersebut tidak dapat digunakan, kerugiannya semakin
besar,” kata Seno kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Seno mengatakan, implementasi teknologi di kereta juga
dapat membantu para penumpang menjadi lebih tertib.
Dia menjelaskan di Belanda, para penumpang yang sedang
menunggu kereta di stasiun dapat mengetahui volume penumpang di kereta
tersebut.
Pemberitahuan isi penumpang di gerbong dilakukan secara
real time, sehingga ketika kereta datang para penumpang sudah mengantri di
gerbong dengan volume penumpang terdikit.
“Di Belanda kereta sangat tertib, mereka hanya berhenti 1
menit dan jalan kembali, oleh karena itu penumpang harus sudah tahu mereka akan
naik gerbong yang mana,” kata Seno.
Bus
Transjakarta
Diketahui TIBCO telah menjalin kerja sama dengan
perusahaan kereta asal Belanda yang bernama Nederlandse Spoorwegen [NS]. Hingga saat ini sekurangnya terdapat
800 kereta yang telah dimonitor lewat kerja sama tersebut.
Tidak hanya itu, Seno Soemadji, juga menilai solusi
tersebut juga dapat diterapkan di bus Transjakarta d dalam mengurai kepadatan
penumpang di bus milik Pemprov DKI Jakarta tersebut.
Dia melihat selama ini penumpang cenderung memaksakan
diri untuk masuk dalam satu bus yang telah sangat penuh, padahal jika mereka
bersabar, bus yang berada di belakangnya relatif lebih sepi.
“Ketika bus A datang, penuh dan kita paksakan masuk,
padahal bus B atau bus setelahnya sepi penumpang,” kata Seno
Selain itu, sambungnya, hadirnya teknologi pada bus
Transjakarta juga dapat memprediksi usia kendaraan sehingga meminalisir
kerusakan bus Transjakarta saat beroperasi di jalan raya.
Seno menambahkan IoT di Transjakarta juga dapat mendukung
arah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang ingin menghadirkan angkutan umum yang
terintegrasi.
Alat pelacak yang terpasang di setiap moda transportasi,
akan memberikan pola yang dapat menentukan waktu setiap kendaraan berkumpul
menjadi satu.
“Penerapan Smart City sangat terkait erat dengan
kebijakan pemerintah. Jadi kalau DKI bilang sudah harus terkordinasi, maka itu
sudah tepat. Karena kalau tidak [terkordinasi] pasti akan terjadi ego sentrik,”
kata Seno.
Pola
Pikir
Sementara itu, Ketua
Umum Asosiasi IoT Indonesia, Teguh Prasetya menilai teknologi di sektor
transportasi karena tiga hal yaitu, sumber
daya manusia, kesiapan teknologi, dan proses.
Pertama,
pola pikir kepala daerah yang belum menganggap penting sebuah teknologi menjadi
penghambat dalam proses modernisasi. Kedua, sejumlah perusahaan nasional maupun
lokal kesulitan dalam menghadirkan teknologi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah transportasi di perkotaan. Ketiga, proses pengadaan
teknologi, yang mana pemerintah daerah masih membandingkan antara investasi
yang dikeluarkan dengan manfaatnya.
“Dalam proses kan
ada bujet, bisa menjawab masalah tidak [kota pintar]” kata Teguh.
Seno berpendapat untuk menghadirkan smart city, khususnya
di sarana transportasi, langkah awal
yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikir bahwa apa yang diinvestasikan
di awal akan bermanfaat pada jangka panjang, seiring dengan makin puas
pengalaman yang dirasakan masyarakat.
Dia mengatakan
jika telah tercipta pelayanan optimal, keuntungan akan datang dengan
sendirinya, sehingga biaya investasi besar yang digelontorkan di awal akan
tertutupi.
“Jadi karena punya uang maka bisa investasi di teknologi,
kemudian kenyamanan warga akan meningkat dan secara otomatis profit meningkat,”
kata Seno.
Sumber : Bisnis, 20.07.19.
[English Free Translation]
Indonesia can emulate the Netherlands and Singapore in
the application of technology in the transportation mode sector. Seno Soemadji,
Indonesia's Country Manager, TIBCO Software, said that in the transportation
industry the role of data analysis is very important to read the needs and
supply.
No comments:
Post a Comment