PALEMBANG: Usai Lebaran Idul Fitri tidak hanya momen arus balik.
Banyak pemudik yang kembali ke kota membawa serta sanak, saudara maupun teman.
Tak sedikit pula yang tanpa kenalan nekat mengadu nasib demi sebuah kehidupan
yang lebih baik.
Mereka inilah yang menjadi penduduk baru sebuah kota. Dan
Palembang menjadi salah satu tujuan untuk mengadu nasib. Apalagi, pembangunan
di provinsi terkaya kelima ini terus melaju pesat pasca-PON XVI 2004 dan SEA
Games XXVI 2011 lalu.
Sebagai ibu kota provinsi Sumsel, Palembang menjadi alternatif
karena Jakarta sudah terlalu padat. Tingkat persaingan di daerah khusus ibu
kota itu sudah semakin tinggi. Sulit bagi mereka yang tidak punya bekal memadai
untuk bersaing meraih pekerjaan yang layak. Karena itu penduduk datangan ini
berharap berkah dengan datang ke Palembang.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disducakpil)
Kota Palembang M Ali Subri mengatakan, jumlah penduduk baru yang masuk
Palembang pasca-lebaran memang ada. Namun ia mengklaim
jumlahnya tidak terlalu banyak.
“Estimasi peningkatan penduduk pascalebaran hanya sekitar satu
persen dari total penduduk Palembang yang 1,6 juta jiwa,”katanya. Satu persen
itu berarti sekitar 1.600 orang. Namun jumlah pendatang baru ke Palembang
diperkirakan lebih besar dari itu.
Jika mengkaji jumlah penumpang arus mudik dan arus balik sejumlah
moda transportasi, terdapat selisih yang cukup besar antara jumlah penumpang
yang berangkat keluar Palembang dan yang datang ke Palembang (lihat grafis).
Airport Services Junior Manager PT Angkasa Pura II Sri Hartati AMd
mengatakan, jika dibandingkan antara jumlah penumpang yang datang dan
berangkat, maka secara total lebih banyak penumpang yang datang.
Kepala stasiun KA Kertapati, Zulkifli mengatakan, berdasar data
saat ini, memang lebih banyak penumpang yang datang ke Palembang dibanding yang
berangkat. ”Angka-angkanya terus bertambah. Puncaknya diperkirakan minggu 18
Agustus,”ucapnya.
Kondisi yang sama terlihat dari data pada posko Lebaran di pelabuhan
35 Ilir. Jumlah penumpang yang tiba di pelabuhan lebih banyak dibanding yang
berangkat. “Lihat saja dari data ini,” kata Purwoto S, kepala operasional
pelabuhan 35 Ilir sambil menjelaskan data yang terpampang di posko Lebaran
tersebut.
Ali menyatakan pihaknya tidak melakukan razia atau sejenisnya.
Meski begitu, kinerja kelurahan, rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) lebih
diintensifkan. Sesuai ketentuan, pendatang baru di suatu tempat wajib lapor ke
ketua RT. Ada yang dalam waktu 1 x 24 jam atau 3 x 24 jam.
Nantinya, ketua RT akan melapor kepada kelurahan, lalu
diteruskan ke kecamatan. Pada akhirnya data sampai ke tangan Wali Kota sebagai
pengambil kebijakan melalui bagian tata pemerintahan daerah.
”Kami menunggu laporan pendudukan baru musiman ini dari kecamatan,
kelurahan RW dan RT. Nantinya akan ditelusuri lagi berapa pastinya urbanisasi
yang terjadi ke Palembang,”beber Ali. Sebagai satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) yang mengurusi kependudukan, Disdukcapil harus tahu untuk tujuan apa pendatang
baru itu datang ke Palembang.
“Kalau mau menetap, mereka harus memiliki surat pindah dari daerah
asal masing-masing. Setelah itu sesegera mungkin melapor ke RT, kemudian
membuat kartu keluarga (KK) dan pada akhirnya melakukan perekaman
e-KTP,”paparnya.
Menurut Ali, pendatang baru di Palembang ada yang tujuannya
melanjutkan sekolah/pendidikan tinggi. Tapi tidak tidak sedikit pula yang
mencari pekerjaan. Nah, mereka ini kebanyakan mengincar sektor informal.
”Mayoritas pendatang baru hanya lulusan SD atau SMP,”cetusnya.
Pekerjaan yang disasar pun mengandalkan tenaga seperti buruh bangunan, dan
lainnya. Wilayah incaran pendatang baru biasanya yang perkembangannya
pembangunan cukup pesat seperti Sukarami, Jakabaring, Ilir Timur I dan
Alang-Alang Lebar (AAL).
Pendatang baru di Palembang berasal beberapa daerah penyangga
seperti Ogan Ilir, OKI, Banyuasin dan Muba. Tentu saja dari kabupaten/kota lain
di Sumsel juga memberikan sumbangsih dalam pertambahan penduduk Metropolis.
Sebagian kecil lainnya dari luar Sumsel, bahkan luar negeri.
Salah satu lokasi yang punya potensi menambah warga baru yakni eks
lokalisasi Kampung Baru. Ada sekitar 600 warga yang bermukim di RT 29 jalan
Teratai, Sukarami itu. Namun sebagian merupakan warga datangan yang melakoni
pekerjaan sebagai pekerja seks komersil.
Pada Lebaran Idulfitri ini, mereka pulang ke kampung halaman
masing-masing. “ Sekitar 200 – 300 warga pulang ke kampungnya. Belum ada
yang pulang ke sini lagi dan sekarang masih sepi,” ungkap ketua RT 29,
Sanphanikawa Kuadrat, kemarin.
Sebagian dari mereka asal Banding, Jawa Timur dan daerah lain.
Tidak ada lagi daerah yang mendominasi profesi jual diri di eks lokalisasi
tersebut. Biasanya, saat kembali usai Lebaran, mereka akan membawa orang baru.
”Bisa dua hingga tiga orang. Tapi sepertinya tahun ini sepi, tidak seperti
tahun lalu,”cetusnya. Karena itu, ketua RT 29 tersebut memprediksi tidak
terlalu banyak pertambahan warganya usai Lebaran ini.(yun/cj7/cj8/uni/ce1)
Sumber : Sumatera Ekspres, 15.08.13.
[English Free Translation]
After Eid is
not only the moment of reversal (arus balik). Many travelers who returned to
the city brings with relatives, siblings or friends. Not a few acquaintances
that without daring to venture for a better life. Large cities become the choice
of most newcomers.
No comments:
Post a Comment