VIVA.co.id - Jalan Purbakala Desa Pekauman Kecamatan
Grujukan sepintas tak berbeda dengan desa lain di Kabupaten Bondowoso. Namun, jika siapa pun yang masuk ke jalan itu
akan menemukan aneka jenis batu tersebar di antara ladang tembakau atau tebu
hingga halaman rumah penduduk setempat. Salah satu artefak yang terlihat
menonjol adalah arca Batu Nyei, batu
perempuan yang berdiri di tengah ladang tembakau, memunggungi gunung Raung yang
berada di sisi timurnya.
“Itu batu
Nyei, sudah ada sejak saya kecil,” kata Nihak, penduduk setempat, Selasa, 28
Juli 2015.
Seperti
hari-hari sebelumnya, pagi itu, Nihak sedang mencari rumput di sela ladang
tembakau, di sekitar Jalan Purbakala, Desa Pekauman. Dari kisah turun temurun,
Nihak menyebut batu itu adalah sosok wanita yang menjadi batu akibat tersambar
petir.
“Ceritanya,
dia ditinggal suaminya ke pasar menjual daun, kemudian dia berlari menyusul dan
tersambar petir menjadi batu,” kata Nihak sambil menunjuk arca batu yang
menyerupai sosok perempuan tak jauh dari tempatnya mencari rumput.
Arca batu itu
memiliki tinggi sekitar 2 meter
dengan bagian kaki hingga lutut terkubur dalam tanah. Bagian wajah terpahat
dengan kasar, menyisakan sedikit lekuk akibat terkikis zaman dan usia. Kedua
tangan tampak menelangkup menutup vulva nya. Sedangkan bagian pinggul terpahat
dengan ukuran yang lebih menonjol dibanding bagian pahatan lain.
“Sepertinya
dia malu, jadi menutup kemaluannya,” kata Nihak.
Sementara
arca suami atau batu Jei, dahulu juga ada sekitar 200 meter ke arah barat dari
lokasi batu Nyei saat ini. Sayangnya, batu arca Jei tak lagi di lokasinya.
“Dulu ada batu
suaminya, dia juga tersambar petir, tapi saya tak tahu sekarang di mana,”
ujarnya.
Hingga saat
ini, Nihak mengaku sering melihat pengunjung yang datang dan meninggalkan uang
disekitar arca. Beberapa pengunjung bahkan sempat melilitkan kain putih untuk menutup
bagian pinggang dari arca Nyei.
"Banyak
yang naruh uang di patung itu, mereka berdoa sesaat, tidak tahu berdoa untuk
apa.”
Arca Nyei Lambang Dewi Kesuburan
Juru Pelihara situs Purbakala di
Pekauman, Amsari
menyebut batu arca Nyei berusia sekitar 4.500
tahun lalu. Batu itu ditemukan sepasang dengan batu Jei atau arca batu
laki-laki yang ditemukan belakangan, sekitar tahun 2010 lalu.
"Arca
perempuan sudah lama ditemukan dan terdaftar. Arca laki-laki baru tahun 2010
saya temukan terkubur di ladang petani sekitar sini,” kata Amsari.
Petugas dari Balai Pelestari Cagar Budaya Trowulan
Mojokerto, Jawa Timur itu mengatakan, arca
pria berukuran 2,9 meter dengan diameter 1,2 meter kini tersimpan di Museum
Mpu Tantular, Sidoarjo. "Arca ini adalah arca pemujaan untuk kesuburan,” katanya.
Penduduk yang
berbasis pertanian menggantungkan hidup mereka pada lahan dan air agar hasil
panen melimpah. Tradisi batu besar diduga terbawa hingga zaman bercocok tanam
di sekitar Pekauman.
“Pendukung
jaman bercocok tanam masih menggunakan tradisi
megalitikum di Pekauman. Arca itu adalah arca kesuburan, bisa diketahui dari ukuran pinggang yang lebih
besar dibanding pahatan lain, melambangkan wanita yang sedang hamil sebagai
simbol kesuburan,” ucap arkeolog asal
Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono.
Karakter dewi
kesuburan di berbagai kebudayaan dunia memiliki gambaran yang sama, seperti patung Artemis di mitologi
Yunani,yang juga dipahat dengan ukuran pinggang lebih besar. "Arca mother
goddess sering digambarkan dengan bagian pinggang atau payudara yang besar,
sebagai simbol kesuburan," katanya.
Batu yang
berdiri memunggungi Gunung Raung
diduga sebagai penanda bahwa penduduk Pekauman di zaman Batu Besar dan Bercocok
Tanam menganggap Raung sebagai Gunung Suci. Raung sebagai tempat pemberi berkah
sekaligus ancaman saat tengah erupsi.
"Memunggungi
Raung artinya pelaksana ritual harus menghadap ke Gunung Raung. Berkiblat ke
Raung adalah upaya spiritual masyarakat kuno untuk mencegah Raung agar tidak
memuntahkan bahaya, sementara mereka membutuhkan Raung yang memberi kesuburan
dari abu vulkaniknya.”.
Sumber : viva.co.id,
29.07.15.
[English Free
Translation]
Archeological
road Pekauman Village, District Grujukan glance no different from other
villages in the regency. However, if anyone who got in the way it will find
various types of stone scattered among the fields of tobacco or sugar cane to
the home of the locals. One of the artifacts that stand out are the statues "Arca Nyei".
No comments:
Post a Comment