SuRaBaYa:
Industri logistik nasional tengah diuji banyak hal saat ini. Disamping harus
menuntaskan program kerja pengurus, di lapangan masih banyak hal yang belum
cocok dengan kebijakan pemerintah. Jadi ya gitu deh. Barang terlambat
distribusi dan otomatis biaya meningkat / bertambah.
Ulasan
demi ulasan perihal isu logistik sudah pernah didengungkan. Mana yang pas,
belum pernah disampaikan secara jelas, ya paling pol "digantung"
begitu saja dan ditinggal kabor xi xi xi. Semoga di era sekarang gak sekonyol
dulu.
---
quote ---
(artikel)
Mengintegrasikan Jaringan Logistik Indonesia
Dalam
menghadapi persaingan global yang semakin ketat, maka peran transportasi
memegang kunci utama dalam memberikan kemudahan akses kepada para pelaku bisnis
di dalam negeri.
Dalam
beberapa diskusi ditemukan fakta bahwa harga-harga bahan pokok di Papua
memiliki nilai jual berkali-kali lipat dibandingkan di pulau Jawa. Ternyata,
salah satu penyebab tingginya harga barang tersebut karena jalur transportasi
yang belum terkoneksi.
Di
Papua utamanya, jalan-jalan belum tersambung dari kota yang satu ke kota yang
lain, jalur kereta api belum terbangun sehingga satu-satunya harapan untuk
mencapai kota-kota di Papua kebanyakan menggunakan penerbangan perintis dengan
biaya yang tinggi.
Inilah
yang menyebabkan begitu mahalnya harga barang-barang di Papua. Dari penjelasan
tersebut, dapat terlihat bahwa jaringan transportasi logistik memberikan
peranan vital dalam membangun kejayaan industri di dalam negeri.
Dalam
sejarah transportasi logistik, khususnya di pulau Jawa dan Sumatera, didominasi
oleh kendaraan truk dengan berbagai ukuran. Kementerian Perhubungan dan
pemerintah daerah berfikir keras dalam mengatasi masalah kemacetan dan
perbaikan jalan.
Untuk
mengatasi masalah tersebut, Menteri Perhubungan dalam sebuah kesempatan
menyampaikan bahwa salah satu cara untuk menurunkan biaya logistik di tanah air
adalah dengan cara mengembangkan moda transportasi kereta api (KA) yang
terkoneksi dengan bandara dan pelabuhan.
Dalam
menunjang program tersebut, maka pada masa pemerintahan Presiden Jokowi,
Kemenhub sudah menetapkan anggaran untuk membangun jaringan jalur kereta api
sepanjang 3.258 KM, meningkatkan jumlah pelabuhan dan bandara yang dapat
diakses oleh KA, menambah jumlah kota yang menerapkan angkutan massa berbasis
jalan rel, serta pembangunan sarana kereta api perintis.
Selanjutnya
disampaikan pula bahwa berdasarkan data Kemenhub, sampai bulan Maret 2015 ini,
baru terdapat 2 (dua) bandara yaitu Adi Sucipto, Yogyakarta dan Kuala Namu,
Medan yang telah terkoneksi dengan jalur KA, dari rencana penambahan sebanyak
13 bandara di periode kepemimpinan Presiden Jokowi.
Hal
yang sama juga terjadi pada pelabuhan, dimana saat ini sudah terkoneksi 5
(lima) pelabuhan dari rencana total 25 pelabuhan yang sudah terkoneksi selama
ini namun belum juga terwujud. Salah
satu pelabuhan yang akan segera diluncurkan adalah terminal peti kemas Tanjung
Perak Surabaya (TPS) melalui kerjasama dengan KALOG.
Rencananya,
peluncuran perdana KA angkutan barang KALOG akan diresmikan dan disaksikan oleh
Menteri Perhubungan pada April 2015 mendatang. Kerjasama yang pertama ini
merupakan tonggak sejarah bagi Republik Indonesia bahwa mengintegrasikan
jaringan logistik bukan lagi sebuah angan-angan.
Tapi
merupakan sebuah kenyataan yang menarik di tengah gonjang-ganjing ekonomi yang
sedang menggoyang kurs Rupiah kita. Selanjutnya, KALOG pun tengah merencanakan
Container Yard Sungai Lagoa (CY SAO) untuk dapat difungsikan sebagai salah satu
pintu masuk ekspor dan impor barang di Pulau Jawa ini.
SAO
saat ini memiliki akses langsung ke Bandung dan Surabaya, sehingga pengiriman
barang ke Surabaya (Terminal Barang Kalimas) akan dapat dicapai dalam waktu 1
malam saja. Fakta ini seharusnya dapat menurunkan waktu transportasi logistik
yang apabila melalui jalur darat maupun laut akan membutuhkan waktu lebih dari
3 hari.
Apabila
konsep yang dicanangkan oleh Menhub ini dapat terlaksana, rasanya kita sebagai
pengguna kendaraan bermotor dapat melintas jalur-jalur lintas Sumatera, pantura
Jawa dan jalan-jalan tol di Jakarta dengan lebih nyaman, dikarenakan jumlah
truk-truk besar tidak lagi sebanyak saat ini.
Selain
itu, pemerintah pun dapat memiliki ruang fiskal yang lebih baik untuk
mengalihkan dana pemeliharaan jalan menjadi pembangunan daerah-daerah yang
masih tertinggal. Konsep besar ini patut kita dukung, dorong dan doakan untuk
segera terealisasi dalam waktu dekat ini. SEMOGA.
Oleh:
Dr. Erwin Suryadi, ST, MBA - VP Quality Assurance & Internal Control PT
KALOG.
---
unquote ---
Sumber
: KALOG / Kredit Foto - Diagram : ebizzasia, slideshare.
[English
Free Translation]
National
logistics industry is being tested a lot of things today. Besides the need to
complete the management work program, in the field are still many things that
do not fit with government policy. Goods distribution’s late and extra charges increase.
The solution : integrated logistics.