JaKaRTa:
Kisruh isu masuknya jalur rel kereta api
(KA) ke pelabuhan Tanjung Priok
(TPK), Jakarta dan juga pelabuhan lainnya di Indonesia, mendapat tanggapan
serius dari Menko Kemaritiman &
Sumber Daya, Rizal Ramli (RR) hari ini.
Kami meliput
langsung kegiatan sejak pagi hingga siang di Tanjung Priok, mulai dari kantor IPC, Bea Cukai, Pasoso, Demaga 3, TPK Koja
dst. Pokoknya berkeliling deh dan menuntaskan kepretan di sekitar area Pelindo
2.
Akankah
gara-gara kepret-mengepret, bisa menggeser posisi RR dari kursi kementerian,
seperti yang terjadi dengan Bareskrim
Polri tempo hari ? Rakyat Indonesia tengah menunggu hasilnya nih. Bener gak
ya ? Padahal, klo buat kemaslahatan umat, kenapa ngga ya ?
Usai RR “ngepret”
(baca: menyindir) staf Pelindo 2 di
lapangan, kemudian mengeksekusi dan membongkar cor-coran semen yang menutupi
rel KA di area lahan Pasoso menuju Dermaga 3. Kunjungan dilanjutkan ke Stasiun
Pasoso dan TPK Koja. Acara diakhiri dengan makan siang dan press conference di
lobi kantor Bea Cukai.
Hi hi hi,
semoga ini bukan pencitraan dan bisa mendukung semangat efisiensi dan menekan
angka dwelling time yang selalu
menjadi momok pengusaha bila berurusan dengan pihak kepelabuhanan.
Selain
liputan singkat diatas, kami lampirkan pula informasi yang “dipinjam” dari
salah satu media cetak ternama di Tanah Air, yang terbit sore ini, jadi masih
hangat he he he. Selamat menyimak.
--- quote ---
MEDIA ONLINE
DETIK.COM :
a)
Ini yang Bikin Kaget Rizal Ramli Saat 'Mengepret' di Tanjung Priok.
Hari ini,
Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli melakukan aksi penghancuran beton
yang menutup rel kereta di Pelabuhan Tanjung Priok, yang operatornya adalah PT
Pelindo II (Persero).
Saat
melakukan aksi ini, Rizal sempat kaget mendapat laporan dan PT KAI. Rizal
mengatakan, ongkos angkut kontainer dari kawasan Terminal Dry Port di Gede Bage
Bandung ke Pasoso di dekat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara lebih murah,
daripada biaya memindahkan peti kemas di area Pelabuhan Priok.
Alasannya,
angkutan Bandung-Jakarta memakai kereta barang. Sekali tarik, kereta mampu
membawa 60 kontainer, sedangkan di dalam pelabuhan pergerakan barang di darat
memakai truk.
Truk sekali
jalan hanya mampu membawa 1 kontainer. Secara hitungan bisnis, biaya angkut
kontainer Jakarta-Bandung via kereta 2 kali lebih murah daripada memindahkan
kontainer dari daerah Pasoso di luar pelabuhan menuju Terminal Peti Kemas (TPK)
di dalam pelabuhan memakai truk.
"Hampir
dua kali lipatnya biaya ngangkut kontainer dari sini ke dalam pakai truk
dibanding dari sini ke Bangung Gede Bage," jelas Rizal.
b)
Selama 5 Tahun, KAI dan Pelindo II Tak Pernah Sepakat Soal Rel 'Mati' Priok.
Rencana
menghidupkan rel 'mati' di Pelabuhan Tanjung Priok sudah muncul sejak 5 tahun
silam. Namun rencana PT KAI membangkitkan rel 'mati' ini tak pernah disetujui
Pelindo II selaku operator.
Jalur kereta
hanya berhenti di daerah Pasoso, di luar Pelabuhan Priok, padahal di dalam
pelabuhan telah ada jalur kereta sejak zaman kolonial Belanda. Jalur kereta itu
sekarang tertutup beton dan berstatus 'mati'.
"Setahu
saya sudah 5 tahun dibahas, tapi nggak selesai," kata Dirut PT KAI, Edi
Sukmoro. Kini, nasib kereta pelabuhan menuai titik terang, lewat 'kepretan'
Rizal Ramli. Aksi Rizal dipercaya bisa mempercepat pembangunan kereta
pelabuhan.
Sejalan
dengan aksi Rizal, KAI saat ini sedang melakukan proses pembebasan lahan warga
di luar pelabuhan. Total jalur yang akan direaktivasi dari Pasoso sampai ke
dalam pelabuhan sepanjang 1,2 km. Proses pembangunan memerlukan waktu 2 bulan.
c)
Rel Kereta di Priok Kini 'Mati', Ini Penampakannya Saat Zaman Belanda.
Pemerintah
saat ini sedang menyiapkan jalur rel KA menuju ke dermaga Pelabuhan Tanjung
Priok, Jakarta Utara. Rel kereta api yang ada saat ini tersisa di Jalan Pasoso
atau berjarak 2 km ke Dermaga Pelabuhan Tanjung Priok, kondisinya sudah 'mati'.
Padahal pada
Zaman Belanda banyak percabangan rel kereta di sekitar Priok. Namun menurut
data arsip sejarah perkeretaapian Indonesia, jalur rel kereta api menuju
langsung ke dermaga pelabuhan Tanjung Priok sudah dibangun sejak zaman Belanda.
Staatspoorwegen
(SS) telah membangun rel KA dari Sta Tanjung Priok menuju dermaga Pelabuhan
Tanjung Priok untuk mempermudah aktivitas bongkar muat barang. Data Unit
Heritage, Conservation & Architecture PT KAI menyebut jalur Batavia-Tanjung
Priok sudah ada sejak tahun 1885.
Puncaknya
terjadi pada tahun 1899-1900 dimana tidak hanya mempermudah akses bongkar muat
barang tetapi pengangkutan penumpang. Penumpang dari kapal laut dapat dengan
langsung menaiki kereta api dan diantarkan ke Kota Batavia juga Kemayoran.
"Belanda
selalu membuat jaringan rel KA masuk dan menuju dermaga pelabuhan untuk
mempermudah bongkar muat barang," tukas Manager Conservation Non Building
Program PT KAI, Wawan Hermawan.
--- unquote
---
Nah, cukup
lengkap khan. Mari kita tunggu kepretan selanjutnya, apakah benar-benar manjur
ato perlu kepretan yang lebih kencang ?
Awas tha
kepret kamu ya he he he.
Sumber :
Langsung / Foto : RAM - Juda Hernanto.
[English Free
Translation]
Thursday, September
10th. We are reporting live from morning to afternoon activities at
Tanjung Priok, startinging from IPC's office, Customs, Pasoso, Demaga 3, TPK
Koja etc. Anyway that’s today’s issues around port and Pelindo 2.
No comments:
Post a Comment