JaKaRTa: Sudah cukup santer kita disuguhi info itu, yang
lebih pasti setelah pengumuman semalam, posisi Dirut PT Kereta Api Indonesia
(Persero) Ignasius Jonan, didaulat menjadi Menteri Perhubungan di
Kabinet Kerja dalam masa pemerintahan Jokowi-JK (2014-2019).
Lantas benarkah apa yang dikritisi oleh Jonan dibawah ini
? Sah-sah saja, wong "pak Mandor" (begitu
julukan beliau di PT KAI) mengkritisi dari sudut pandang seorang leader, bahkan
sebelumnya sempat digadang-gadang menjadi Menteri BUMN di era Jokowi-JK.
Dalam milis internal yang merujuk artikel di TPP /
The President Post, beliau malah mengkhawatirkan kembalinya kekuasaan "Orde
Lama" di institusi pelat merah yang tengah naik daun ini.
Selanjutnya, simak pandangan pak Mandor berikut ini, tak
hanya 'tuk menilai BUMN tetapi juga dibandingkan kondisi nyata di PT KAI. Yang
dibawah ini tulisan pak Ignasius Jonan ‘loh.
Saya melampirkan transkrip wawancara saya dengan The
President Post pada hari Rabu lalu. Setelah saya bertugas sebagai Direktur
Utama di 2 BUMN, sejak Februari 2001, maka saya melihat bahwa BUMN yang merugi
itu pada umumnya diakibatkan oleh 3 hal, yaitu:
a. Pendapatan
yang bocor.
b.
Efisiensi yang rendah.
c.
Kultur yang tidak customer oriented.
Sebenarnya, 2 (dua) dari 3 (tiga) unsur diatas juga
berlaku pada lembaga negara manapun, sehinggga terkadang masyarakat melihat
sebuah lembaga tidak bermanfaat maksimal dlsb.
Bagaimanakah dengan KAI:
a. Efisiensi perawatan teknik serta biaya operasi dan
pelayanan harus mulai diperbaiki, semua harus dihitung mulai dari penggantian
bantalan, pencucian balas yang teratur sehingga tidak perlu beli balas setiap
saat.
Praktek "mark up" biaya umum atau pembayaran
premi sering mewarnai pemeriksaan internal dan saya wajibkan tim pemeriksa
internal melakukan pemeriksaan berkala dan unit kerja personalia harus
menghukum seberat beratnya bagi yang terbukti melakukan mark up dan/atau tidak
efisien.
b. Laporan Daop 1 bahwa ada 18 kios di Gambir yang tidak
membayar sewa tapi dibiarkan serta total ada 47 Kios yg tidak membayar di Daop
1 membuat saya terkejut sekali bahwa unit komersialisasi aset cuma
administratur saja yang bekerja dengan kualitas inisiatif yang rendah.
Kebocoran ini diyakini berpotensi terjadi dimana mana dan
saya sudah info para kepala daerah. Inilah yang wajib dibenahi oleh Direktorat
Aset dan para Kepala Daerah. Sungguh memalukan bila kejadian ini terus berlangsung walaupun hampir 50% kepemimpinan di
Direktorat Aset berasal dari profesional yang direkrut oleh KAI.
c. Customer Oriented.
Saya mendapat info bahwa sebagian dari kalian sangat amat
merasa bahagia apabila saya dimutasi keluar dari KAI. Tentu saya bisa memahami
kebahagiaan kalian karena tekanan akan prestasi dan penertiban KKN akan
mengendor. Apakah itu yang kita inginkan bersama?
Akan amat disayangkan apabila keinginan tersebut menjadi
aspirasi mayoritas pegawai KAI yaitu kembali ke kultur lama. Saya mengingatkan
bahwa kultur lama akan menjadi preseden buruk masa depan KAI pada Pemerintahan
yang baru akan dibentuk, mengingat seleksi anggota cabinet pun menggunakan KPK
dan PPATK dan bahkan tidak mustahil bahwa dikemudian hari seleksi Direksi BUMN
maupun anak perusahaan BUMN menggunakan pola yang sama.
Direksi KAI yang diangkat oleh Men BUMN pun memberikan contoh
sejak 3 tahun terakhir bahwa anggota direksi yang memandang dirinya sendiri
tidak lagi dapat mengikuti tuntutan perubahan di KAI yang begitu dinamis,
mengundurkan diri dengan hati yang legawa dan patut diapresiasi setinggi
tingginya.
KAI harus tetap berkembang dan makin bersih, itulah modal
utama KAI.
selamat bekerja.
--- quote ---
(artikel)
Ignasius Jonan: BUMN Rugi Karena Tiga Hal Ini
JAKARTA: Ignasius Jonan enggan menjawab pertanyaan
seputar program 100 hari sebagai menteri baru. Ditanya seputar Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Jonan pun mengelak karena dirinya bukan seorang menteri.
“Ini pertanyaan sensitif karena saya bukan menteri,” ujar
Jonan, Rabu (22/10/2014) saat wawancara dengan wartawan The President Post Joko
Harismoyo di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat.
Ketika wawancara akan dimulai, dia menerima telepon dari
seseorang. “Berarti ibu mendoakan gaji saya turun dengan tanggung jawab yang
lebih besar,” ujar Jonan. Sepertinya si penelepon memberi ucapan selamat atas
masuknya nama Jonan dalam daftar kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Jonan yang baru saja dinobatkan sebagai Chief Executive
Officer (CEO) terbaik Indonesia 2014 oleh majalah bisnis SWA memang layak
menjadi menteri BUMN. Pria kelahiran Singapura, 21 Juni 1963 ini berhasil
menyulap PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dari perusahaan yang merugi menjadi
perusahaan menguntungkan.
Beberapa terobosan yang dilakukan Jonan di KAI adalah
penerapan e-ticketing serta sterilisasi stasiun dari pedagang, pengamen,
pengemis serta meratakan 7.000 kios di berbagai stasiun. Awalnya orang
meragukan usulan itu, namun Jonan bisa membuktikan bahwa usulan itu bukan
sekedar impian. Kini, Commuter Line menjadi moda transportasi yang layak dan
nyaman. Stasiun pun bersih dan rapi.
Apakah keberhasilan di KAI bisa diterapkan di BUMN lain
yang sedang merugi? “Bisa,” jawab Jonan tegas. Menurut alumni Jurusan
Akuntansi, Universitas Airlangga Surabaya itu, BUMN rugi karena tata kelola
yang tidak tertib. “Ada tiga hal yang menyebabkan BUMN rugi yaitu kurang
efesien, pendapatan bocor dan kultur perusahaan rendah,” tegasnya.
Selama ini, kultur perusahaan BUMN belum merata. Ada BUMN
yang meraup untung sementara ada BUMN yang terus merugi. Kultur perusahaan di
BUMN yang rugi memang rendah sehingga perlu ditingkatkan.
“Harus lebih komersial. Ingat, komersial bukan berarti
mengabaikan kepentingan rakyat. Masyarakat harus mendapat layanan yang baik
dengan harga yang kompetitif,” jelasnya.
Menurut Jonan, direktur di BUMN yang merugi diberi waktu
tiga tahun untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Jika tetap juga merugi. “Harus
diganti,” katanya singkat.
Dia menambahkan, Dahlan Iskan berhasil mengubah kultur
perusahaan di sejumlah BUMN sehingga mereka bekerja secara profesional. Selain
itu, sikap independensi Dahlan patut dipuji. Dalam memilih direktur BUMN, dia
tak bisa diintervensi oleh siapa pun. “Hebat. Tak bisa diintervensi,” kata
Jonan sambil mengacungkan jempolnya.
Keberhasilan Dahlan dalam membangun budaya perusahaan di
BUMN harus pula dibarengi dengan efesiensi biaya operasi serta customer
oriented. Dalam pengamatan Jonan, customer oriented pada BUMN tidak merata.
“Ada yang bagus tapi masih ada yang buruk,” lanjutnya.
BUMN yang customer orientednya masih rendah harus ditingkatkan agar dapat
memberikan layanan terbaik untuk pelanggannya.
Soal usulan agar dibentuk holding company untuk BUMN yang
bergerak dalam bidang yang sama, Jonan akan melihat dari aspek bisnisnya.
“Tergantung bisnisnya. Kalau perlu dibuat holding company
ya kita buat. Kalau belum perlu, ya gak usah,” jelas Jonan. (jok)
Sumber : The President Post, 24.10.14.
--- unquote ---
Masih seputar kultur perusahaan. Banggakah apabila kita
kembali ke jaman jahiliah dan gelar demi gelar, yang biasanya dipanen setiap
tahun, akankah masih bisa dipertahankan ? Inilah tugas sang penerus. Tak lupa, mengucapkan SELAMAT kepada pak Jonan atas dedikasinya selama beliau berkiprah di PT KAI.
Sumber : CorComm PT KAI.
[English Free Translation]
Just read the interviews Managing Director of PT Kereta Api
Indonesia (Persero), Ignasius Jonan (before elected as Minister of
Transportation) with The President Post reporter, Joko Harismoyo Cikini
Station, Central Jakarta.
No comments:
Post a Comment