JAKARTA: Beberapa aksi korporasi PT Kereta Api Indonesia (Persero)
atau PT KAI kerap menjadi bahan evaluasi banyak kalangan. Salah
satu aksi korporasi yang menuai banyak kritik adalah keputusan manajemen pihak
KAI membeli KRL bekas dari Jepang.
PT KAI dianggap tidak memaksimalkan perusahaan milik
negara yang selama ini ikut memproduksi KA di dalam negeri yakni, PT INKA.
Dirut PT KAI dalam sebuah kesempatan menyatakan pilihan PT KAI membeli KRL dari
Jepang dilakukan karena memang INKA sendiri sebagai pabrik kereta dalam negeri
belum mampu memproduksi KRL.
“Kenapa enggak (KRL) baru dari INKA? Memang tahu INKA
bisa bikin KRL? Ini persoalannya. Apa INKA bisa buat KRL, jawaban saya tidak,”
tuturnya. Menurutnya, INKA sebagai tulang punggung dunia perkeretaapian
nasional harus dibantu pemerintah secara serius.
Menurutnya, perusahaan yang telah berdiri sejak
1979 itu sudah tertinggal jauh dari perusahaan sejenis di negara lain
yang berumur jauh lebih muda. “INKA itu kenapa tidak bisa berkembang, bukan soal
tupoksi. Ini juga soal kepemimpinan.
Tanyakan saja kepada Menteri Ristek atau
Menteri BUMN apa masalahnya,” katanya. Ia menegaskan, jika pemerintah
serius membantu pengembangan perusahaan tersebut, dunia perkeretaapian nasional
akan bergerak lebih agresif lagi seperti halnya perkembangan perkeretaapian di
berbagai negara maju.
“Seperti di Korea, kenapa bisa maju melewati INKA yang
sudah lama berdiri, karena pemerintahnya benar-benar serius mendorong
pengembangannya,” tukasnya.
Sumber : Okezone, 31.07.14.
[English Free Translation]
PT KAI is considered can not maximize the role of PT
INKA, the state-owned company which has
been co-produced trains in the country. President Director of PT KAI stated,
why PT KAI have purchase option to buy commuter line (CL) train from Japan
because it INKA has not been able to produce it.
No comments:
Post a Comment