KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Beberapa perusahaan jasa
kontraktor batubara masih berharap mampu mempertahankan kinerja di tengah tren penurunan harga batubara. Untuk
itu mereka terus meningkatkan kinerja operasional.
Lihat saja kinerja salah satu perusahaan jasa penambangan
batubara yakni PT Delta Dunia Makmur
Tbk, pada kuartal pertama mecatatkan penurunan kinerja, laba bersih emiten
berkode saham DOID ini tergerus hingga 86,98% (yoy) menjadi
US$ 1,36 juta, padahal masih sempat membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar
17,64% (yoy) menjadi US$ 213,91 juta.
Meski begitu manajemen DOID terus memompa kinerja
operasional dan berharap perpajangan kontrak dari pelanggan eksisting. Regina Korompis, Head of Investor Relations
Delta Dunia Makmur menyampaikan pada periode Januari hingga Mei 2019
berhasil meningkatkan kinerja operasional dengan adanya kapasitas yang lebih
tinggi dan pemanfaatan yang lebih baik.
Untuk
realisasi volume pengupasan lapisan tanah penutup atawa overburden removal
hingga Mei tercatat sebanyak 162,2 juta bank cubic meter (BCM) tumbuh 16% dari
periode yang sama tahun sebelumnya.
“Sedangkan coal getting mencapai 20.6 juta ton atau
kenaikan sebesar 22% yoy,” ungkapnya pada Kontan, Rabu (10/7).
Pada
tahun ini, DOID memasang target volume OB 380 juta BCM hingga 420 juta BCM,
pada tahun 2018 realisasi OB mereka mencapai 393 juta BCM dengan produksi
batubara 45 juta ton.
Memasuki semester kedua 2019, manajemen percaya untuk
mencapai target kinerja operasional. “Fokus perusahaan masih sama dengan
semester sebelumnya tahun ini, untuk mencapai target dengan efisiensi yang
baik,” tambahnya.
Dari sisi belanja modal emiten bersandi DOID ini
menyiapkan belanja modal UUS$ 100 juta, yang mana hingga Maret baru terserap
US$ 19 juta. Ia bilang perusahaan mengalokasikan belanja modal untuk major
replacement cycle dan sebagian untuk pembelanjaan hasil kontrak baru tahun
lalu. Sejauh ini tingkat utilisasi alat berat mencapai 65%.
Nah pada tahun ini mereka juga membidik perolehan kontrak
anyar ataupun perpanjangan kontrak dengan pelanggan eksisting. “Ada beberapa
kemungkinan kontrak baru dalam pipeline tetapi belum ada yang sudah difinalized,”
jelasnya.
Sementara itu, anak usaha PT United Tractors Tbk yang bergerak di bidang jasa penambangan
batubara yakni PT Pamapersada Nusantara
(PAMA) juga menggenjot kinerja operasional pada semester kedua ini.
Sekretaris
United Tractors, Sara K. Loebis menyampaikan saat ini
realisasi kinerja operasional masih sejalan dengan target. Pada tahun 2019,
PAMA membidik target volume pengupasan lapisan tanah penutup sebesar 950 bcm
hingga 980 bcm dengan produksi batubara sebanyak 125 juta ton-127 juta ton.
Sampai Mei 2019, volume OB milik PAMA sebesar 394 bcm
naik 7,65% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 366,7 bcm. Sementara coal
getting tercatat 50,8 juta ton batubara tumbuh 8,54% dari Mei 2018 46,8 juta
ton batubara.
Dari
total belanja modal yang UNTR siapkan sebesar US$ 700 juta hingga US$ 800 juta,
alokasi untuk PAMA sebesar 80% dari total belanja modal. Mereka melakukan
pergantian alat berat sebesar 200 unit alat berat pada tahun ini.
“Untuk mengganti alat berat yang udah usang maupun untuk
perbaikan alat berat yang masih digunakan,” imbuhnya.
Pada kuartal pertama tahun ini UNTR sudah menyerap
belanja modal sekitar US$ 220 juta. Sementara dari segi utilisasi, Sara bilang,
saat ini tingkat utilisasi PAMA sebesar 60% hingga 70%.
Di tengah penurunan harga batubara, Sara mengaku belum
ada dampak yang begitu signifikan. “Ini karena baik pemilik tambang dan
kontraktor menerapkan rencana produksi yang konservatif,” ujarnya pada Kontan,
Selasa (16/7).
Sedang Analis Jasa
Utama Capital Chris Apriliony melihat prospek emiten kontraktor batubara
masih belum terlalu baik pada semester dua tahun ini lantaran penurunan harga
batubara yang masih berlanjut.
“Tren penurunan batubara tentu akan berdampak bagi
perusahaan kontraktor, dengan penurunan harga batubara bisa jadi ongkos
pengupasan yang dilakukan kontraktor juga bisa mengalami penurunan dari pemilik
tambangnya,” kata dia pa Kontan, Selasa (16/7).
Lebih lanjut ia menambahkan, tantangan bagi kontraktor
batubara masih pada penurunan harga batubara, untuk itu mereka bisa antisipasi
dengan menurunkan biaya operasional.
Sumber : Kontan, 16.07.19.
[English Free Translation]
Some coal contracting service companies still hope to be
able to maintain performance amid the downward trend in coal prices. For this
reason, they continue to improve operational performance. Good luck !
No comments:
Post a Comment