PALEMBANG – Sumsel kini memiliki pembangkit listrik tenaga gas (PLTG)
berbahan baku gas alam yang terkompresi (compressed natural gas/CNG) pertama
di dunia. Dengan keberadaan pembangkit ini, terjadi penghematan biaya
produksi listrik hingga US$59.500.
Pembangunan pembangkit di Jakabaring ini dilatarbelakangi tingginya permintaan energi listrik, khususnya kebutuhan malam hari. Di satu sisi, Sumsel memiliki banyak sumur gas alam dengan kapasitas produksi kecil. Karena itu, dianggap pas apabila kemudian dibangun pembangkit CNG untuk memenuhi kebutuhan listrik Sumsel tersebut. Kata Direktur PT PLN (persero), Nur Pamudji, kebutuhan listrik terbesar untuk penerangan. Karena itu, pembangkit listrik harus dioperasionalkan pada malam hari. “Gas alam itu nantinya digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik sehingga dapat menghasilkan data listrik sekitar 12 MW,” ujarnya. Sebelum digunakan untuk menghasilkan listrik, gas dari sumur-sumur kecil tersebut dikumpulkan terlebih dahulu dalam instalasi CNG storage plant. Nah, gas yang terkompres hingga sekitar BBTUD itu dapat digunakan untuk operasional pembangkit selama enam jam. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listik pada beban puncak, PLN menyiapkan tiga unit pembangkit listrik tenaga gas turbin aerodervatove TM2500 berkapasitas masing-masing 18 MW. Nah, energi listrik yang dihasilkan PLTG CNG tersebut disalurkan selama enam jam ke sistem Sumatera melalui transmisi 150 kV ke rumah – rumah pelanggan. “Dulu, pada malam hari masih menggunakan pembangkit minyak karena tidak ada tempat untuk menyimpan gas. Kini, sudah dirintis pembangkit CNG untuk “mengamankan” kebutuhan listrik pada malam hari,” kata Nur Pamudji. Yang dimaksud CNG, gas alam dimampatkan dan disimpan dalam tabung dengan tekanan sekitar 200-250 bar dalam waktu 18 jam per harinya. Gas tersebut lalu dialirkan lagi melalui pipa pembangkit PLTG yang nantinya beroperasi saat beban puncak. Pembangunan pembangkit CNG di Sumsel ini, kata Nur Pamuji, akan menjadi percontohan bagi daerah lainnya di Indonesia. Di antaranya Jambi, Kalimantan Timur dan Pasuruan. “Nah, yang di Pasuruan dan Jambi rencanya akan selesai juga dalam waktu dekat ini juga,” bebernya. Direktur Utama PDPDE Sumsel, Caca Ica Saleh mengatakan, pihaknya menyiapkan lahan dan suplai gas sebesar 3 MMSCFD yang diperoleh dari SK Migas dalam hal ini PT Medco E&P. Berdasarkan perjanjian jual beli gas, pipa dialirkan dari Muara Enim ke Palembang melalui pipa milik Pertamina Gas (Pertagas). “Dalam pengelolaan dan pengoperasian jaringan pipa dan metering, PDPDE bekerja sama dengan PT PDPDE Gas. Untuk proses CNG, kita bekerja sama dengan PT Daruma Mitra Alam,”ucapnya. Ditambahkan Caca, PLN menyediakan tiga unit gas turbin, salah satunya untuk cadangan. PLN juga membangun incomer, gardu induk, dan tiga tower transimisi 150 KV. Kontrak suplai CNG dengan PLN sendiri selama delapan tahun. “Proyek ini mampu menyerap 59 tenaga kerja. Pembangunannya sendiri sekitar 11 bulan,”tuturnya. Gubernur Sumsel H Alex Noerdin meminta PT Medco menambah suplai gas untuk pembangkit ini dari kesepakatan awal kontrak delapan tahun. Ia mengatakan, suatu kebanggaan karena pembangkit CNG di Sumsel merupakan sejarah baru di dunia dan akan ditiru banyak daerah lain di luar Sumsel. “Kita selalu jadi pionir dan pembangkit CNG ini akan digunakan pada malam hari,”pungkasnya. (rip/ce2) |
Sumber : Sumatera Ekspress, 17.04.13.
[English Free Translation]
South Sumatera (or known as Sumsel) now has a gas
power plant (power plant) made from compressed natural gas (compressed
natural gas / CNG) first in the world. In the presence of these plants,
electricity production cost savings occur up to U.S. $ 59,500.
No comments:
Post a Comment